Obat Kulit

Scanovir

Klikdokter, 10 Jul 2021

Ditinjau Oleh Tim Apoteker Klikdokter

Scanovir digunakan untuk mengobati infeksi virus herpes pada kulit, seperti Infeksi herpes genitalis awal, Herpes simpleks.

Pengertian

Scanovir adalah obat topikal yang mengandung Acyclovir dan diproduksi oleh Tempo Scan Pacific. Scanovir digunakan untuk mengobati infeksi virus herpes pada kulit, seperti infeksi herpes genitalis awal, herpes simpleks terutama herpes labialis, pada gangguan imunologi, herpes simpleks keratitis, herpes simpleks berulang, herpes zoster dan infeksi virus varicella-zoster. Acyclovir triphosphate bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan virus.

Keterangan

  • Golongan: Obat Keras
  • Kelas Terapi: Antivirus
  • Kandungan: Acyclovir 5%
  • Bentuk: Krim
  • Satuan Penjualan: Tube
  • Kemasan: Box, 1 Tube @ 10 Gram 
  • Farmasi: Tempo Scan Pacific.
  • Harga: Rp25.000 - Rp60.000/ Tube

Kegunaan

Scanovir digunakan untuk mengobati infeksi virus herpes pada kulit, seperti herpes kelamin dan herpes labialis (herpes di bibir atau di mulut).

Dosis & Cara Penggunaan

Scanovir merupakan golongan obat keras. Obat ini memerlukan resep dokter untuk pembelian serta penggunaannya.

  • Dewasa: Oleskan Scanovir krim sebanyak 5 kali sehari dengan jarak waktu pemberian adalah 4 jam. Lama pengobatan: 4-10 hari.

Cara Penyimpanan
Simpan pada suhu dibawah 25 derajat Celcius.

Efek Samping

Efek samping yang mungkin terjadi selama pengunaan Scanovir, yaitu: 

  • Gatal-gatal
  • Ruam
  • Kulit sensitif
  • Fotosensitifitas (reaksi tubuh yang berlebihan terhadap paparan sinar UV)

Kontraindikasi
Hindari penggunaan Scanovir pada pasien yang memiliki indikasi hipersensitif (alergi) terhadap asiklovir dan valasiklovir.

Kategori Kehamilan
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengategorikan Scanovir ke dalam Kategori B:
Studi reproduksi hewan tidak menunjukkan risiko janin tetapi tidak ada studi terkontrol pada wanita hamil atau studi reproduksi hewan menunjukkan efek buruk (selain penurunan kesuburan) yang tidak dikonfirmasi dalam studi terkontrol pada wanita pada trimester pertama (dan tidak ada bukti risiko pada trimester berikutnya).