Obat Antibiotik

Rifanh

Klikdokter, 03 Jul 2020

Ditinjau Oleh Tim Apoteker Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Rifanh digunakan untuk tuberkulosis (TBC) dan kusta (kelainan kulit).

Pengertian

Rifanh adalah obat yang mengandung rifampicin dan isoniazid sebagai zat aktifnya. Rifanh termasuk dalam golongan antibiotik yang digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh infeksi bakteri seperti tuberkulosis (TBC) dan kusta (kelainan kulit). Penggunaan Rifanh harus tepat dosis, apabila tidak sesuai dengan dosis yang disarankan oleh dokter maka dapat menyebabkan resistensi (kekebalan) terhadap bakteri, sehingga dapat menurunkan efektifitas kerja obat. Rifampicin juga menghambat aktivitas RNA polimerase yang tergantung-DNA dalam sel-sel yang rentan dan memiliki aktivitas melawan tuberculosis M yang tumbuh lambat.

Keterangan

  • Golongan: Obat Keras
  • Kelas Terapi: Antibiotik
  • Kandungan: Rifampicin 150 mg, Isoniazid 150 mg
  • Bentuk: Kaplet
  • Satuan Penjualan: Strip
  • Kemasan: Box, 5 Strip @ 6 Kaplet
  • Farmasi: Indofarma.

Kegunaan

Rifanh digunakan untuk tuberkulosis (TBC) dan kusta (kelainan kulit).

Dosis & Cara Penggunaan

Rifanh merupakan obat yang termasuk ke dalam golongan obat keras sehingga pada setiap pembeliannya harus menggunakan resep dokter. Selain itu, dosis penggunaan Rifanh juga harus dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu sebelum digunakan, karena dosis penggunaannya berbeda-beda setiap individu.

Setiap tablet yang mengandung rifampisin dan isoniazid (mg)

  • Berat badan <50 kg: 3 tab 150/100 sekali sehari
  • Berat badan ≥50 kg: 2 tab 300/150 sekali sehari.

Cara Penyimpanan:
Simpan pada suhu di bawah 25°C.

Efek Samping

Efek samping yang mungkin terjadi selama penggunaan Rifanh, yaitu:

  • Udema (terjadinya pembengkakan yang disebabkan oleh penumpukan cairan pada bagian tubuh tertentu)
  • Anemia (kekurangan sel darah merah)
  • Sakit pada ulu hati
  • Anoreksia (kehilangan berat badan secara ekstrim)
  • Mual, muntah, diare, nyeri perut
  • Sakit kepala dan pusing.

Kontraindikasi:
Hindari penggunaan Rifanh pada pasien yang memiliki indikasi:

  • Hipersensitif atau alergi terhadap rifampicin
  • Pasien yang sedang vaksin BCG.

Interaksi obat:
Berikut adalah beberapa Interaksi obat yang umumnya terjadi saat penggunaan Rifanh:

  • Rifampicin dapat menurunkan efektivitas dari phenytoin dan theofilin
  • Efektivitas rifampicin dapat diturunkan apabila digunakan bersama dengan obat golongan antasida
  • Rifampicin dapat mengurangi efektivitas dari ketokonazole dan enalapril.

Kategori kehamilan:
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengategorikan Rifanh ke dalam Kategori C:
Studi pada hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin (teratogenik atau embriosidal atau lainnya) dan tidak ada studi terkontrol pada wanita atau studi pada wanita dan hewan tidak tersedia. Obat diberikan hanya jika manfaat yang yang diperoleh lebih besar dari potensi risiko pada janin.

Overdosis:

  • Pemberian Rifanh yang melebihi dosis yang dianjurkan akan menimbulkan gejala, Rifampicin: mual, muntah, sakit perut, gatal, sakit kepala, peningkatan kelesuan, tidak sadar, peningkatan sementara enzim hati dan / atau bilirubin; warna pada kulit, urin, keringat, air liur dan tinja kecoklatan-merah atau oranye ; edema wajah atau periorbital, hipotensi, sinus takikardia, aritmia ventrikel, kejang, henti jantung. Isoniazid: Mual, muntah, pusing, bicara tidak jelas, penglihatan kabur, halusinasi visual, distres pernapasan, depresi sistem saraf pusat, berkembang dengan cepat dari koma pingsan ke koma yang dalam, bersamaan dengan kejang berat, kejang berat; asidosis metabolik berat, asetonuria, hiperglikemia.
  • Jika terjadi overdosis, segera lakukan bilas lambung sesegera mungkin, diikuti oleh pemberian arang aktif. Obat antiemetik mungkin diperlukan untuk mengendalikan mual dan muntah yang parah. Pengobatan simtomatik dan suportif, termasuk patensi jalan nafas. Dapat diberikan pyridoxine melalui injeksi intravena jika diduga overdosis isoniazid akut, atau terapi antikonvulsan pada kejang yang tidak dikontrol oleh pyridoxine. Na bikarbonat harus diberikan untuk mengendalikan asidosis metabolik. Penanganan pasien overdosis harus dibantu oleh tenaga medis profesional.