Obat Antibiotik

Proxitor

Klikdokter, 02 Jun 2021

Ditinjau Oleh Tim Apoteker Klikdokter

Proxitor digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi yang disebabkan bakteri.

Pengertian

Proxitor merupakan sediaan obat dalam bentuk tablet yang diproduksi oleh Combiphar Indonesia. Proxitor adalah obat yang digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi, seperti untuk infeksi saluran kemih, infeksi saluran nafas, infeksi saluran cerna, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi tulang dan sendi, infeksi intra-abdomen dengan komplikasi. Setiap tablet Proxitor mengandung Ciprofloxacin hydrochloride. Ciprofloxacin adalah agen anti-infeksi fluoroquinolone, yang bertindak dengan menghambat replikasi bakteri, sehingga pertumbuhan bakteri menjadi terhambat.

Keterangan

  • Golongan: Obat Keras
  • Kelas Terapi: Kuinolon
  • Kandungan: Ciprofloxacin hydrochloride 500 mg
  • Bentuk: Kaplet Salut Selaput
  • Satuan Penjualan: Strip
  • Kemasan: Box, 2 Strip @ 10 Kaplet Salut Selaput
  • Farmasi: Combiphar Indonesia.
  • Harga: -

Kegunaan

Proxitor adalah obat yang digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi yang disebabkan bakteri.

Dosis & Cara Penggunaan

Proxitor merupakan golongan obat keras, sehingga penggunaanya harus sesuai dengan Resep Dokter.

Penggunaan Proxitor:

  • Pengobatan dan profilaksis pasca pajanan antraks inhalasi
    Dewasa: 500 mg 2 x sehari, selama 60 hari sejak konfirmasi paparan Bacillus anthracis.
    Anak: 10-15 mg/kg. Maksimal: 500 mg / dosis selama 60 hari sejak konfirmasi paparan Bacillus anthracis.
  • Infeksi saluran pernapasan bawah, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi saluran pernapasan atas
    Dewasa: 500-750 mg 2 x sehari selama 7-14 hari.
  • Otitis eksterna ganas
    Dewasa: 750 mg, 2 x sehari untuk 7-14 hari hingga 3 bulan.
  • Demam tifoid
    Dewasa: 500 mg, 2 x sehari selama 7 hari.
  • Prostatitis
    Dewasa: 500-750 mg, 2 x sehari. Durasi pengobatan: 2-4 minggu (akut); 4-6 minggu (kronis).
  • Pielonefritis
    Dewasa: Pasien dengan kasus yang tidak rumit: 500 mg, 2 x sehari, selama 7 hari ; 1.000 mg setiap 24 jam selama 7-14 hari. Pasien dengan kasus rumit: 500-750 mg dua kali sehari untuk setidaknya 10 atau hingga 21 hari jika diperlukan.
    Anak: Pasien dengan kasus rumit: 10-20 mg/kg, 2 x sehari, selama 10-21 hari. Maksimal: 750 mg / dosis.
  • Sistitis tanpa komplikasi
    Dewasa: 250-500 mg selama 3 hari; 500 mg setiap 24 jam selama 3 hari (extended-release).
  • Cystic fibrosis
    Anak: 20 mg / kg, 2 x sehari untuk 10-14 hari. Maksimal: 750 mg / dosis.
  • Sistitis komplikasi
    Dewasa: 500 mg, 2 x sehari selama 7 hari; 1.000 mg setiap 24 jam selama 7-14 hari.
    Anak: 10-20 mg / kg, 2 x sehari, untuk 10-21 hari. Maksimal: 750 mg / dosis.
  • Infeksi tulang dan sendi
    Dewasa: 500-750 mg, 2 x sehari. Durasi pengobatan maksimal: 3 bulan.
  • Epididimo-orkitis, penyakit radang panggul
    Dewasa: 500-750 mg, 2 x sehari untuk setidaknya 14 hari.
  • Diare
    Dewasa: 500 mg, 2 x sehari selama 1-5 hari tergantung pada tingkat keparahan dan sifat infeksi.
  • Infeksi intraabdomen
    Dewasa: 500-750 mg, 2 x sehari, selama 5-14 hari.
  • Servisitis gonokokal, uretritis gonokokal
    Dewasa: 500 mg sebagai dosis tunggal.
  • Profilaksis meningitis meningokokus
    Dewasa: 500 mg sebagai dosis tunggal.

Cara Penyimpanan
Simpan pada suhu antara 20-25 derajat Celcius.

Efek Samping

Efek samping yang mungkin terjadi adalah:

  • Gangguan sistem saraf perifer (neuropati perifer)
  • Efek sistem saraf pusat (misal. Kejang, peningkatan tekanan intrakranial)
  • Hiperglikemia (kadar gula darah diatas normal)
  • Superinfeksi dalam penggunaan jangka panjang (misalnya diare, kolitis pseudomembran)
  • Penyembuhan kornea yang tertunda
  • Penyakit kuning
  • Gatal pada telinga
  • Sensasi terbakar
  • Mual , muntah
  • Diare
  • Sakit perut
  • Pencernaan yang terganggu
  • Demam
  • Nyeri otot
  • Ruam
  • Pusing
  • Sakit kepala
  • Tremor (gemetar)
  • Mengantuk
  • Sulit tidur

Kontraindikasi
Hindari penggunaan pada pasien dengan kondisi:

  • Hipersensitif terhadap ciprofloxacin atau kuinolon lainnya
  • Memiliki riwayat atau risiko perpanjangan QT
  • Diketahui memiliki riwayat miastenia gravis
  • Hindari penggunaan bersamaan dengan tizanidine

Interaksi Obat

  • Peningkatan risiko interval QT yang berkepanjangan dengan Kelas IA (misalnya Quinidine, procainamide) dan Kelas III (misalnya Amiodaron, sotalol) antiaritmia, Antidepresan trisiklik (TCA), makrolida (misalnya Erythromycin), cisapride, antipsikotik.
  • Peningkatan konsentrasi serum dengan probenesid.
  • Dapat meningkatkan konsentrasi serum dan toksisitas metotreksat; Substrat CYP1A2 (misalnya Clozapine, ropinirole, theophilin); turunan xanthine (misalnya kafein, pentoxifylline).
  • Peningkatan risiko gangguan tendon dengan kortikosteroid.
  • Peningkatan kreatinin serum dengan siklosporin.
    Peningkatan risiko kejang dengan obat non-steroid anti-inflamasi (NSAID).
  • Dapat mengubah konsentrasi fenitoin dalam serum.
    Mengurangi penyerapan oral dengan produk yang mengandung kation multivalen (misalnya Al, Ca, Mg, Fe). Dapat meningkatkan efek antikoagulan vitamin K, warfarin.

Kategori Kehamilan
FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat) mengkategorikan Proxitor dalam kategori C dengan penjelasan sebagai berikut:

Studi pada hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin (teratogenik atau embriosidal atau lainnya) dan tidak ada studi terkontrol pada wanita atau studi pada wanita dan hewan tidak tersedia. Obat diberikan hanya jika manfaat yang yang diperoleh lebih besar dari potensi risiko pada janin.

Perhatian Menyusui
Ciprofloxacin tidak diketahui berbahaya pada wanita menyusui. Obat ini masuk ke dalam ASI dalam jumlah kecil. Oleh karena itu dapat diterima untuk digunakan pada ibu menyusui atas rekomendasi dokter Anda. Bayi yang disusui harus diamati untuk gejala, seperti diare dan infeksi jamur.