Obat Antinyeri

Prostanac

Klikdokter, 02 Jul 2020

Ditinjau Oleh Tim Apoteker Klikdokter

Prostanac digunakan untuk mengatasi nyeri, seperti nyeri saat haid, nyeri gangguan muskuloskeletal akut, ankylosing spondylitis.

Pengertian

Prostanac adalah sediaan obat yang mengandung zat aktif Diclofenac, obat ini termasuk ke dalam kelas terapi anti inflamasi non steroid yang memiliki sifat analgesik (meredakan rasa nyeri), antiinflamasi (antiperadangan), dan antipiretik (obat yang dapat menurunkan demam). Prostanac bekerja dengan cara menghambat sintesis prostaglandin (zat yang ada di dalam tubuh yang memberikan sinyal rasa sakit).

Keterangan

  • Golongan: Obat Keras
  • Kelas Terapi: Anti Inflamasi Non Steroid
  • Kandungan: Diclofenac Na 50 mg
  • Bentuk: Kaplet Salut Enterik
  • Satuan Penjualan: Strip
  • Kemasan: Box, 5 Strip @ 10 Kaplet
  • Farmasi: Pyridam Farma

Kegunaan

Prostanac digunakan untuk mengatasi nyeri, seperti nyeri saat haid, nyeri gangguan muskuloskeletal akut, ankylosing spondylitis, nyeri setelah trauma yang tidak disengaja, nyeri dan peradangan.

Dosis & Cara Penggunaan

Prostanac merupakan obat yang termasuk ke dalam golongan obat keras sehingga pada setiap pembeliannya harus menggunakan resep dokter. Selain itu, dosis penggunaan Prostanac juga harus dikonsultasikan dengan dokter dan apoteker terlebih dahulu sebelum digunakan.

  • Dewasa: 1 tablet, diminum 3 kali sehari.
  • Anak usia > 14 tahun: 1/2 tablet, diminum 3 kali sehari. Atau 1 tablet, diminum 2 kali sehari.

Cara Penyimpanan
Simpan pada suhu di bawah 30°C dan terlindung dari cahaya.

Efek Samping

Efek samping yang mungkin terjadi selama penggunaan Prostanac, antara lain:

  • Perut kembung, sakit perut.
  • Iritasi, eritema, gatal, kering.
  • Mengantuk.
  • Ruam, pruritus.
  • Influenza.
  • Nyeri punggung, nyeri tungkai.
  • Sakit kepala, pusing.
  • Mual, muntah.
  • Diare, konstipasi.

Kontraindikasi
Hindari penggunaan Prostanac pada pasien yang memiliki indikasi:

  • Hipersensitif terhadap diklofenak atau NSAID lainnya.
  • Gagal jantung sedang hingga berat, penyakit jantung iskemik, penyakit arteri perifer, penyakit serebrovaskular.
  • Penggunaan NSAID, antiplatelet, antikoagulan lainnya secara bersamaan. Gangguan hati atau ginjal berat.
  • Kehamilan (trimester ketiga).

Interaksi Obat
Berikut adalah beberapa Interaksi obat yang umumnya terjadi saat penggunaan Prostanac:

  • Peningkatan risiko efek samping terkait penyakit jantung dengan glikosida jantung.
  • Peningkatan risiko hiperkalemia dan toksisitas ginjal dengan inhibitor ACE, diuretik, siklosporin, tacrolimus.
  • Peningkatan risiko toksisitas hematologis dengan AZT.
  • Peningkatan risiko ulserasi gastrointestinal, perforasi atau perdarahan dengan kortikosteroid lain, SSRI.
  • Peningkatan kadar dan risiko toksisitas dengan digoksin, litium, metotreksat, pemetrexed, fenitoin.
  • Efek menurun dengan colestipol, cholestyramine.
  • Mengurangi efek mifepristone. Peningkatan konsentrasi plasma puncak dengan inhibitor CYP2C9 misalnya: vorikonazol.
  • Berpotensi Fatal: Peningkatan risiko ulserasi gastrointestinal, perforasi, atau perdarahan dengan NSAID lain (misalnya: Aspirin), antiplatelet, antikoagulan (misalnya: Warfarin).

Kategori Kehamilan

  1. Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengategorikan Prostanac ke dalam Kategori C (sebelum kehamilan 30 minggu):
    Studi pada hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin (teratogenik atau embriosidal atau lainnya) dan tidak ada studi terkontrol pada wanita atau studi pada wanita dan hewan tidak tersedia. Obat diberikan hanya jika manfaat yang yang diperoleh lebih besar dari potensi risiko pada janin.
  2. Kategori D (mulai usia kehamilan 30 minggu):
    Ada bukti positif risiko pada janin manusia, tetapi manfaat obat jika digunakan pada wanita hamil dapat diterima meskipun ada risiko (misalnya, jika obat tersebut diperlukan dalam situasi yang mengancam jiwa atau untuk penyakit serius dimana obat-obatan yang lebih aman tidak dapat digunakan atau tidak efektif).

Overdosis

  • Gejala overdosis Prostanac antara lain lesu, tinitus, sakit kepala, mengantuk, mual, muntah, diare, pusing, nyeri ulu hati, perdarahan saluran cerna, kejang-kejang; jarang terjadi: reaksi anafilaktoid, hipertensi, depresi pernapasan, gagal ginjal akut, koma.
  • Jika terjadi overdosis, segera lakukan pengobatan simtomatik dan suportif (dibantu oleh tenaga medis profesional). Pertahankan jalan napas. Pemberian arang aktif dalam waktu 1 jam konsumsi atau lakukan bilas lambung. Dapat melakukan katarsik osmotik dalam waktu 4 jam setelah konsumsi.