Obat Alergi

Prodex

Klikdokter, 01 Jul 2020

Ditinjau Oleh Tim Apoteker Klikdokter

Prodex digunakan untuk alergi yang membutuhkan terapi dengan kortikosteroid.

Pengertian

Prodex adalah obat yang mengandung dexamethasone dan dexchlorpheriamine maleate sebagai zat aktifnya. Dexamethasone merupakan termasuk golongan kortikosteroid yang digunakan untuk meredakan peradangan. Dexchlorpheriamine maleate merupakan obat golongan antihistamin (antialergi) yang digunakan untuk mengurangi gejala alergi.

Keterangan

  • Golongan: Obat Keras
  • Kelas Terapi: Kortikosteroid
  • Kandungan: Dexamethasone 0.5 mg, Dexchlorpheniramine Maleate 2 mg
  • Bentuk: Tablet
  • Satuan Penjualan: Strip
  • Kemasan: Box, 10 Strip @ 10 Tablet
  • Farmasi: Promedrahardji Farmasi Industri.

Kegunaan

Prodex digunakan untuk alergi yang membutuhkan terapi dengan kortikosteroid.

Dosis & Cara Penggunaan

Prodex merupakan obat yang termasuk ke dalam golongan obat keras sehingga pada setiap pembeliannya harus menggunakan resep dokter. Selain itu, dosis penggunaan Prodex juga harus dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu sebelum digunakan.

Dewasa dan anak diatas 12 tahun: 1 tablet tiap 4-6 jam. maksimal 6 tablet per hari.

Cara Penyimpanan:
Simpan pada suhu di bawah 30°C.

Efek Samping

Efek samping yang mungkin terjadi yaitu gangguan muskuloskeletal, dermatologik, neurologik, endokrin, oftalmik, psikiatrik, metabolik, saluran cerna.

Kontraindikasi:

  • Infeksi yang tidak diobati (sistemik dan topikal).
  • Purpura trombositopenik idiopatik (IM).

Interaksi obat:
Berikut adalah interaksi obat yang dapat terjadi bila digunakan bersamaan dengan obat yang mengandung dexamethasone dan dexchlorpheniramine maleate:

  • Antidiabetik: kortikosteroid dapat meningkatkan konsentrasi glukosa darah, oleh karena itu penyesuaian dosis obat anti diabetes mungkin diperlukan.
  • Cholestyramine dan efedrin: Cholestyramine meningkatkan klirens kortikosteroid sehingga menurunkan kadar/efek farmakologisnya.
  • Antijamur azole seperti ketoconazole: mengurangi metabolisme kortikosteroid sehingga dapat meningkatkan kadar dan efek farmakologisnya.
  • NSAID: aspirin atau NSAID lainnya meningkatkan risiko efek samping perdarahan pada saluran pencernaan.
  • Agen Kalium-depleting: jika diberikan bersamaan dengan obat-obat kalium-depleting agen (misalnya amfoterisin B, diuretik), pengamatan ketat harus dilakukan terhadap kemungkinan terjadinya hipokalemia.
  • Pasien yang menggunakan glikosida digitalis mungkin mengalami peningkatan risiko aritmia karena hipokalemia.
  • Penggunaan bersamaan dengan agen antikolinesterase dapat menyebabkan kelemahan yang parah pada pasien myasthenia gravis. Jika memungkinkan, agen antikolinesterase harus ditarik setidaknya 24 jam sebelum memulai terapi kortikosteroid.
  • Estrogen, termasuk kontrasepsi oral, dapat menurunkan metabolisme hepatik kortikosteroid tertentu, sehingga meningkatkan efeknya.
  • Enzim hati reagen (misalnya barbiturat, fenitoin, carbamazepine, rifampin) dapat meningkatkan metabolisme kortikosteroid. Dosis kortikosteroid mungkin perlu ditingkatkan.
  • Dexchlorpheniramine Maleate memiliki efek aditif dengan alkohol dan depresan sistem saraf pusat lainnya (barbiturate, opioid analgesics, hipnotik, sedatif, tranquilizers).
  • MAO inhibitors memperpanjang dan mengintensifkan efek antikolinergik (pengeringan) antihistamin.
  • Isoniazid: konsentrasi serum isoniazid mungkin akan menurun jika diberikan bersamaan dengan kortikosteroid.