Pengertian
Pharodime adalah sediaan obat dalam bentuk serbuk injeksi yang diproduksi oleh Pharos Indonesia. Pharodime digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi, seperti infeksi saluran pernapasan, infeksi jaringan dan kulit, infeksi tulang dan sendi, infeksi saluran kemih, meningitis dan gonorrhea. Pharodime mengandung zat aktif Ceftazidime, obat ini bekerja dengan menghambat biosintesis dan menahan rakitan dinding sel yang mengakibatkan kematian sel bakteri.
Keterangan
- Golongan: Obat Keras
- Kelas Terapi: Antibiotik Sefalosporin
- Kandungan: Ceftazidime 1 gram
- Bentuk: Serbuk Injeksi
- Satuan Penjualan: Vial
- Kemasan: Box, 1 Vial @ 1 gram
- Farmasi: Pharos Indonesia
- Harga: Rp55.000 - Rp100.000/ Box
Kegunaan
Pharodime digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi bakteri.
Dosis & Cara Penggunaan
Pharodime merupakan golongan obat keras, sehingga penggunaanya harus sesuai dengan Resep Dokter. Pharodime injeksi digunakan dengan bantuan tenaga medis profesional. Aturan penggunaan:
- Dewasa: dosis 1-6 g / hari diberikan melalui injeksi intravena (pembuluh darah) atau melalui injeksi intramuskular (melalui otot).
- Anak usia > 2 bulan: dosis 30-100 mg / kg berat badan/ hari dalam 2-3 dosis terbagi.
- Neonatus dan anak usia ≤2 bulan: dosis 25-60 mg / kg berat badan/ hari dalam 2 dosis terbagi.
Cara Penyimpanan
Simpan pada suhu antara 20-25 derajat Celcius, serta terhindar dari cahaya
Efek Samping
Efek samping yang mungkin terjadi adalah:
- Diare
- Mual, muntah
- Sakit perut
- Tingginya rasio eosinofil di dalam darah (eosinofilia)
- Tingginya jumlah trombosit dalam darah (trombositosis)
- Gatal
- Ruam
- Biduran
- Pembengkakan dibawah kulit (angioedema)
- Demam
Kontraindikasi
Hindari penggunaan pada pasien yang hipersensitif terhadap seftazidim atau sefalosporin lain.
Interaksi Obat
- Tidak boleh diberikan secara bersamaan dengan obat nefrotoksik.
Kategori Kehamilan
FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat) mengkategorikan Pharodime kedalam Kategori B dengan penjelasan sebagai berikut :
Studi pada reproduksi hewan tidak menunjukkan risiko janin, tetapi tidak ada studi terkontrol pada wanita hamil. Atau studi reproduksi hewan telah menunjukkan efek buruk (selain penurunan kesuburan) namun tidak dikonfirmasi dalam studi terkontrol pada wanita hamil trimester pertama (dan tidak ada bukti risiko pada trimester berikutnya).