Pengertian
Ciprobiotic adalah obat yang mengandung Ciprofloxacin didalamnya. Ciprofloxacin merupakan jenis antibiotik yang berasal dari golongan Kuinolon, yang biasa digunakan untuk mengatasi berbagai macam infeksi yang diakibatkan oleh bakteri. Obat Ciprobiotic ini biasanya digunakan untuk mengobati bermacam-macam jenis infeksi yang disebabkan oleh bakteri, seperti infeksi pada saluran pencernaan, infeksi saluran kencing, dan infeksi pada saluran pernafasan.
Keterangan
- Golongan: Obat Keras.
- Kelas Terapi: Kuinolon.
- Kandungan: Ciprofloxacin 200 mg/100 ml.
- Bentuk: Infus.
- Satuan Penjualan: Vial.
- Kemasan: Vial @ 100 ml.
- Farmasi: Ikapharmindo Putramas.
Kegunaan
Ciprobiotic merupakan obat yang digunakan untuk membantu mengobati:
- Demam tifoid akibat infeksi bakteri S. typhi.
- Infeksi berat, seperti infeksi saluran kencing, uretritis, servisitis, dan infeksi saluran pencernaan, yang dimana pengobatan oral sudah tidak efektif lagi.
- Infeksi kulit, infeksi jaringan lunak, serta infeksi saluran napas, kecuali penyakit pneumonia (infeksi paru) yang diakibatkan oleh Streptokokus.
Dosis & Cara Penggunaan
Ciprobiotic termasuk ke dalam golongan Obat Keras yang pembeliannya harus menggunakan resep dari Dokter.
- Dosis obat Ciprobiotic untuk mengatasi infeksi bakteri yang tidak terkomplikasi:
- Dosis pemberian sebesar 100 mg, yang diberikan sebanyak 2 kali sehari.
- Dosis obat Ciprobiotic untuk mengatasi infeksi saluran kencing atas maupun bawah:
- Dosis pemberian sebesar 200 mg, yang diberikan sebanyak 2 kali sehari.
- Dosis obat Ciprobiotic untuk mengatasi Sinusitis akut yang tidak terkomplikasi, yaitu
- Dosis pemberian sebesar 200 mg, yang diberikan sebanyak 2 kali sehari sebagai dosis tunggal. Setelah itu dosis selanjutnya disesuaikan dengan kondisi pengguna.
Cara Penyimpanan
Simpan pada suhu 5-30 derajat Celcius, di tempat kering dan sejuk. Jangan dibekukan.
Efek Samping
Efek samping yang mungkin terjadi saat menggunakan Ciprobiotic adalah:
- Gangguan pada saluran pencernaan.
- Diare.
- Gangguan fungsi ginjal ringan.
- Leukositopenia (jumlah sel darah putih mengalami penurunan).
- Sakit kepala.
- Leukositosis (jumlah sel darah putih mengalami peningkatan).
- Gangguan fungsi hati ringan.
- Eosinofilia atau memingkatnya kadar.
- Anemia.
Kontraindikasi
Hindari penggunaan pada pasien dengan kondisi:
- Hipersensitif terhadap Ciprofloxacin.
- Riwayat atau risiko perpanjangan interval QT; riwayat myasthenia gravis yang diketahui.
- Penggunaan bersamaan dengan tizanidine.
Interaksi Obat
- Peningkatan risiko interval QT yang berkepanjangan bila diberikan bersamaan dengan Kelas IA (misalnya quinidine, procainamide) dan antiaritmia Kelas III (misalnya amiodarone, sotalol), TCA, makrolida (misalnya eritromisin), cisapride, antipsikotik.
- Peningkatan konsentrasi serum bila diberikan bersamaan dengan probenesid.
- Dapat meningkatkan konsentrasi serum dan toksisitas metotreksat; Substrat CYP1A2 (misalnya clozapine, ropinirole, teofilin); turunan xantin (misalnya kafein, pentoxifylline).
- Peningkatan risiko gangguan tendon bila diberikan bersamaan dengan kortikosteroid.
- Peningkatan kreatinin serum bila diberikan bersamaan dengan siklosporin.
- Meningkatnya risiko kejang bila diberikan bersamaan dengan NSAID.
- Dapat mengubah konsentrasi fenitoin dalam serum.
- Pengurangan penyerapan oral bila diberikan bersamaan dengan produk yang mengandung kation multivalen (misalnya Al, Ca, Mg, Fe).
- Dapat meningkatkan efek antikoagulan vitamin K, warfarin.
- Berpotensi Fatal: Dapat meningkatkan konsentrasi serum dan mempotensiasi efek hipotensi dan sedatif tizanidine. Kejang serius dan fatal yang jarang terjadi, status epileptikus, henti jantung, gagal napas dengan teofilin.
Kategori Kehamilan
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengkategorikan Ciprobiotic ke dalam Kategori C:
Studi pada hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin (teratogenik atau embriosidal atau lainnya) dan tidak ada studi terkontrol pada wanita atau studi pada wanita dan hewan tidak tersedia. Obat diberikan hanya jika manfaat yang yang diperoleh lebih besar dari potensi risiko pada janin.
Overdosis
- Gejala: Pusing, gemetar, sakit kepala, kelelahan, kejang, halusinasi, kebingungan, rasa tidak nyaman pada perut, kristaluria (ekskresi kristal yang ditemukan dalam urin), hematuria (kencing berdarah), gangguan ginjal dan hati akut.
- Penatalaksanaan: Pengobatan simtomatik. Kosongkan perut dengan menginduksi muntah atau dengan lavage lambung. Pertahankan hidrasi yang adekuat. Dapat diberikan antasida yang mengandung Mg, Al, atau Ca untuk mengurangi penyerapan obat didalam darah. Pantau EKG, fungsi ginjal, pH urin, dan pengasaman urin jika diperlukan untuk mencegah kristaluria. Penanganan pasien overdosis hanya dapat dilakukan oleh tenaga medis profesional.