Obat Antibiotik

Astika

Klikdokter, 30 Sep 2020

Ditinjau Oleh Tim Apoteker Klikdokter

Astika digunakan untuk terapi angina pektoris dan infark miokard, demam, nyeri pasca vaksinasi, sakit gigi, nyeri otot dan nyeri saraf.

Pengertian

Astika adalah obat yang mengandung asetosal atau Acetylsalicylic acid sebagai bahan aktif. Asetosal bekerja sebagai analgetik (obat penahan sakit) dan antipiretik (penurun demam) sentral, serta mempunyai efek antiinflamasi (antiradang). Obat ini digunakan untuk pengobatan dan pencegahan angina pektoris dan infark miokard, demam, nyeri pasca vaksinasi, sakit gigi, nyeri otot dan nyeri saraf.

Keterangan

  • Golongan: Obat Keras
  • Kelas Terapi: Antikoagulan, Antiplatelet dan Fibrinolitik (Trombolitik)
  • Kandungan: Asetosal (Acetylsalicylic acid) 100 mg
  • Bentuk: Tablet
  • Satuan penjualan: Strip
  • Kemasan: Box, 10 Strip @ 10 Tablet
  • Farmasi: Ikapharmindo.

Kegunaan

Kegunaan Astika adalah untuk pengobatan kondisi-kondisi berikut:

  • Pengobatan demam
  • Mengobati nyeri ringan sampai sedang
  • Dalam dosis rendah dan penggunaan jangka panjang, obat ini digunakan untuk membantu mencegah serangan jantung, stroke, dan sebagai antiplatelet (menghambat pembekuan darah) pada orang yang berisiko tinggi terjadinya pembekuan darah. Aspirin (acetosal) bisa diberikan segera setelah serangan jantung untuk mencegah pembekuan dan mengurangi risiko serangan jantung atau kematian jaringan jantung.

Dosis & Cara Penggunaan

Astika termasuk ke dalam golongan obat keras. Pembeliannya wajib menggunakan resep Dokter. Konsultasilah terlebih dahulu kepada Dokter sebelum menggunakan obat ini. Sebab, dosis penggunaannya berbeda-beda untuk tiap pasien.

Untuk mengurangi risiko morbiditas (keadaan sakit) dan mortalitas (kematian) pada pasien dengan infark miokard sebelumnya, serta mengurangi risiko stroke pada pasien dengan serangan iskemik transien (sepintas): dosis yang digunakan adalah 100-300 mg.

Cara Penyimpanan
Simpan pada suhu di bawah 25 derajat Celcius.

Efek Samping

Efek samping yang mungkin terjadi selama penggunaan Astika antara lain:

  • Sensitivitas salisilat
  • Tinnitus (telinga berdenging)
  • Anemia
  • Hypoprothrombinemia (kekurangan protrombin)
  • Trombositopenia (kekurangan trombosit)
  • Dispepsia (nyeri dan perasaan tidak enak pada perut bagian atas)
  • Iritasi lambung
  • Mual
  • Muntah
  • Pusing
  • Hipoglikemia (kadar gula darah di bawah normal)
  • Perdarahan dan perforasi saluran cerna (usus pecah).

Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap aspirin atau asetosal, ulkus peptikum (luka pada lapisan atas usus atau lambung), stroke penyakit hemoragik (pecahnya arteri otak), hemofilia, trombositopenia (kekurangan trombosit), asam urat, gangguan dan ginjal berat, kehamilan dan menyusui.

Interaksi Obat

  • Peningkatan risiko perdarahan dan ulserasi GI (radang saluran cerna) jika digunakan bersama kortikosteroid.
  • Peningkatan risiko pendarahan jika digunakan bersama heparin, warfarin, fenindione, clopidogrel, dipyridamole.
  • Dapat mengakibatkan asidosis berat (kadar asam dalam tubuh tinggi) dan peningkatan toksisitas Sistem Saraf Pusat jika digunakan bersama acetazolamide.
  • Meningkatkan efek hipoglikemik (gula darah rendah) jika digunakan bersama sulfonilurea.
  • Mengurangi pengikatan fenitoin dan valproat
  • Mengurangi efek uricosurics misalnya probenecid, sulfinpyrazone
  • Meningkatkan risiko toksisitas hematologis metotreksat.

Kategori Kehamilan

  • (Di bawah trimester ketiga) Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengkategorikan Astika ke dalam Kategori C: Studi pada hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin (teratogenik atau embriosidal atau lainnya) dan tidak ada studi terkontrol pada wanita atau studi pada wanita dan hewan tidak tersedia. Obat diberikan hanya jika manfaat yang yang diperoleh lebih besar dari potensi risiko pada janin.
  • (Trimester ketiga) Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengkategorikan Astika ke dalam Kategori D: Ada bukti positif risiko pada janin manusia, tetapi manfaat obat jika digunakan pada wanita hamil dapat diterima meskipun ada risiko (misalnya, jika obat tersebut diperlukan dalam situasi yang mengancam jiwa atau untuk penyakit serius dimana obat-obatan yang lebih aman tidak dapat digunakan atau tidak efektif).

Overdosis

  • Penggunaan Acetylsalicylic acid yang melebihi dosis dapat menimbulkan gejala muntah, dehidrasi, tinitus, vertigo, tuli, berkeringat, ekstremitas hangat disertai denyut nadi yang kecil, peningkatan laju pernapasan, hiperventilasi, gangguan asam basa, hematemesis, hiperpireksia, hipoglikemia, hipokalemia, trombositopenia, peningkatan INR / PTR, koagulasi intravaskular, gagal ginjal, edema paru, efek susunan saraf pusat (misalnya kebingungan, disorientasi, koma, kejang).
  • Jika terjadi overdosis berikan arang aktif jika pasien mengonsumsi > 250 mg/kgBB dalam 1 jam. Lakukan alkalinisasi urin dengan pemberian 1,26% Na bikarbonat kemudian pantau pH urin. Koreksi asidosis metabolik dengan 8,4% Na bikarbonat secara intravena. Untuk keracunan parah (konsentrasi plasma > 700 mg/L), hemodialisis adalah pengobatan pilihan.