Obat Alergi

Etadexta

Klikdokter, 23 Des 2021

Ditinjau Oleh Tim Apoteker Klikdokter

Etadexta digunakan untuk alergi yang membutuhkan terapi dengan kortikosteroid.

Pengertian

Etadexta adalah obat yang memiliki kandungan dexamethasone dan dexchlorpheriamine maleate sebagai zat aktifnya. Dexamethasone merupakan termasuk golongan kortikosteroid yang digunakan untuk meredakan peradangan. Dexchlorpheriamine maleate merupakan obat golongan antihistamin (antialergi) yang digunakan untuk mengurangi gejala alergi.

Keterangan

  • Golongan: Obat Keras
  • Kelas Terapi: Kortikosteroid
  • Kandungan: Dexamethasone 0.5 mg, Dexchlorpheniramine Maleate 2 mg
  • Bentuk: Kaplet
  • Satuan Penjualan: Strip
  • Kemasan: Box, 10 Strip @ 10 Kaplet
  • Farmasi: Errita Pharma.

Kegunaan

Etadexta digunakan untuk alergi yang membutuhkan terapi dengan kortikosteroid.

Dosis & Cara Penggunaan

Etadexta merupakan obat yang termasuk ke dalam golongan obat keras sehingga pada setiap pembeliannya harus menggunakan resep dokter. Selain itu, dosis penggunaan Etadexta juga harus dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu sebelum digunakan, karena dosis penggunaannya berbeda-beda setiap individu.

Dewasa dan anak diatas 12 tahun: 1 tablet tiap 4-6 jam. maksimal 6 tablet per hari.

Cara Penyimpanan:
Simpan pada suhu dibawah 25°C, di tempat yang kering.

Efek Samping

Efek samping yang mungkin terjadi yaitu gangguan muskuloskeletal, neurologik, dermatologik, endokrin, oftalmik, metabolik, psikiatrik, saluran cerna.

Kontraindikasi:

  • Infeksi yang tidak diobati (sistemik dan topikal).
  • Purpura trombositopenik idiopatik (IM).

Interaksi obat:
Berikut adalah interaksi obat yang mengandung dexamethasone dan dexchlorpheniramine maleate, termasuk Etadexta dengan obat-obat lain jika digunakan secara bersamaan:

  • Agen Kalium-depleting: jika diberikan bersamaan dengan obat-obat kalium-depleting agen (misalnya, amfoterisin B, diuretik), pengamatan ketat harus dilakukan terhadap kemungkinan terjadinya hipokalemia.
  • Antidiabetik: kortikosteroid dapat meningkatkan konsentrasi glukosa darah, oleh karena itu penyesuaian dosis obat anti diabetes mungkin diperlukan.
  • Anti jamur azole seperti ketoconazole: mengurangi metabolisme kortikosteroid sehingga dapat meningkatkan kadar dan efek farmakologisnya.
  • NSAID: aspirin atau NSAID lainnya meningkatkan risiko efek samping perdarahan pada saluran pencernaan.
  • Cholestyramine dan efedrin: Cholestyramine meningkatkan klirens kortikosteroid sehingga menurunkan kadar/efek farmakologisnya.
  • Penggunaan bersamaan dengan agen antikolinesterase dapat menyebabkan kelemahan yang parah pada pasien myasthenia gravis. Jika memungkinkan, agen antikolinesterase harus ditarik setidaknya 24 jam sebelum memulai terapi kortikosteroid.
  • Pasien yang menggunakan glikosida digitalis mungkin mengalami peningkatan risiko aritmia karena hipokalemia.
  • Estrogen, termasuk kontrasepsi oral, dapat menurunkan metabolisme hepatik kortikosteroid tertentu, sehingga meningkatkan efeknya.
  • Enzim hati reagen (misalnya, barbiturat, fenitoin, carbamazepine, rifampin) dapat meningkatkan metabolisme kortikosteroid. Dosis kortikosteroid mungkin perlu ditingkatkan.
  • Dexchlorpheniramine Maleate memiliki efek aditif dengan alkohol dan depresan sistem saraf pusat lainnya (barbiturate, opioid analgesics, hipnotik, sedatif, tranquilizers).
  • MAO inhibitors memperpanjang dan mengintensifkan efek antikolinergik (pengeringan) antihistamin.
  • Isoniazid: Konsentrasi serum isoniazid mungkin akan menurun jika diberikan bersamaan dengan kortikosteroid.