Obat Antinyeri

Meloxin

Klikdokter, 09 Mar 2021

Ditinjau Oleh Tim Apoteker Klikdokter

Meloxin digunakan untuk meredakan gejala-gejala artritis (peradangan sendi), inflamasi, pembengkakan, kaku nyeri otot.

Pengertian

Meloxin adalah obat yang memiliki komposisi meloxicam sebagai zat aktifnya. Meloxicam bekerja dengan cara menghambat enzim yang memproduksi prostaglandin, yaitu senyawa yang dilepas tubuh yang menyebabkan rasa sakit serta inflamasi. Dengan menghalangi prostaglandin, obat ini akan mengurangi rasa sakit dan inflamasi. Meloxin digunakan untuk mengobati arthritis (radang sendi) dan asam urat. Obat ini termasuk ke dalam golongan nonsteroidal anti-inflammatory drug (NSAID).

Keterangan

  • Golongan: Obat Keras
  • Kelas Terapi: Anti Inflamasi Non Steroid
  • Kandungan: Meloxicam 7.5 mg; Meloxicam 15 mg.
  • Bentuk: Tablet
  • Satuan Penjualan: Strip
  • Kemasan: Strip @ 10 Tablet
  • Farmasi: Interbat
  • Harga Meloxin 7.5 mg: Rp. 51.000 - Rp 122.000/ Strip
  • Harga Meloxin 15 mg: Rp. 91.000 - Rp. 200.000/ Strip

Kegunaan

Meloxin digunakan untuk meredakan gejala-gejala artritis (peradangan sendi), inflamasi, pembengkakan, kaku nyeri otot.

Dosis & Cara Penggunaan

Meloxin merupakan obat yang termasuk ke dalam golongan obat keras sehingga pada setiap pembeliannya harus menggunakan resep Dokter. Selain itu, dosis penggunaan meloxin juga harus dikonsultasikan dengan Dokter terlebih dahulu sebelum digunakan, karena dosis penggunaannya berbeda-beda setiap individu tergantung berat tidaknya penyakit yang diderita.

  • Rheumatoid arthritis: diberikan dosis 15 mg / hari. Dosis dapat dikurangi menjadi 7,5 mg / hari.
  • Osteoarthritis: diberikan dosis 7,5 mg / hari. Dosis dapat ditingkatkan sampai 15 mg / hari.
  • Pasien dialisis dengan gagal ginjal berat: Maksimal dosis: 7,5 mg / hr.

Cara Penyimpanan
Simpan pada suhu 25 derajat Celcius.

Efek Samping

Efek samping penggunaan Meloxin yang mungkin terjadi adalah:

  • Jantung berdebar.
  • Dehidrasi.
  • Sakit perut, sembelit, perut kembung, diare
  • Ruam
  • Peningkatan kadar transaminase serum, peningkatan bilirubin serum, peningkatan kreatinin dan BUN serum, penambahan atau penurunan berat badan.
  • Kecemasan
  • Sakit kepala, vertigo, kesemutan.
  • Mual, muntah
  • Pruritus
  • Badan lemas

Overdosis

  • Gejala: Kelesuan, mengantuk, mual, muntah, perdarahan gastrointestinal, jarang, hipertensi, gagal ginjal akut, disfungsi hati, depresi pernafasan, koma, kejang,  dan serangan jantung.
  • Penatalaksanaan: Mulai pengobatan simptomatik dan suportif. Pemberian arang aktif dan / atau induksi emesis dapat dipertimbangkan dalam waktu 4 jam setelah overdosis. Dapat diberikan 4 g kolestiramin untuk mempercepat pengeluaran obat dari dalam tubuh. Penanganan pasien overdosis hanya dapat dilakukan oleh tenaga medis profesional.

Kontraindikasi
Hindari penggunaan pada pasien dengan kondisi:

  • Pasien yang memiliki riwayat hipersensitif terhadap meloxicam atau obat golongan NSAID lainnya
  • Pasien yang memilki riwayat pendarahan lambung

Interaksi Obat
Hindari penggunaan Meloxin bersamaan dengan obat-obat berikut:

  • Obat anti inflamasi non steroid lain termasuk salisilat
  • Antikoagulan oral
  • Tiklopidin
  • Heparin
  • Trombolitik
  • Litium
  • Metotreksat
  • Diuretik (pantau fungsi ginjal)
  • Cholestyramine
  • Antihipertensi
  • Siklosporin

Kategori Kehamilan

  • Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengkategorikan Meloxin ke dalam Kategori C:
    Studi pada hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin (teratogenik atau embriosidal atau lainnya) dan tidak ada studi terkontrol pada wanita atau studi pada wanita dan hewan tidak tersedia. Obat diberikan hanya jika manfaat yang yang diperoleh lebih besar dari potensi risiko pada janin.

  • Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengkategorikan Meloxin ke dalam Kategori D (Hindari selama trimester ketiga atau menjelang persalinan):
    Ada bukti positif risiko pada janin manusia, tetapi manfaat obat jika digunakan pada wanita hamil dapat diterima meskipun ada risiko (misalnya, jika obat tersebut diperlukan dalam situasi yang mengancam jiwa atau untuk penyakit serius dimana obat-obatan yang lebih aman tidak dapat digunakan atau tidak efektif).