Obat Diare

Kaometa

Klikdokter, 20 Jun 2020

Ditinjau Oleh Tim Apoteker Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Kaometa berfungsi untuk mengobati diare.

Pengertian

Kaometa adalah obat antidiare yang mengandung Kaolin dan pektin, diproduksi oleh Intijaya Meta Ratna Farma. Obat ini berfungsi mengobati diare yang penyebabnya tidak diketahui dengan jelas. Kaometa bekerja dengan mengikat dan menjebak bakteri dan racunnya di usus.

Keterangan

  • Golongan: Obat Bebas
  • Kelas Terapi: Antidiare
  • Bentuk: Sirup
  • Kandungan: Kaolin 986 mg, Pektin 40 mg
  • Kemasan: Botol
  • Satuan Penjualan: Box, Botol @ 60 ml
  • Farmasi: Intijaya Meta Ratna Farma.

Kegunaan

Kaometa berfungsi mengobati diare.

Dosis & Cara Penggunaan

Kaometa merupakan obat bebas sehingga tidak memerlukan resep dokter.

  • Dewasa & anak > 12 tahun : 2 sendok takar (10 ml). Maksimal 60 ml dalam 24 jam.
  • Anak 6-12 tahun : 1-2 sendok takar (5-10 ml). Maksimal 30 ml dalam 24 jam.
  • Anak 3-6 tahun : 1-2 sendok takar (5-10 ml). Maksimal 15 ml dalam 24 jam.
  • Anak usia < 3 tahun : Sesuai petunjuk dokter.

Cara Penyimpanan:
Simpan pada suhu ruangan, di tempat yang kering.

Efek Samping

Efek Samping yang dapat timbul yaitu dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit dengan meningkatkan kehilangan natrium dan kalium dalam tinja, terutama pada orang tua, anak-anak dan diare berat.

Kontraindikasi:

  • Tidak boleh diberikan pada pasien yang hipersensitif
  • Tidak boleh diberikan pada penderita obstruksi usus
  • Tidak boleh diberikan pada Penderita konstipasi (sembelit).

Interaksi obat:
Dapat mengurangi penyerapan sejumlah obat (mis. Tetrasiklin, lincomycin, digoxin, aspirin, kloroquin, hidroksi kloroquin, fenotiazin).

Kategori kehamilan:
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengategorikan Kaometa ke dalam Kategori B:
Studi pada reproduksi hewan tidak menunjukkan risiko janin, tetapi tidak ada studi terkontrol pada wanita hamil atau studi reproduksi hewan telah menunjukkan efek buruk (selain penurunan kesuburan) yang tidak dikonfirmasi dalam studi terkontrol pada wanita hamil trimester pertama (dan tidak ada bukti risiko pada trimester berikutnya).