Obat Gangguan Saraf

Fordesia

Klikdokter, 02 Jan 2021

Ditinjau Oleh Tim Apoteker Klikdokter

Fordesia digunakan untuk mengobati gejala dari demensia ringan sampai sedang pada penyakit Alzheimer.

Pengertian

Fordesia adalah sediaan obat yang digunakan untuk meningkatkan daya ingat dan fungsi kognitif akibat gangguan pada sistem saraf pusat. Fordesia mengandung zat aktif Donepezil HCl yang bekerja dengan cara menghambat enzim kolinterase dan meningkatkan zat asetilkolin di otak untuk mengatasi kondisi gangguan ingatan seperti demensia (pikun) dan penyakit Alzheimer.

Keterangan

  • Golongan: Obat Keras.
  • Kelas Terapi: Neurodegeneratif.
  • Kandungan: Donepezil HCl 5 mg.
  • Bentuk: Tablet.
  • Satuan Penjualan: Strip.
  • Kemasan: Strip @ 10 Tablet.
  • Farmasi: Dankos Farma.

Kegunaan

Fordesia digunakan untuk mengobati gejala dari demensia ringan sampai sedang pada penyakit Alzheimer.

Dosis & Cara Penggunaan

Fordesia termasuk dalam golongan Obat Keras, maka dari itu penggunaan obat ini harus dengan Anjuran dan Resep Dokter:

Dosis awal: 1 tablet perhari. Dosis dapat ditingkatkan menjadi 2 tablet perhari setelah penilaian klinis selama 1 bulan.

Cara Penyimpanan
Simpan pada suhu antara 15-30 derajat Celcius.

Efek Samping

Efek samping yang mungkin terjadi selama pengguaan Fordesia, antara lain:

  • Mual, muntah, diare.
  • Insomia.
  • Kram otot.
  • Anoreksia (gangguan makan).

Kontraindikasi
Hindari penggunaan Fordesia pada pasien yang memiliki hipersensitif terhadap salah satu zat atau komponen Donepezil HCl.

Interaksi Obat
Fordesia dapat berinteraksi jika di berikan bersamaan dengan golongan obat anestesi, antikolinergik, suksinilkolin, agen penghambat neuromuskuler lainnya atau agonis kolinergik.

Kategori Kehamilan
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengkategorikan Fordesia ke dalam Kategori C:
Studi pada hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin (teratogenik atau embriosidal atau lainnya) dan tidak ada studi terkontrol pada wanita atau studi pada wanita dan hewan tidak tersedia. Obat diberikan hanya jika manfaat yang yang diperoleh lebih besar dari potensi risiko pada janin.

Overdosis

  • Gejala: Krisis kolinergik yang ditandai dengan mual parah, muntah, mengeluarkan air liur, berkeringat, denyut jantung dibawah normal, tekanan darah rendah, depresi pernapasan, kolaps, kejang, kelemahan otot.
  • Penatalaksanaan: Pengobatan suportif dan penggunaan antikolinergik seperti atropin melalui injeksi intravena (pembuluh darah). Penanganan pasien overdosis hanya dapat dilakukan oleh tenaga medis profesional.