Obat Antinyeri

Fenaren

Klikdokter, 22 Des 2021

Ditinjau Oleh Tim Apoteker Klikdokter

Fenaren digunakan untuk mengatasi nyeri.

Pengertian

Fenaren adalah obat anti inflamasi non steroid yang di produksi oleh Bernofarm. Obat ini mengandung Diclofenac Na yang diindikasikan untuk meredakan nyeri ringan hingga sedang, mengobati gangguan inflamasi/ peradangan. Diklofenak yang terkandung dalam Fenaren merupakan obat anti inflamasi non steroid yang berasal dari asam fenilasetat, memiliki sifat analgesik, antiinflamasi, dan antipiretik. Bekerja dengan menghambat reversibel siklooksigenase-1 dan 2, dan juga menghambat sintesis prostaglandin.

Keterangan

  1. Fenaren Injeksi
    • Golongan: Obat Keras
    • Kelas Terapi: Obat Anti Inflamasi Non Steroid
    • Kandungan: Diclofenac Na 25 mg/mL
    • Bentuk: Cairan Injeksi
    • Satuan Penjualan: Ampul
    • Kemasan: Box, 10 Ampul @ 3 mL
    • Farmasi: Bernofarm.
  2. Fenaren Tablet
    • Golongan: Obat Keras
    • Kelas Terapi: Obat Anti Inflamasi Non Steroid
    • Kandungan: Diclofenac Na 50 mg
    • Bentuk: Tablet Salut Enterik
    • Satuan Penjualan: Strip
    • Kemasan: Strip @ 10 Tablet
    • Farmasi: Bernofarm.

Kegunaan

Fenaren diindikasikan untuk meredakan nyeri kolik ginjal (nyeri ang disebabkan oleh batu pada saluran kemih), gout (asam urat) akut, nyeri akut, osteoartritis (nyeri sendi akibat inflamasi), nyeri setelah trauma tak disengaja, nyeri pasca operasi, artritis reumatoid (peradangan sendi).

Dosis & Cara Penggunaan

Fenaren termasuk dalam golongan obat keras sehingga hanya bisa didapatkan dan digunakan berdasarkan resep dokter.

  1. Fenaren Injeksi
    • Intravena (disuntikkan melalui pembuluh darah)
      • Nyeri Akut: Dewasa: Untuk kasus ringan hingga sedang: 37,5 mg setiap 6 jam sesuai kebutuhan. Maksimal: 150 mg setiap hari. Periode maksimum: 2 hari.
      • Nyeri Pasca Operasi: Dewasa: Sebagai pengobatan: 75 mg dengan infus intravena selama 30 menit hingga 2 jam atau sebagai injeksi bolus; jika perlu, dapat diulang setelah 4-6 jam.
      • Pencegahan nyeri pasca operasi: Dosis awalnya, 25-50 mg dengan infus intravena selama 15 menit hingga 1 jam atau sebagai injeksi bolus, infus kontinu kira-kira 5 mg setiap jam. Maksimal: 150 mg setiap hari. Periode maksimum: 2 hari.
    • Intramuskuler (disuntikkan melalui otot)
      • Kolik ginjal (Rasa sakit yang disebabkan oleh batu pada saluran kemih): Dewasa: 75 mg; jika perlu, dapat diulang setelah 30 menit. Maksimal: 150 mg setiap hari. Periode maksimum: 2 hari.
      • Gout akut, Nyeri akut, Osteoartritis, Nyeri setelah trauma tak disengaja, Nyeri pasca operasi, Artritis reumatoid: Dewasa: 75 mg 1 x sehari dengan injeksi intragluteal (pinggul). Maksimal: 150 mg setiap hari. Periode maksimum: 2 hari.

  2. Fenaren Tablet
    • Dewasa: 1 tablet, diminum 3 kali sehari.

Cara Penyimpanan
Simpan pada suhu antara 20-25 derajat Celcius, serta terhindari dari cahaya dan panas.

Efek Samping

Efek samping penggunaan Fenaren yang mungkin terjadi adalah:

  • Hipertensi
  • Kelainan fungsi hati (misalnya: peningkatan hati, transaminase, kadar enzim)
  • Anemia
  • Diskrasia darah berat yang jarang (misalnya: agranulositosis (sumsum tulang gagal membentuk granulosit), trombositopenia (jumlah trombosit kurang dari normal), anemia aplastik)
  • Risiko hiperkalemia (kadar kalium lebih tinggi dari normal)
  • Nyeri dada
  • Mual, muntah
  • Diare, sembelit
  • Pencernaan yang terganggu
  • Perut kembung, sakit perut
  • Reaksi di tempat suntikan (misalnya: Nyeri)
  • Gangguan makan
  • Nyeri sendi
  • Osteoarthritis (kondisi di mana sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang timbul karena gesekan ujung-ujung tulang penyusun sendi)
  • Nyeri punggung, nyeri tungkai
  • Sakit kepala, pusing


Kontraindikasi

  • Tidak boleh diberikan pada pasien yang hipersensitif terhadap diklofenak atau NSAID lainnya.
  • Tidak boleh diberikan pada penderita asma sensitif aspirin, gagal jantung sedang hingga berat, penyakit jantung iskemik, penyakit arteri perifer, penyakit serebrovaskular, ulserasi gastrointestinal, perforasi atau perdarahan, perawatan dalam pengaturan CABG, gangguan hati atau ginjal berat.
  • Tidak boleh diberikan pada wanita hamil (trimester ketiga).
  • Tidak boleh digunankan bersamaan dengan obat anti inflamasi non steroid, antiplatelet, antikoagulan lainnya secara bersamaan.


Interaksi Obat

  • Meningkatkan risiko ulserasi gastrointestinal, perforasi atau perdarahan jika digunakan bersamaan dengan kortikosteroid lain, SSRI.
  • Meningkatkan risiko efek samping terkait CV jika digunakan bersamaan dengan glikosida jantung.
  • Meningkatkan risiko hiperkalemia dan toksisitas ginjal jika digunakan bersamaan dengan inhibitor ACE, diuretik, siklosporin, tacrolimus.
  • Meningkatkan risiko toksisitas hematologis jika digunakan bersamaan dengan AZT.
  • Meningkatkan kadar dan risiko toksisitas jika digunakan bersamaan dengan digoksin, litium, metotreksat, pemetrexed, fenitoin. Efek menurun jika digunakan bersamaan dengan colestipol, cholestyramine.
  • Mengurangi efek mifepristone.
  • Meningkatkan konsentrasi plasma puncak jika digunakan bersamaan dengan penghambat CYP2C9 misalnya: vorikonazol.

Kategori Kehamilan

  • (Sebelum usia kandungan 30 minggu ) Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengkategorikan Fenaren ke dalam Kategori C: Studi pada hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin (teratogenik atau embriosidal atau lainnya) dan tidak ada studi terkontrol pada wanita atau studi pada wanita dan hewan tidak tersedia. Obat diberikan hanya jika manfaat yang yang diperoleh lebih besar dari potensi risiko pada janin.
  • (Mulai usia kandungan 30 minggu ) Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengkategorikan XXX ke dalam Kategori D: Ada bukti positif risiko pada janin manusia, tetapi manfaat obat jika digunakan pada wanita hamil dapat diterima meskipun ada risiko (misalnya, jika obat tersebut diperlukan dalam situasi yang mengancam jiwa atau untuk penyakit serius dimana obat-obatan yang lebih aman tidak dapat digunakan atau tidak efektif).

Overdosis

  • Gejala: telinga berdenging, badan lemas, sakit kepala, mengantuk, mual, muntah, diare, pusing, gangguan pencernaan,  hipertensi, depresi pernafasan, gagal ginjal akut, koma.
  • Penatalaksanaan: Penanganan pasien overdosis hanya dapat dilakukan oleh tenaga medis profesional.