Obat Antibiotik

Erphatrim Forte

Klikdokter, 17 Des 2020

Ditinjau Oleh Tim Apoteker Klikdokter

Erphatrim Forte Tablet adalah obat antibiotik yang mengandung Sulfamethoxazole + Trimethoprim.

Pengertian

Erphatrim Forte adalah obat antibiotik yang mengandung Sulfamethoxazole + Trimethoprim. Obat antibiotik ini digunakan untuk mengobati infeksi telinga, infeksi saluran kemih, bronkitis (Radang selaput saluran bronkial, yang membawa udara ke dan dari paru-paru), diare, shigellosis (disentri yang disebabkan oleh infeksi Shigella dysentery bacilli di dalam usus dan rektum), dan Pneumocystis pneumonia (infeksi serius yang menyebabkan peradangan dan penumpukan cairan pada paru-paru).

Keterangan

  • Golongan: Obat Keras.
  • Kelas Terapi: Antibakteri Kombinasi.
  • Kandungan: Trimethoprim 160 mg, Sulfamethoxazole 800 mg.
  • Bentuk: Tablet.
  • Satuan Penjualan: Strip.
  • Kemasan: Strip @ 10 Tablet.
  • Farmasi: Erlimplex.

Kegunaan

Erphatrim Forte dapat digunakan untuk mengatasi beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti:

  1. Infeksi saluran pernafasan : otitis media akut yang disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae atau Haemophilus influenzae. Eksaserbasi akut bronkitis kronis yang disebabkan oleh pneumoniae atau H. influenzae, sebagai obat alternatif jika obat golongan penicillin tidak dapat digunakan.
  2. Septikemia (keracunan darah oleh bakteri patogenik atau zat-zat yang dihasilkan oleh bakteri tersebut)
  3. Brucellosis (Brucellosis adalah infeksi yang disebabkan bakteri yang berasal dari hewan ke manusia ) dan kolera (Kolera adalah penyakit akibat bakteri yang biasanya menyebar melalui air yang terkontaminasi. Penyakit ini dapat menyebabkan dehidrasi dari diare yang parah )
  4. Demam tifus dan infeksi Salmonella lain.
  5. Infeksi saluran pencernaan : sebagai pencegahan traveller diare yang disebabkan oleh bakteri E. coli, sebagai alternatif antibiotik golongan kuinolon.
  6. Infeksi saluran kemih : obat ini juga bermanfaat untuk pengobatan infeksi saluran kemih yang disebabkan bakteri coli, Klebsiella, Enterobacter, Morganella morganii, Proteus mirabilis, atau P. vulgaris.
  7. Pertusis (Batuk rejan atau pertusis adalah infeksi bakteri pada paru-paru dan saluran pernapasan yang mudah sekali menular)

 

Dosis & Cara Penggunaan

Erphatrim Forte termasuk dalam golongan obat keras sehingga hanya bisa didapatkan dan digunakan berdasarkan resep dokter.

  • Penggunaan Erphatrim Forte harus dihabiskan sesuai dosis yang diberikan selama 14-21 hari.
  • Pneumocystis pneumonia: 1 kaplet diminum sekali sehari selama 7 hari; atau 1 kaplet diminum 3 kali seminggu pada hari-hari tertentu.

Cara Penyimpanan
Simpan pada suhu antara 15-30 derajat Celcius, di tempat kering dan terhindar dari cahaya.

Efek Samping

Efek samping penggunaan Erphatrim Forte yang mungkin terjadi adalah:

  • Miokarditis (Peradangan pada lapisan tengah dinding jantung)
  • Eritema multiformis (Gangguan kulit yang ditandai dengan lesi berbentuk lingkaran bulls-eye).
  • Angioedema (Pembengkakan tanpa nyeri di bawah kulit, yang dipicu alergi terhadap bulu binatang, serbuk sari, obat-obatan, racun, makanan, atau pengobatan)
  • Demam
  • Mual dan Muntah
  • Reaksi alergi umum
  • Fotosensitivitas (sensitivitas yang terlalu berlebihan terhadap paparan sinar ultraviolet (UV) dari matahari dan sumber cahaya lainnya)
  • Pruritus (Sensasi tidak nyaman yang menjengkelkan yang menciptakan dorongan untuk menggaruk yang dapat melibatkan setiap anggota tubuh)
  • Kulit melepuh
  • Ruam
  • Kolitis pseudomembranosa (Peradangan pada usus yang disebabkan oleh bakteri Clostridium difficile)
  • Pankreatitis (Peradangan pada organ yang berada di belakang bagian bawah lambung (pankreas))
  • Stomatitis (Kondisi yang menyebabkan pembengkakan yang menyakitkan dan luka di dalam mulut)
  • Nyeri perut
  • Diare
  • Anoreksia (Gangguan makan yang menyebabkan seseorang terobsesi dengan berat badan dan apa yang dimakannya)
  • Gagal ginjal (Kondisi dimana fungsi ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik)
  • Nefritis interstisial (infeksi yang menyebabkan peradangan dan pembengkakan di ruang sekitar nefron),
  • Hiperkalemia (Kadar kalium elektrolit dalam darah yang tinggi)
  • Kejang-kejang,
  • Neuropati perifer (gangguan yang terjadi akibat kerusakan pada sistem saraf perifer atau sistem saraf tepi),
  • Ataksia (Gangguan keseimbangan atau koordinasi, dapat disebabkan karena kerusakan otak, saraf, atau otot),
  • Vertigo (Sensasi berputar di dalam atau di luar kepala yang tiba-tiba, seringkali dipicu karena menggerakkan kepala terlalu cepat)

Kontraindikasi
Tidak boleh diberikan pada pasien dengan kondisi:

  • Hipersensitivitas terhadap trimethoprim atau sulfonamides
  • Gagal hati berat dan gagal ginjal
  • Gangguan hematologis yang serius dan porfiria (Gangguan akibat penumpukan bahan kimia tertentu yang terkait dengan protein sel darah merah)

Interaksi Obat

  • Obat penghambat ACE: Dapat meningkatkan risiko hiperkalemia (Kadar kalium elektrolit dalam darah yang tinggi)
  • Prilocaine: Dapat meningkatkan risiko methemoglobinemia (kondisi yang disebabkan oleh peningkatan kadar methemoglobin dalam darah)
  • Obat ini dapat meninggkatkan konsentrasi amivudine, zidovudine, dan zalcitabine dalam plasma
  • Amiodaron: Dapat meningkatkan risiko aritmia ventrikel (kondisi ini disebabkan oleh adanya gangguan listrik otot jantung pada bilik jantung (ventrikel), sehingga aliran darah ke jantung jadi terhenti)
  • Bila dikonsumsi Pirimetamin pada dosis> 25 mg setiap minggu: Dapat meningkatkan anemia megaloblastik (anemia yang disebabkan oleh kelainan proses pembentukan DNA sel darah merah)
  • Dofetilide: Dapat meningkatkan risiko perpanjangan QT
  • Diuretik: Dapat meningkatkan risiko trombositopenia (Rendahnya jumlah trombosit dalam darah)
  • Mercaptopurine dan azathioprine: Dapat meningkatkan risiko toksisitas hematologis

Kategori Kehamilan
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengkategorikan Erphatrim Forte ke dalam Kategori C:
Studi pada hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin (teratogenik atau embriosidal atau lainnya) dan tidak ada studi terkontrol pada wanita atau studi pada wanita dan hewan tidak tersedia. Obat diberikan hanya jika manfaat yang yang diperoleh lebih besar dari potensi risiko pada janin.

Overdosis

  • Gejala: Pusing, mual, muntah, ruam, sakit kepala, mengantuk, susah berkemih, wajah bengkak, lemas dan kebingungan, depresi sumsum tulang, sedikit peningkatan serum aminotransferase.
  • Penatalaksanaan: Pengobatan suportif dan simptomatik. Kosongkan perut segera dengan menginduksi muntah atau bilasan lambung. Amati pasien minimal 4 jam dan pantau urea dan elektrolit dengan FBC. Berikan cairan untuk mempertahankan keluaran urin yang baik. Dapat memberi diberikan Ca leucovirin dengan dosis 5-10 mg / hari untuk mengatasi efek samping trimetoprim pada sumsum tulang atau Ca folinate dengan dosis 3-6 mg selama 5-7 hari secara oral atau secara injeksi intramuskular (melalui otot).