Obat Gangguan Saraf Pusat

Dilantin

Klikdokter, 03 Des 2020

Ditinjau Oleh Tim Apoteker Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Dilantin digunakan untuk membantu mencegah serangan epilepsi.

Pengertian

Dilantin adalah obat yang digunakan untuk terapi pengobatan epilepsi agar dapat mengatasi timbulnya kejang dan aritmia jantung (gangguan detak jantung) serta merelaksasi otot. Dilantin mengandung zat aktif Fenitoin yaitu obat antikonvulsan yang bekerja dengan cara menyeimbangkan impuls listrik di otak. Pada membran sel saraf khususnya kanal natrium, Dilantin akan mengurangi masuknya ion Na+ pada bagian korteks motor yang merupakan pusat kendali terjadinya kejang di otak. Selain itu, Dilantin dapat bekerja dengan menekan pacu jantung di bagian ventrikel dan memperpendek potensi aksi jantung, sehingga berfungsi sebagai anti aritmia (gangguan detak jantung) dan menstabilkan kembali ritme jantung untuk kembali normal.

Keterangan

  1. Dilantin Injeksi
    • Golongan: Obat Keras.
    • Kelas Terapi: Antikonvulsan.
    • Kandungan: Phenytoin 250 mg/ mL .
    • Bentuk: Cairan Injeksi.
    • Satuan Penjualan: Ampul.
    • Kemasan: Ampul @ 5 mL .
    • Farmasi: Actavis Italy/ PT Pfizer Indonesia.
  2. Dilantin Kapsul
    • Golongan: Obat keras
    • Kelas Terapi: Antikejang
    • Kandungan: Phenytoin Na 100 mg
    • Bentuk: Kapsul Lepas Lambat
    • Satuan Penjualan: Botol
    • Kemasan: Botol @ 100 Kapsul
    • Farmasi: Pfizer Indonesia PT

Kegunaan

Dilantin digunakan untuk membantu mencegah serangan epilepsi.

Dosis & Cara Penggunaan

Dilantin merupakan obat yang termasuk ke dalam golongan obat keras sehingga pada setiap pembeliannya harus menggunakan resep dokter. Selain itu, dosis penggunaan dilantin juga harus dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu sebelum digunakan, karena dosis penggunaan nya berbeda-beda setiap individu tergantung berat tidaknya penyakit yang diderita. Penggunaan dilantin injeksi harus dibantu oleh tenaga ahli medis.

  1. Dilantin Injeksi
    • Dosis untuk injeksi maksimal: 50 mg / menit melalui injeksi intravena.
    • Epilepsi: 10-15 mg / kgBB melalui injeksi intravena (pembuluh darah) lambat (sekitar 20 menit untuk pasien dengan berat badan 70 kg), dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 100 mg Dilantin melalui pemberian oral atau injeksi intravena setiap 6-8 jam.
    • Bedah Saraf: 100-200 mg melalui injeksi intramuskular (melalui otot) selama 4 jam dan setelah operasi.
    • Aritmia jantung: 3.5-5 mg / kgBB, pemberian Dilantin 250 mg/ 5ml di ulangi sekali jika perlu. Total dosis harian: 700-1.000 mg.
  2. Dilantin Kapsul
    • Dosis awal: 1 kapsul, di minum 3 kali sehari.
    • Dosis pemeliharaan: 3-4 kapsul, di minum 3-4 kali dalam dosis terbagi masing-masing. Peningkatan hingga 6 kapsul (600 mg) setiap hari dapat dilakukan jika perlu.
    • Dosis untuk anak: 5 mg / kg berat badan / hari dalam 2 atau 3 dosis terbagi. Maksimal: 300 mg setiap hari.
    • Dosis untuk anak usia > 6 tahun dan remaja mungkin memerlukan dosis dewasa minimum (300 mg setiap hari).

Cara Penyimpanan
Simpan pada suhu di bawah 30 derajat Celcius.

Efek Samping

Efek samping penggunaan Dilantin yang mungkin terjadi adalah:

  • Sakit Kepala
  • Pusing
  • Penglihatan ganda
  • Mengantuk
  • Sembelit
  • Gemetar
  • Konsentrasi berkurang
  • Kurang nafsu makan
  • Sulit tidur

Kontraindikasi
Hindari penggunaan Dilantin pada pasien yang memiliki indikasi:

  • Pasien dengan kerusakan parah pada sel darah dan sumsum tulang
  • Sindrom sinus sakit
  • Sinus bradikardia
  • Dalam kasus gagal jantung (LVEF <35%)
  • Penggunaan bersamaan dengan delavirdine

Interaksi Obat
Dilantin akan berinteraksi jika di berikan dengan obat: Amiodaron, simetidin, disulfiram, isoniazid, metronidazol menghambat metabolisme fenitoin. Kadar fenitoin dalam plasma meningkat jika di berikan bersamaan dengan kloramfenikol, sikloserin, diltiazem, ethosuximide, fluoxetine, fluvoksamin, mikonazol, nifedipin, trimetoprim.

Kategori Kehamilan
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengkategorikan dilantin ke dalam Kategori D:
Ada bukti positif risiko pada janin manusia, tetapi manfaat obat jika digunakan pada wanita hamil dapat diterima meskipun ada risiko (misalnya, jika obat tersebut diperlukan dalam situasi yang mengancam jiwa atau untuk penyakit serius dimana obat-obatan yang lebih aman tidak dapat digunakan atau tidak efektif).

Overdosis

  • Gejala: gerakan bola mata yang tidak terkendali, gangguan saraf, gemetar, hiperrefleksia, mengantuk, lesu, bicara cadel, penglihatan kabur, mual, dan muntah. Pasien bisa menjadi koma dan hipotensi. Kematian disebabkan oleh depresi pernapasan dan peredaran darah.
  • Perawatan: Perawatan tidak spesifik karena tidak ada obat penawar yang diketahui. Kecukupan sistem pernapasan dan peredaran darah harus diamati dengan cermat dan tindakan suportif yang sesuai diterapkan. Hemodialisis dapat dipertimbangkan karena fenitoin tidak terikat sepenuhnya pada protein plasma. Transfusi pertukaran total telah digunakan dalam pengobatan keracunan parah pada pasien anak.