Obat Gangguan Pencernaan

Costil

Klikdokter, 19 Nov 2020

Ditinjau Oleh Tim Apoteker Klikdokter

Costil diindikasikan untuk mengobati gangguan motilitas lambung, mual, dan muntah.

Pengertian

Costil adalah obat yang di produksi oleh Pyridam Farma. Obat ini mengandung Domperidone yang diindikasikan untuk pengobatan gangguan pencernaan fungsional, anti mual dan muntah. Obat ini bekerja dengan mempercepat gerakan saluran pencernaan, sehingga makanan di dalam lambung lebih cepat menuju usus dan mengurangi rasa mual dan muntah.

Keterangan

  1. Costil Tablet
    • Golongan: Obat Keras
    • Kategori: Regulator Gastrointestinal, Antiflatulen, dan Anti Inflamasi
    • Kandungan: Domperidone 10 mg
    • Bentuk: Tablet
    • Satuan Penjualan: Strip
    • Kemasan: Strip @ 6 Tablet
    • Farmasi: Pyridam Farma
  2. Costil Sirup
    • Golongan: Obat Keras.
    • Kelas Terapi: Antiemetik.
    • Kandungan: Domperidone 1 mg/mL.
    • Bentuk: Sirup.
    • Satuan Penjualan: Botol.
    • Kemasan: Botol @ 60 mL.
    • Farmasi: PT Pyridam Farma.

Kegunaan

Costil diindikasikan untuk mengobati gangguan motilitas lambung, mual, dan muntah.

Dosis & Cara Penggunaan

Costil termasuk dalam golongan obat keras sehingga hanya bisa didapatkan dan digunakan berdasarkan resep dokter.

  1. Costil Tablet
    • Dewasa: 1 tablet diminum 3 kali sehari. Maksimal dosis: 3 tablet perhari. Gunakan dosis efektif terendah untuk durasi sesingkat mungkin.
  2. Costil Sirup
    • Dewasa: 2 sendok takar (10 mL), diminum 3 kali sehari. Maksimal dosis: 6 sendok takar (30 mL). Gunakan dosis efektif terendah untuk durasi sesingkat mungkin.
    • Anak usia <12 tahun dengan berat badan <35 kg: dosis 0,25 mg / kg berat badan diberikan sampai 3 kali sehari. Maksimal: 0,75 mg / kg berat badan setiap hari. 

Cara Penyimpanan
Simpan pada suhu 15-30 derajat Celcius, di tempat kering dan sejuk.

Efek Samping

Efek samping penggunaan Costil yang mungkin terjadi adalah:

  • Mulut kering
  • Peningkatan kadar prolaktin (tergantung dosis) yang dapat menyebabkan galaktorea
  • Amenorea (siklus haid yang memanjang)
  • Ginekomastia (pembesaran jaringan kelenjar payudara pada pria); nyeri payudara
  • Kejang-kejang
  • Gatal biduran, ruam, gatal seluruh tubuh
  • Kram usus sementara, diare
  • Penurunan libido
  • Sakit kepala
  • Gangguan irama dan detak jantung.
  • Berpotensi fatal: Aritmia ventrikel serius, kematian jantung mendadak, reaksi alergi berat, angioedema (pembengkakan di bawah kulit).

Kontraindikasi
Hindari penggunaan pada pasien dengan kondisi:

  • Penderita tumor hipofisis pelepas prolaktin
  • Perpanjangan QT
  • Gangguan elektrolit
  • Penyakit jantung (misalnya: gagal jantung kongesif)
  • Perdarahan saluran pencernaan
  • Obstruksi mekanis, atau perforasi
  • Gangguan hati sedang sampai berat
  • Penggunaan bersamaan dengan obat pemanjangan QT dan inhibitor CYP3A4

Interaksi Obat

  • Dapat mengantagoniskan efek hipoprolaktinemik bromokriptin.
  • Dapat mengantagoniskan efek prokinetik dengan analgesik opioid dan antimuskarinik.
  • Berpotensi Fatal: Efek aditif jika digunakan bersamaan dengan obat lain yang memperpanjang interval QT.
  • Inhibitor CYP3A4 yang poten (misalnya: Ketoconazole, erythromycin atau ritonavir) dapat meningkatkan kadar serum domperidone dan selanjutnya meningkatkan risiko perpanjangan QT.

Overdosis

  • Gejala: kesadaran yang berubah, mengantuk, kejang, dan reaksi ekstrapiramidal.
  • Penatalaksanaan: Pengobatan simtomatik dan suportif. Dapat dilakukan bilas lambung dan diberikan arang aktif. Pertimbangkan pemberian obat antikolinergik atau anti-Parkinsonian untuk mengontrol reaksi ekstrapiramidal. Pantau EKG untuk kemungkinan perpanjangan interval QT.