Obat Antibiotik

Clarithromycin

Klikdokter, 22 Jun 2021

Ditinjau Oleh Tim Apoteker Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Clarithromycin adalah obat yang diindikasikan untuk menangani infeksi bakteri.

Pengertian

Clarithromycin adalah obat antibiotik makrolida yang digunakan untuk menangani infeksi bakteri pada saluran pencernaan, saluran pernapasan, serta kulit. 

Obat ini bekerja dengan cara menghentikan perkembangbiakan bakteri.

Keterangan

Berikut adalah keterangan Clarithromycin, mulai dari golongan obat hingga harga:

  • Golongan: Obat Keras. 
  • Kelas Terapi: Antibiotik. 
  • Kandungan: Clarithromycin 500 mg. 
  • Bentuk: Kaplet Salut Selaput. 
  • Satuan Penjualan: Strip. 
  • Kemasan: Strip @ 10 Kaplet. 
  • Farmasi: Ethercon.
  • Merk dagang yang beredar di Indonesia: Clarolid. Bicrolid, Hecobac, Abbotic, Clapharma, Orixal, Klarid, Twintic.
  • Harga: Rp87.000 – Rp118.500/ Strip.

Artikel Lainnya: Kena Infeksi Paru, Boleh Hirup Inhaler untuk Legakan Pernapasan?

Kegunaan

Fungsi Clarithromycin adalah untuk mengobati infeksi yang mudah atau peka dengan zat clarithromycin, seperti:

Dosis & Cara Penggunaan

Clarithromycin merupakan obat keras yang memerlukan anjuran serta resep dokter.

  1. Infeksi saluran pernapasan, infeksi kulit, infeksi bakteri rentan
  • Dewasa: ½ kaplet diminum 2x sehari. Dosis bisa dinaikkan menjadi 1 kaplet diminum 2x sehari untuk infeksi berat, apabila dibutuhkan. Durasi pengobatan selama 7-14 hari.
  • Anak: 7,5 mg/kgBB diminum 2x sehari selama 5-10 hari.
  1. Infeksi bakteri H. pylori berhubungan dengan tukak lambung
  • Dewasa: 1 kaplet diminum 2x sehari, bersamaan dengan antibakteri lain dan H2-receptor antagonist atau PPI selama 7-14 hari.
  • Anak usia ≥1 tahun: 7,5 mg/kgBB diminum 2x sehari, bersamaan dengan antibakteri lain dan PPI selama 7 hari.

Cara Penyimpanan

Simpan pada suhu 15-30 derajat Celsius, di tempat kering dan sejuk.

Artikel Lainnya: Terlalu Banyak Zat Besi Sebabkan Infeksi pada Kulit?

Efek Samping

Efek samping yang dapat muncul selama penggunaan Clarithromycin meliputi:

  • Stomatitis (pembengkakan pada rongga mulut).
  • Glositis (pembengkakan pada lidah).
  • Perubahan warna pada gigi dan lidah.
  • Sakit kepala.
  • Nyeri sendi.
  • Nyeri otot.
  • Hipoglikemia (kadar gula dalam darah di bawah normal).
  • Leukopenia (kadar sel darah putih di bawah normal).
  • Pankreatitis (pembengkakan pada pankreas). 

Overdosis

Penggunaan Clarithromycin yang melebihi dosis dapat menimbulkan beberapa gejala berikut:

  • Mual.
  • Muntah.
  • Sakit perut.
  • Diare.

Keluarkan segera obat yang tidak terserap dalam tubuh dan lakukan tindakan suportif. Penanganan pasien overdosis hanya dapat dilakukan oleh dokter.

Kontraindikasi

Hindari penggunaan Clarithromycin apabila pasien memiliki kondisi di bawah ini:

  • Hipersensitif terhadap clarithromycin atau antibiotik jenis makrolida lainnya.
  • Pasien yang menerima cisapride, terfenadine, ergotamine, astemizole, colchicine, dan pimozide.
  • Riwayat perpanjangan QT atau aritmia jantung ventrikel.

Artikel Lainnya: Perbedaan Infeksi Lambung karena Bakteri atau Luka

Interaksi Obat

Penggunaan Clarithromycin bersamaan dengan obat-obatan lain dapat menimbulkan interaksi. Contohnya adalah:

  • Mengurangi efisiensi dengan feniotin dan carbamazepine.
  • Efavirenz dan rifampisin dapat mempercepat metabolisme, yang membuat kadar plasma Clarithromycin lebih rendah.
  • Menghambat metabolisme dengan ritonavir.
  • Meningkatkan kemungkinan toksik digoxin.
  • Mengurangi konsentrasi zidovudine.
  • Mengakibatkan interaksi obat dua-arah dengan atazanavir dan itraconazole. 
  • Meningkatnya risiko terjadinya hipoglikemia dengan obat hipoglikemia, seperti insulin serta pioglitazone.
  • Penggunaan dengan verapamil dapat menyebabkan hipotensi, bradiaritmia, dan asidosis laktat.

Kategori Kehamilan

Kategori C: Penelitian pada hewan telah memperlihatkan adanya efek merugikan pada janin. Namun, belum ada penelitian yang cukup baik pada wanita hamil. 

Peringatan Menyusui

Berdasarkan data penelitian yang terbatas, Clarithromycin terserap ke dalam ASI dan telah dilaporkan dapat menyebabkan efek samping pada bayi yang disusui, seperti ruam, diare, kehilangan nafsu makan, dan mengantuk.

Jadi, keputusan harus dibuat apakah akan menghentikan menyusui atau menghentikan obat.