Obat Hipertensi

Aldactone

Klikdokter, 22 Sep 2020

Ditinjau Oleh Tim Apoteker Klikdokter

Aldactone mengatasi tekanan darah tinggi (hipertensi) dan sebagai diuretik (obat yang mempercepat pembentukan urin).

Pengertian

Aldactone adalah obat yang mengandung Spironolactone, diproduksi oleh Soho Industri Pharmasi. Obat ini digunakan untuk mengatasi tekanan darah tinggi (hipertensi). Aldactone juga digunakan sebagai diuretik (obat yang mempercepat pembentukan urin). Dengan menurunkan tekanan darah tinggi dapat membantu mencegah dan menurunkan resiko stroke, serangan jantung dan masalah ginjal. Aldactone bekerja dengan memblok zat kimia tertentu didalam tubuh (aldosterone) yang mengatur jumlah Kalium dan Natrium dalam urin. Untuk lebih memaksimalkan kerja dari Aldactone, Anda dianjurkan menghindari makanan yang banyak mengandung lemak dan terlalu asin (banyak mengandung garam).

Keterangan

  • Golongan: Obat Keras
  • Kelas Terapi: Diuretik
  • Kandungan: Spironolactone 25 mg; Spironolactone 100 mg
  • Bentuk: Tablet
  • Satuan Penjualan: Strip
  • Kemasan: Box, 10 Strip @ 10 Tablet
  • Farmasi: Soho Industri Pharmasi.

Kegunaan

Aldactone digunakan untuk:

  • Membantu mengatasi edema (pembengkakkan karena penumpukan cairan tubuh pada bagian tertentu)
  • Sirosis hati (peradangan seluruh sel hati) karena penumpukan cairan
  • Hipertensi (tekanan darah tinggi)
  • Hiperaldosteronisme primer (tubuh kehilangan sejumlah besar kalium dan natrium)
  • Pengelolaan hiperaldosteronisme sebelum operasi
  • Gagal jantung kongestif (kondisi di mana jantung tidak memompa darah yang cukup ke organ tubuh dan jaringan lain)
  • Hipokalemia (kadar kalium dalam darah dibawah normal).

Dosis & Cara Penggunaan

Aldacton termasuk dalam golongan obat keras. Penggunaanya harus berdasarkan resep dokter. Aturan penggunaan Aldactone secara umum adalah sebagai berikut:

  • Oedema
    Dewasa: dosis awal: 100 mg setiap hari, dosis dapat disesuaikan dengan respons hingga 400 mg setiap hari.
  • Sirosis hati dengan asites dan edema
    • Dewasa: Tergantung pada rasio Natrium dan kalium dalam urin:
      Jika >1: dosis awal: 100 mg setiap hari
      Jika < 1: dosis 200-400 per hari.
    • Anak: dosis awal: 3 mg/kg berat badan diberikan dalam dosis terbagi, dosis dapat disesuaikan dengan respons pasien.
    • Lansia: mulai dengan dosis terendah kemudian ditingkatkan jika diperlukan.
  • Hipertensi
    • Dewasa, sebagai monoterapi: dosis awal, 50-100 mg setiap hari dalam 1-2 dosis terbagi, dosis dapat disesuaikan setelah 2 minggu sesuai kebutuhan berdasarkan respons pasien.
  • Diagnosis hiperaldosteronisme primer
    • Dewasa: Tes panjang: 400 mg setiap hari selama 3-4 minggu. Tes singkat: 400 mg setiap hari selama 4 hari.
    • Anak: Dosis awal: 3 mg/kg berat badan diberikan dalam dosis terbagi, dapat disesuaikan dengan respons pasien.
    • Lansia: mulai dengan dosis terendah kemudian dosis dapat ditingkatkan jika diperlukan.
  • Manajemen hipaldosteronisme sebelum operasi
    • Dewasa: 100-400 mg setiap hari.
      Dosis pemeliharaan jangka panjang tanpa operasi: mulai dari dosis efektif terendah.
    • Anak: dosis awal: 3 mg/kg BB diberikan dalam dosis terbagi, dapat disesuaikan dengan respons.
    • Lansia: Mulai dengan dosis terendah kemudian dosis dapat ditingkatkan jika diperlukan.
  • Gagal jantung kongestif berat
    • Dewasa, sebagai terapi tambahan: dosis awalnya: 25 mg sekali sehari hingga maksimal 50 mg setiap hari. Dosis dapat dikurangi menjadi 25 mg setiap hari jika 25 mg dosis harian tidak ditoleransi.
    • Anak: Dosis awalnya: 3 mg/kgBB diberikan dalam dosis terbagi, dosis dapat disesuaikan dengan respons.
    • Lansia: mulai dengan dosis terendah kemudian ditingkatkan jika diperlukan.
  • Hipokalememia yang diinduksi diuretik
    • Dewasa: 25-100 mg setiap hari.

Cara Penyimpanan
Simpan pada suhu di bawah 25 derajat Celcius.

Efek Samping

Efek samping yang mungkin timbul adalah:

  • Mengantuk
  • Pusing, sakit kepala
  • Kram kaki
  • Gangguan saluran pencernaan (misalnya diare, kram perut)
  • Kebingungan mental
  • Ruam
  • Pruritus (gatal)
  • Gangguan elektroli
  • Ketidakteraturan menstruasi
  • Nyeri payudara.

Kontraindikasi
Hindari penggunaan obat ini pada pasien:

  • Anuria (tidak dapat memproduksi urin)
  • Hiperkalemia (kadar kalium darah lebih tinggi dari normal)
  • Penyakit Addison
  • Insufisiensi ginjal akut atau progresif
  • Penggunaan bersama dengan eplerenone.

Interaksi Obat

  • Peningkatan risiko hiperkalemia jika di berikan bersamaan dengan diuretik hemat K atau suplemen K lainnya, penghambat ACE, antagonis reseptor angiotensin II, trilostane, heparin, LMWH.
  • Peningkatan risiko nefrotoksisitas jika di berikan bersamaan dengan siklosporin, obat anti inflamasi non steroid.
  • Peningkatan risiko toksisitas litium.
  • Dapat meningkatkan kadar digoxin dalam serum.
  • Dapat mengurangi respons vaskular terhadap norepinefrin.
  • Penggunaan bersamaan dengan colestyramine dapat menyebabkan asidosis metabolik hiperkalemia.
  • Potensiasi hipotensi ortostatik dapat terjadi jika di berikan bersamaan dengan barbiturat atau narkotika.

Overdosis

  • Gejala overdosis Spironolactone antara lain mengantuk, mual, muntah, diare, pusing, kebingungan mental, ruam makulopapular atau eritematosa. Gejala yang jarang terjadi antara lain hiperkalemia, hiponatremia.
  • Jika terjadi overdosis, berikan pengobatan simtomatik dan suportif (oleh tenaga medis). Lakukan emesis atau bilas lambung. Dapat diberikan larutan CaCl secara intravena, Na bikarbonat, dan/atau glukosa oral atau parenteral dengan sediaan insulin kerja cepat untuk hiperkalemia berat. Resin penukar kation admin (misalnya Na polystyrene sulfonate) diberikan secara oral atau rektal. Dapat melakukan dialisis untuk hiperkalemia persisten.