Mengapa Wanita Rentan Terkena Osteoporosis?

Tak dimungkiri, wanita lebih rentan untuk terkena osteoporosis dibandingkan dengan pria. Menurut laporan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), osteoporosis menyerang hampir 1 dari 4 wanita usia 65 dan lebih tua di Amerika Serikat. Osteoporosis didefinisikan sebagai penurunan kepadatan tulang. Penuaan menjadi salah satu faktor risiko utama dari osteoporosis.

Beberapa hasil penelitian memercayai bahwa penurunan kepadatan tulang dan komplikasinya hanya memengaruhi wanita setelah menopause. Selain itu, meski osteoporosis empat kali lebih sering terjadi pada wanita ketimbang pria, beberapa bukti menunjukkan bahwa pria cenderung memiliki lebih banyak komplikasi terkait osteoporosis.

• Kadar hormon

Salah satu faktor yang bertanggung jawab atas terjadinya osteoporosis adalah adanya penurunan hormon estrogen sebagai akibat dari proses menopause. Hormon estrogen sangat berperan dalam proses produksi massa tulang serta mampu mengendalikan aktivitas pembentuk tulang dan penyerap tulang.

Suatu penelitian menguak bahwa pemberian estrogen dapat digunakan sebagai salah satu langkah untuk menangani osteoporosis pada wanita yang telah mengalami menopause.

Selain menopause, wanita juga akan lebih rentan mengalami osteoporosis apabila memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur, mendapatkan menstruasi pertama pada usia lebih muda, dan mengalami menopause lebih cepat.

• Postur tulang yang lebih kecil

Pertumbuhan tulang pada wanita mencapai titik tertingginya pada usia 18 tahun. Setelah usia tersebut, tulang wanita sebenarnya tetap melakukan perkembangan, tetapi dalam jumlah yang relatif lebih kecil dari sebelumnya. Terlebih, wanita memiliki massa tulang yang lebih rendah dibandingkan dengan pria.

Kemudian saat berusia 30 tahun, tulang Anda tidak mengalami peningkatan massa tulang lagi dan secara berkelanjutan hanya menggantikan sel tulang yang telah tua.

Lebih lanjut, wanita etnis Asia memiliki postur tubuh yang relatif kecil karena kerangka tulangnya lebih kecil dibandingkan etnis lainnya. Hal ini membuat massa tulang mereka lebih rendah daripada rata-rata massa tulang orang-orang di seluruh dunia. Akibatnya, muncul risiko lebih besar untuk mengalami patah tulang akibat osteoporosis.

• Asupan kalsium yang kurang

Secara umum asupan kalsium wanita di Asia rendah. Salah satu alasannya karena 80–90 persen wanita Asia mengalami intoleransi laktosa, yang menyebabkan mereka tidak bisa mengonsumsi produk susu hewani. Padahal, susu merupakan sumber utama kalsium dalam makanan yang berperan penting menyusun dan mempertahankan struktur tulang yang sehat.

1. Cukupi asupan kalsium dan vitamin D

Kalsium adalah mineral utama yang berperan penting dalam menyehatkan tulang sehingga bisa mencegah pengeroposan. Anda bisa mendapat asupan kalsium dengan mengonsumsi susu, bayam, sarden, tahu, teri, dan kangkung. Selain itu, vitamin D dibutuhkan untuk memaksimalkan penyerapan kalsium dan fosfor dalam tubuh. Asupan vitamin D bisa diperoleh dari salmon, hati sapi, telur, susu, dan jamur kancing.

2. Olahraga rutin

Berolahraga teratur bisa menguatkan tulang dan mencegah osteoporosis. Beberapa olahraga yang bisa dilakukan untuk menguatkan tulang, yaitu:

• Latihan beban (weight-bearing), seperti naik turun tangga, aerobik, lompat tali, joging, dan yoga.
• Latihan otot (muscle-strengthening), seperti push-up, sit-up, dan angkat beban menggunakan dumbbell.

3. Berhenti merokok

Nikotin yang terkandung di dalam rokok bisa menghalangi aliran darah ke tulang, menghambat produksi sel pembentuk tulang, dan mengganggu penyerapan tulang. Di samping berhenti merokok, Anda dianjurkan untuk membatasi konsumsi alkohol harian untuk menjaga kesehatan tulang.

Sebagai wanita yang rentan mengalami osteoporosis, hendaknya Anda bisa mengedepankan langkah-langkah pencegahan seperti yang dijelaskan di atas. Hindari hal-hal yang dapat mencetuskan penyakit tersebut, sehingga kualitas tulang yang Anda miliki lebih terjaga.

[RS/ RVS]