Kesehatan Mental

Premenstrual Syndrome (PMS) Dapat Memperparah Gejala Bipolar

Tri Yuniwati Lestari, 19 Mei 2022

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Premenstrual syndrome atau PMS disebut dapat memperburuk gangguan bipolar pada wanita. Kenapa hal itu bisa terjadi? Mari simak di sini.

Premenstrual Syndrome (PMS) Dapat Memperparah Gejala Bipolar

Gangguan bipolar adalah kondisi kesehatan mental yang ditandai dengan perubahan suasana hati ekstrem. Orang dengan bipolar bisa mengalami suasana hati tertinggi (manik), lalu ke berubah mengalami suasana hati terendah, yakni merasa sedih dan depresi. 

Beberapa wanita dengan gangguan bipolar melaporkan gejala gangguan mentalnya memburuk saat memasuki masa premenstrual syndrome (PMS).

Diduga, fluktuasi (naik turunnya) hormon selama pramenstruasi (PMS) menyebabkan gejala bipolar wanita memburuk. Untuk mengetahui penyebab memburuknya gejala bipolar saat PMS, simak ulasan berikut ini. 

Efek Samping PMS pada Wanita dengan Gangguan Bipolar

Penelitian yang dipublikasi oleh jurnal Bipolar Disorder tahun 2014 menemukan bahwa PMS berperan terhadap kekambuhan episode gejala gangguan bipolar.

Berikut kondisi yang dapat terjadi saat wanita dengan bipolar mengalami PMS:

  • Mengalami lebih banyak episode yang terkait dengan gangguan bipolar
  • Episode depresi yang sering kambuh
  • Memiliki episode yang lebih parah, termasuk episode depresi, manik, dan hipomanik

Studi tersebut juga pernah membandingkan hasil dari beberapa penelitian berbeda. Peneliti menemukan bahwa 44-68 persen wanita dengan gangguan bipolar memiliki beberapa perubahan mood saat PMS.

Artikel Lainnya: Tips Mendeteksi dan Mengatasi Perubahan Mood Secara Tiba-tiba

Kemudian, sekitar 15-27 persen wanita dengan gangguan bipolar juga memiliki gangguan mood yang berhubungan dengan gangguan disforia pramenstruasi atau premenstrual dysphoric disorder (PMDD).

Sekilas Tentang PMS dan PMDD

Umumnya siklus menstruasi berlangsung selama kurang lebih 28 hari. Siklus ini dipecah menjadi dua bagian, yaitu fase folikuler dan fase luteal.

Fase folikuler adalah tahap awal siklus menstruasi. Gejalanya ditandai dengan rendahnya tingkat progesteron (hormon kehamilan) dan peningkatan kadar estradiol (sejenis estrogen). Pada fase ini terjadi pelepasan sel telur dari ovarium.

Sedangkan pada fase kedua siklus menstruasi, yakni fase luteal, kadar progesteron meningkat dan estradiol dapat melonjak kembali. Jika sel telur tidak dibuahi, kadar hormon turun dan menstruasi akan terjadi.

PMS dan PMDD yang disebabkan oleh fluktuasi hormon ini dapat menyebabkan gejala emosional dan fisik, seperti:

  • Mudah marah
  • Kelelahan
  • Perubahan pola tidur
  • Perubahan nafsu makan
  • Masalah dengan konsentrasi
  • Ketegangan atau kecemasan
  • Depresi atau kesedihan
  • Perubahan suasana hati
  • Libido menurun
  • Payudara bengkak atau lunak

Karena gejala PMS dan PMDD saling tumpang tindih, sulit bagi wanita untuk membedakan keduanya. Gejala yang dialami wanita juga bervariasi atau berganti-ganti setiap siklus menstruasi.

Namun, ada perbedaan mencolok di antara keduanya. Gejala PMDD diketahui lebih berat atau hebat daripada PMS.

Cara Mengatasi PMS dan PMDD pada Wanita dengan Bipolar

Satu-satunya cara mengetahui dan mengatasi perubahan mood esktrem menjelang PMS adalah dengan melacak gejala bipolar setiap hari selama dua bulan. 

Beberapa wanita ada yang membuat catatan harian untuk menelusuri atau mengamati kekambuhan gejala bipolar. 

Anda dapat menuliskan gejala-gejala seperti mudah marah atau peningkatan energi. Setelah itu, coba beri penilaian seberapa hebat gejala tersebut terjadi menggunakan skala angka 1-10. Angka 10 merupakan tingkat keparahan gejala yang maksimal. 

Misalnya, angka satu diberikan karena Anda hampir tidak merasa mudah tersinggung dan angka sepuluh diberikan ketika merasa mudah sekali marah. 

Artikel Lainnya: Penyebab dan Gejala Sindrom Pramenstruasi atau PMS Saat Akan Haid 

Kemudian, dijelaskan oleh dr. Theresia Rina Yunita, cara lain untuk mengatasi gejala bipolar yang parah saat PMS adalah mengonsumsi obat yang diresepkan oleh dokter. 

“Selain itu lakukan perubahan pola hidup lebih sehat seperti melakukan olahraga, makan bergizi, perbanyak sayur dan buah, cukupi kebutuhan cairan, kurangi asupan garam dan gula akan dapat mencegah timbulnya gejala PMS, atau mungkin gejalanya timbul sangat ringan,” ucap dr. Theresia.

Selain itu, jika gejala PMS Anda dirasakan sangat mengganggu, segera konsultasikan dengan dokter kandungan. Dokter dapat memeriksa kesehatan organ reproduksi dan memberikan pengobatan yang tepat. 

Untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai permasalahan PMS yang Anda miliki, gunakan layanan LiveChat di aplikasi KlikDokter.

(OVI/JKT)

Referensi

Very Well. Diakses 2022. Effects of Premenstrual Symptoms on Bipolar

Medical News Today. Diakses 2022. How does PMS affect bipolar disorder?

Ditinjau oleh dr. Theresia Rina Yunita

Gangguan MentalBipolarPremenstrual Sindrom

Konsultasi Dokter Terkait