HomeInfo SehatGinjal dan Saluran KemihMengenal Jenis-Jenis Inkontinensia Urine dan Gejalanya
Ginjal dan Saluran Kemih

Mengenal Jenis-Jenis Inkontinensia Urine dan Gejalanya

Zahra Aminati, 26 Mar 2022

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Inkontinensia urine adalah penyakit yang umumnya dialami lansia. Kondisi ini dibagi atas beberapa jenis yang berbeda. Yuk, kenali jenis-jenis inkontinensia urine!

Mengenal Jenis-Jenis Inkontinensia Urine dan Gejalanya

Inkontinensia urine merupakan ketidakmampuan seseorang untuk menahan keinginan buang air kecil akibat hilangnya kontrol kandung kemih. 

Kondisi tersebut bisa terjadi akibat infeksi saluran kemih, iritasi pada organ intim, atau sembelit. Kondisi ini pun dapat pula diakibatkan oleh efek samping konsumsi obat-obatan jenis tertentu. 

Terkait gejala, hal ini bisa berbeda-beda, tergantung dari jenis inkontinensia urine yang dialami penderita.

Supaya Anda tidak salah sangka, berikut ini penjelasan mengenai jenis-jenis inkontinensia urine beserta gejala yang menyertainya:

1. Inkontinensia Stres

Inkontinensia stres terjadi ketika air seni keluar karena tekanan pada kandung kemih, seperti ketika berolahraga, batuk, bersin, tertawa, atau mengangkat beban berat. 

Pada dasarnya, kandung kemih akan mengembang ketika terisi urine. Pada kondisi normal, otot katup uretra, tabung pendek yang membawa urine keluar tubuh, tetap tertutup untuk mencegah kebocoran air seni.

Namun, saat otot-otot itu melemah, apa pun yang memberikan tekanan pada perut dan panggul dapat membuat kandung kemih ‘bocor’ sehingga menyebabkan keluarnya urine.

2. Inkontinensia Urgensi

Inkontinensia urgensi atau overactive bladder (OAB) terjadi ketika Anda memiliki keinginan untuk buang air kecil meski kandung kemih tidak penuh. 

Dorongan untuk berkemih bisa terasa cukup kuat, sehingga Anda tidak sempat ke kamar mandi tepat waktu. 

Beberapa hal yang dapat menyebabkan inkontinensia urgensi, misalnya penyakit Parkinson, infeksi saluran kemih, pernah melakukan operasi prostat. dan terlalu banyak mengonsumsi kafein.

Dalam beberapa kasus, OAB dapat berkembang tanpa alasan yang jelas. Meski begitu, kondisi ini sebenarnya juga berkaitan dengan faktor penuaan. 

3. Inkontinensia Campuran

Inkontinensia campuran terjadi ketika Anda mengalami dua kondisi sekaligus, yaitu inkontinensia stres dan inkontinensia urgensi. 

Jenis inkontinensia ini konon lebih sering terjadi pada wanita berusia tua, meski tak menutup kemungkinan untuk dialami pria. 

Dalam kasus inkontinensia campuran, penderitanya bisa beser saat tertawa, batuk, atau mengangkat benda berat. Selain itu, penderita pun dapat tiba-tiba merasa ingin kencing ketika minum sedikit air, menyentuh air, atau mendengar air mengalir.

Artikel Lainnya: Tidak Tahan Pipis Saat Perjalanan, Ini Solusi Praktisnya

4. Inkontinensia Overflow

Inkontinensia overflow terjadi ketika tubuh tidak dapat mengosongkan kandung kemih sepenuhnya ketika buang air kecil. Oleh karena itu, penderita kondisi ini bisa memiliki kandung kemih yang penuh di hampir setiap waktu.

Beberapa hal yang menjadi faktor risiko inkontinensia overflow, misalnya penyakit diabetes dan konsumsi obat-obatan atau asupan yang bersifat diuretik.

Inkontinensia overflow juga konon berkaitan dengan penyumbatan atau kelemahan otot kandung kemih, dan kerusakan saraf. 

 

5. Inkontinensia Fungsional

Inkontinensia fungsional umumnya terjadi pada lansia, sekalipun memiliki kontrol kandung kemih yang normal. 

Jenis inkontinensia urine ini disebabkan oleh masalah fungsional tubuh lansia, yang tidak dapat bergerak dengan cepat untuk segera ke kamar mandi saat muncul keinginan berkemih. 

Lansia dengan sakit punggung, radang sendi, Parkinson, atau multiple sclerosis (MS) lebih berisiko mengalami inkontinensia fungsional. 

Dalam kasus lain, inkontinensia fungsional dapat pula terjadi karena masalah dalam berpikir atau berkomunikasi, seperti pada penderita penyakit Alzheimer.

Artikel Lainnya: Atasi Minder karena Tak Bisa Menahan Pipis, Gunakan Ini

6. Inkontinensia Refleks

Inkontinensia refleks disebabkan oleh disfungsi pada otot kandung kemih yang disebut detrusor. Bahkan, jika kandung kemih tidak penuh, otot ini akan berkontraksi guna memberikan sinyal kepada tubuh untuk buang air kecil. 

Jenis inkontinensia ini lebih sering terjadi pada orang yang memiliki gangguan neurologis. 

Terlepas dari jenis inkontinensia urine yang dialami, penderita mesti segera memeriksakan diri ke dokter guna mendapatkan penanganan lebih lanjut. Dengan demikian, penyakit bisa dikendalikan dan kualitas hidup dapat tetap terjaga.

Punya pertanyaan tentang masalah medis? Ingin tahu fakta kesehatan lainnya? Anda bisa berkonsultasi kepada dokter melalui LiveChat 24 jam atau aplikasi KlikDokter.

(NB/AYU)


urineBeserInkontinensia Urine

Konsultasi Dokter Terkait