Kanker

Studi: Transplantasi Feses Bisa Bantu Obati Kanker Kulit

Aditya Prasanda, 18 Mar 2022

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa terapi pengobatan kanker kulit melanoma bisa didukung dengan transplantasi tinja. Simak prosedur dan manfaatnya di sini.

Studi: Transplantasi Feses Bisa Bantu Obati Kanker Kulit

Melanoma merupakan jenis kanker kulit yang berkembang di melanosit, yaitu sel pigmen kulit yang berfungsi menghasilkan melanin. 

Melanin merupakan pigmen penghasil warna kulit manusia, yang juga bertugas menyerap sinar ultraviolet dan melindungi kulit dari kerusakan.

Meski termasuk jenis keganasan yang jarang terjadi, melanoma sangatlah berbahaya. Pasalnya, jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, kanker kulit jenis ini dapat ‘menggerogoti’ organ tubuh lainnya.

Karenanya, para ilmuwan mengembangkan terapi pengobatan kanker untuk mengatasi melanoma. Salah satunya melalui transplantasi feses.

Apa manfaat transplantasi feses untuk kanker kulit melanoma? Berikut ulasan lengkapnya.

Transplantasi Feses untuk Dukung Pengobatan Melanoma

Berdasarkan studi yang digagas National Cancer Institute Center for Cancer Research, manfaat transplantasi feses dapat mendukung terapi pengobatan kanker kulit melanoma. Khususnya, pasien yang tubuhnya tidak merespons imunoterapi.

Apa itu transplantasi tinja? Ini adalah prosedur medis yang dilakukan dengan memindahkan tinja dari pendonor, lalu dimasukkan ke dalam usus pasien.

Sebelum dipindahkan, tinja akan disaring terlebih dahulu. Metode ini dilakukan guna menyingkirkan mikroba, seperti virus, bakteri, dan jamur yang berpotensi membahayakan kesehatan.

Disampaikan dr. Theresia Rina Yunita, transplantasi feses biasanya dilakukan untuk mendukung pengobatan penyakit inflammatory bowel disease (IBS) alias sindrom iritasi usus besar. 

Namun, para peneliti dari NCI Center for Cancer Research mencoba mengembangkan transplantasi tinja untuk terapi pengobatan kanker melanoma.  

“Para peneliti berharap transplantasi tinja dapat membantu penyesuaian komposisi mikroorganisme di usus, sehingga mendukung respons tubuh pasien melanoma terhadap imunoterapi,” jelas dr. Theresia Rina.

Penelitian yang dimuat dalam jurnal Science itu dilakukan dengan mengambil tinja dari 7 pendonor berbeda. Para pendonor memiliki tubuh yang sanggup merespons jenis imunoterapi untuk melanoma, yaitu pembrolizumab.

Tinja dari pendonor kemudian ditransplantasikan kepada 15 orang pasien melanoma yang tubuhnya tidak dapat merespons imunoterapi.

Artikel Lainnya: Tips Perawatan Kulit Pasien Kanker Kulit yang Tepat dan Efektif

Salah seorang peneliti yang terlibat, dr. Diwakar Davar mengungkapkan bahwa imunoterapi merupakan jenis pengobatan kanker yang banyak digunakan untuk mengatasi melanoma. 

“Sayangnya, obat ini tidak bisa bekerja sepanjang waktu. Karenanya, pada sebagian pasien melanoma, kerja obat menjadi tidak sempurna,” jelasnya.  

Berangkat dari hal tersebut, terapi feses dilakukan. Dengan harapan, mikroorganisme dalam tinja yang ditransplantasikan dapat merangsang respons tubuh terhadap imunoterapi.

Usai menjalani prosedur transplantasi tinja, pasien melanoma kemudian diberi asupan imunoterapi pembrolizumab sebanyak 1 kali setiap 3 pekan.

Hasil riset mengungkapkan, sebanyak 6 dari 15 pasien melanoma mengalami peningkatan respons terhadap imunoterapi ketika menerima transplantasi mikrobiota tinja.

Peningkatan respons tersebut, menurut para peneliti, juga meningkatkan harapan hidup pengidap melanoma sebanyak 14 bulan. Sedangkan, sebelumnya, harapan hidup peserta rata-rata hanya berkisar 7 bulan.

Peneliti menemukan bahwa bakteri baik dalam tinja yang ditransplantasikan berperan mengurangi jumlah sel kekebalan yang merugikan. 

Mikrobiota tersebut juga bermanfaat mengurangi sel dan protein yang menghambat kemampuan imun dalam melawan kanker.

Tidak hanya itu, bakteri dalam tinja yang ditransplantasi juga meningkatkan kemampuan sistem kekebalan dalam mengenali dan membunuh sel tumor. 

Artikel Lainnya: Manfaat Blue Light Therapy untuk Cegah Kanker Kulit

Masih Butuh Penelitian Lanjutan

Kendati berpotensi mendukung pengobatan, dibutuhkan riset lanjutan guna memperoleh bukti kuat soal manfaat metode transplantasi tinja dalam mengatasi kanker kulit melanoma.

Pasalnya, studi yang dilakukan masih berskala kecil. Selain itu, beberapa pasien melanoma tidak mengalami peningkatan respons terhadap imunoterapi meski sudah menjalani transplantasi feses. 

Terlepas dari itu, dr. Theresia Rina menilai bahwa temuan ini merupakan terobosan yang baik untuk pengobatan melanoma di masa depan. 

“Ke depannya, semoga ada penelitian baru yang dapat mengidentifikasi mikroorganisme mana saja yang penting untuk respons terhadap imunoterapi,” ucap dr. Theresia Rina.

“Sehingga, terapi selanjutnya hanya perlu memasukkan mikroorganisme tersebut tanpa melakukan transplantasi tinja,” pungkasnya.

Ingin tahu fakta lain seputar kondisi medis tertentu? Punya pertanyaan terkait keluhan kesehatan yang kini sedang dialami? 

Anda bisa berkonsultasi secara daring kepada dokter melalui LiveChat 24 jam atau aplikasi KlikDokter.

 

(NB/AYU)

 

Referensi:

  • The Guardian. Diakses 2022. Faecal transplants could help patients with a form of skin cancer.
  • Wawancara dr. Theresia Rina Yunita

 

TinjaKankerMelanoma

Konsultasi Dokter Terkait