HomeInfo SehatCovid-19Kemampuan Infeksi Virus Corona Turun Ketika Berada di Udara
Covid-19

Kemampuan Infeksi Virus Corona Turun Ketika Berada di Udara

Aditya Prasanda, 19 Jan 2022

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Studi terbaru mengungkapkan tingkat kelembapan udara dan kadar karbon dioksida dapat pengaruhi kemampuan infeksi virus corona. Simak temuannya di sini.

Kemampuan Infeksi Virus Corona Turun Ketika Berada di Udara

Studi terbaru menemukan, kemampuan infeksi virus corona dapat menurun hingga 90 persen. Hal ini terjadi dalam dua puluh menit pertama setelah coronavirus mengudara bersama aerosol, yaitu tetesan pernapasan sangat kecil yang sanggup menempel di udara selama berjam-jam, bahkan dalam jarak jauh.

Riset yang dilakukan University of Bristol’s Aerosol Research Centre, Inggris, tersebut juga menemukan penurunan kemampuan infeksi SARS-CoV-2 sebagian besar terjadi dalam lima menit pertama.

Riset Soal Penurunan Kemampuan Infeksi Virus Corona di Udara

Penelitian itu dirilis melalui MedRXiv pada awal tahun 2022. Studinya belum ditinjau rekan sejawat, artinya riset masih berpeluang memiliki sejumlah kesalahan dan ketidakakuratan karena belum dievaluasi oleh ahli medis lainnya.

Penelitian dilakukan menggunakan alat khusus untuk menyimulasikan penularan virus corona melalui udara ketika dilepaskan pengidap COVID-19 yang batuk ataupun bersin.

Piranti khusus tersebut kemudian dirancang agar dapat menyemprotkan partikel kecil dengan kandungan coronavirus. Alat ini juga memungkinkan virus melayang di antara dua cincin listrik selama 5 detik hingga 20 menit.

Artikel Lainnya: Memastikan Si Kecil Tetap Jaga Prokes Saat Mulai PTM

SARS-CoV-2 dikondisikan mengudara di sebuah area dengan tingkat suhu, kelembapan, intensitas cahaya, dan paparan sinar UV yang dikontrol ketat oleh peneliti.

Profesor Jonathan Reid, direktur University of Bristol’s Aerosol Research Centre mengklaim percobaan ini merupakan simulasi pelepasan aerosol dari sistem pernapasan pertama dalam sejarah.

Lantas, apa temuannya? Hasil riset mengungkapkan, ketika partikel virus corona berada di udara, mereka cepat kehilangan cairan dan mengering.

Pasalnya, udara bebas sangat berbeda dengan lingkungan infeksi coronavirus di tubuh manusia, seperti paru-paru yang relatif lembap dan kaya karbon dioksida (CO2).

Di udara yang lebih kering dan memiliki tingkat karbon dioksida lebih rendah dibandingkan paru, pH virus mengalami peningkatan.

Hal ini tidak hanya menyebabkan virus cepat mengering, namun juga menurunkan kemampuan SARS-CoV-2 dalam menginfeksi sel tubuh manusia.

“Meski begitu, kecepatan mengering setiap virus sangat bervariasi. Hal ini bergantung pada tingkat kelembapan relatif udara di sekitarnya,” jelas Prof. Reid yang memimpin penelitian.

Artikel Lainnya: Tips Kurangi Risiko Tertular Virus Corona saat Bepergian

Udara Kering Turunkan Kemampuan Infeksi Coronavirus

Berdasarkan simulasi penyebaran virus corona melalui udara, para peneliti menemukan bahwa kemampuan infeksi coronavirus turun sebanyak 50 persen.

Hal ini terjadi hanya dalam lima detik, ketika virus berada di udara kering dengan tingkat kelembapan kurang dari 50 persen.

Tingkat kelembapan ini umumnya ditemukan di area perkantoran. Pada area tersebut, kemampuan virus corona akan menurun sebanyak 19 persen dalam lima menit berikutnya.

Sementara itu, pada area dengan tingkat kelembapan sekitar 90 persen (misalnya di ruang uap ataupun shower), penurunan kemampuan infeksi coronavirus terjadi bertahap.

Setelah lima menit pertama, 52 persen partikel virus tetap menular. Setelah 20 menit, kemampuan infeksi virus menurun sebanyak 10 persen. 

Profesor Reid dan timnya lantas menyimpulkan, tingkat kelembapan dan kadar CO2 dapat memengaruhi kemampuan infeksi virus corona.

Sementara, suhu udara tidak memengaruhi kemampuan virus. Hal ini bertentangan dengan sejumlah penelitian sebelumnya yang meyakini bahwa tingkat penularan virus corona menurun saat berada di suhu tinggi.

Artikel Lainnya: Virus Bertahan di Udara dan Permukaan Benda, Disinfektan yang Efektif Solusinya

Pentingnya Pakai Masker dan Menjaga Jarak

Berangkat dari temuan tersebut, Prof. Reid menegaskan mengenakan masker dan menjaga jarak fisik merupakan cara paling efektif untuk mencegah penularan SARS-CoV-2.

Tidak hanya itu, infeksi coronavirus juga bisa diminimalkan dengan membatasi mobilisasi dan menjauhi kerumunan.

Dokter Dyah Novita Anggraeni berpesan, masyarakat juga harus melakukan vaksinasi guna memaksimalkan perlindungan.

"Vaksin penting untuk membantu mencegah penularan COVID-19. Apabila suatu hari terinfeksi virus corona, orang yang sudah divaksin berpeluang mengalami gejala ringan dan tidak separah orang yang belum divaksin,” katanya.

Itu dia studi yang mengkaji penurunan kemampuan infeksi virus corona di udara. Ingin bertanya lebih lanjut seputar COVID-19? Konsultasikan kepada dokter via Live Chat di aplikasi KlikDokter untuk respons cepat.

(FR/JKT)

Referensi:

The Guardian. Diakses 2022. Covid loses 90 percent of ability to infect within 20 minutes in air – study.

MedRXiv. Diakses 2022. The Dynamics of SARS-CoV-2 Infectivity with Changes in Aerosol Microenvironment.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Diakses 2022. Virus Corona Menyebar di Udara, Begini Rekomendasi WHO.

Ditinjau oleh dr. Dyah Novita Anggraini.

virus coronainfeksi virusCovid-19

Konsultasi Dokter Terkait