Kesehatan Umum

Perbedaan Ganja dan Tembakau Gorila

Aditya Prasanda, 17 Jan 2022

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Beda ganja dan tembakau gorilla terletak pada kandungan hingga dampak negatifnya pada kesehatan. Simak penjelasan medis berikut.

Perbedaan Ganja dan Tembakau Gorila

Komika Fico Fachriza ditetapkan sebagai tersangka penyalahgunaan narkoba pada Jumat (14/1/2022). Fico terbukti mengonsumsi salah satu produk ganja sintetis bernama tembakau gorila.

Tembakau gorilla berbeda dengan ganja biasa. Beda ganja dan tembakau gorilla dapat diketahui dari kandungan, bentuk, aroma, efek halusinasi dan dampak negatifnya pada kesehatan.

Berikut perbedaan ganja dan tembakau gorilla yang perlu Anda tahu.

1. Kandungan

Tembakau gorilla merupakan narkotika yang diproduksi dengan mencampurkan bahan alami bersama ganja sintetis.

Umumnya, bahan alami yang digunakan adalah tanaman cengkeh, dagga liar, dan lion’s tail.

Adapun ganja sintetis alias synthetic cannabinoid (SC) merupakan cannabinoid yang diproduksi secara kimia.

Cannabinoid merupakan senyawa di dalam ganja. Meski begitu, synthetic cannabinoid pada dasarnya sangatlah berbeda dengan cannabinoid di dalam ganja.

Artikel Lainnya: Dampak Penyalahgunaan Narkoba Terhadap Kulit

Dinamakan sebagai cannabinoid sintetis karena JWH-018, senyawa di dalam ganja sintetis dirancang meniru efek tetrahydrocannabinol atau THC, yaitu salah satu zat yang terkandung dalam cannabinoid.

Layaknya THC, senyawa JWH-018 bekerja dengan menargetkan reseptor 1 tipe cannabinoid (CB1R) di otak. Dampaknya, menyebabkan penggunanya mengalami efek psikoaktif seperti mabuk dan melayang.

Mulanya, JWH-018 dalam ganja sintetis diciptakan guna kepentingan medis, di antaranya dalam rangka mencari obat untuk mengatasi kondisi multiple sclerosis.

Nahas, ketika hasil risetnya dipublikasikan, sindikat narkoba memanfaatkan synthetic cannabinoid untuk memproduksi narkotika jenis baru seperti tembakau gorila.

Ganja sintetis yang digunakan di dalam tembakau gorila biasanya berupa AB-CHMINACA, 5-fluoro-ADB, XLR-11, PB-22, 5F-AMB, AB-FUBINACA, dan FUB-AMB.

Karena kandungan tersebut, produk ganja sintetis seperti tembakau gorila termasuk ke dalam narkotika golongan I, hal ini berdasarkan keputusan Permenkes 22/2020.

Artinya, narkotika jenis ini hanya bisa digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi pengobatan. Narkotika golongan I juga berisiko tinggi menyebabkan ketergantungan.

Bahkan, John W. Huffman, ilmuwan yang turut mempelopori senyawa JWH-018 dalam ganja sintetis, tidak merekomendasikan manusia mengonsumsinya.

"Karena zat yang juga dikenal sebagai 1-Pentyl-3-(1-naphthyl) indole ini berisiko tinggi membahayakan kesehatan. Sehingga, tidak boleh digunakan,” katanya.

2. Bentuk

Ganja umumnya berbentuk daun yang sudah dikeringkan. Adapun ganja sintetis memiliki bentuk asli berupa cairan atau serbuk.

Supaya bisa dibakar layaknya rokok, ganja sintetis yang digunakan pada tembakau gorilla dicampurkan dengan tanaman, seperti cengkeh, dagga liar, ataupun lion’s tail.

Proses pembuatannya bisa dilakukan dengan menyemprotkan atau merendam ganja sintetis bersama deretan tanaman tersebut. Kemudian, tembakau gorila dikeringkan.

Karena itu, jenis narkotika yang di kalangan penggunanya dikenal sebagai “gori” ini memiliki bentuk serupa tembakau kering pada rokok lintingan.

Tembakau gorila berwarna cokelat, sementara ganja berwarna agak kehijauan dan lembap.

Artikel Lainnya: Terpapar Narkoba saat Bayi Berisiko Kleptomania? Ini Kata Psikolog

3. Aroma

Beda ganja dan tembakau gorila selanjutnya terletak pada aromanya. Perlu Anda tahu, ganja kering dan tembakau gorila biasanya digunakan dengan cara dibakar dan diisap layaknya rokok.

Pada ganja, hal ini bertujuan untuk mengaktifkan THC yang hanya muncul ketika cannabinoid mengalami dekarboksilasi atau pemanasan di atas suhu 100 derajat Celsius.

Proses ini ditiru oleh produk ganja sintetis. Meski begitu, aroma yang dihasilkan dari asap pembakaran ganja dan tembakau gorilla sangatlah berbeda.

Ganja memiliki aroma khas yang cukup menyengat. Beberapa penggunanya mendeskripsikan aroma ganja seperti feses sapi. Sementara tembakau gorila tidak berbau ketika dibakar.

4. Efek Halusinasi

Efek halusinasi pascakonsumsi ganja sintetis dan ganja biasa sangatlah berbeda. Sebab, efek ganja sintetis di otak bisa mencapai puluhan hingga ratusan kali lipat lebih dahsyat dibandingkan ganja biasa.

Dilansir dari laman Badan Narkotika Nasional Sukabumi, menurut sejumlah pengguna produk ganja sintetis, tembakau gorila menyebabkan sensasi halusinasi parah seperti tertimpa gorila.

Efek yang dimaksud berupa rasa halusinasi yang tidak jelas dan pusing. Sehingga, menyebabkan pengguna gori terlihat kebingungan dan sulit mengontrol diri.

Bahkan, pada beberapa kasus, tembakau gorilla menyebabkan muntah-muntah hingga pingsan.

Efek ini bisa berlangsung selama 30 menit hingga 2 jam. Hal ini bergantung pada intensitas penggunaan tembakau gorilla.

Adapun ganja menyebabkan efek yang lebih ringan, seperti halusinasi, dan perasaan relaks.

Artikel Lainnya: Inilah Ragam Efek Samping Sabu pada Kesehatan

5. Efek Buruk Terhadap Kesehatan

Dampak paling buruk dari penggunaan jangka panjang tembakau gorila adalah menyebabkan kerusakan otak.

Disampaikan dr. Devia Irine Putri, hal ini karena ganja sintetis bekerja pada reseptor sel di otak dengan cara mengubah kondisi otak atau mind-altering.

Akibatnya, pengguna gori jadi sulit berpikir secara sehat, mudah marah, cemas, depresi hingga memiliki kecenderungan bunuh diri.

Tembakau gorilla juga dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh seperti paru dan ginjal.

“Selain itu, efek samping penggunaan ganja sintetis lainnya menyebabkan masalah jantung seperti denyut semakin cepat dan nyeri dada. Dalam beberapa kasus, menyebabkan stroke hingga serangan jantung yang mana bisa berakhir pada kematian,” dr. Devia menambahkan.

Sementara itu, ganja jika dikonsumsi secara berlebih juga dapat merusak otak maupun paru-paru. Bahkan, penggunanya mengalami perubahan perilaku seperti malas mandi dan tentunya ketergantungan.

Efek adiksi dan penyalahgunaan ganja yang dapat berdampak buruk pada kesehatan, lantas mendorong pemerintah memasukkan ganja ke dalam narkotika golongan I.

Meskipun, kandungan THC dalam ganja kerap digunakan untuk membantu terapi pengobatan, seperti Alzheimer, tumor, kanker, radang sendi, nyeri kronis, multiple sclerosis, maupun masalah psikologis macam kecemasan, insomnia, dan sleep apnea.

Itu dia beda ganja dan tembakau gorilla. Keduanya sama-sama dapat merusak kesehatan. Oleh karena itu, jauhi narkoba apa pun jenisnya.

Jika ingin bertanya lebih lanjut seputar info kesehatan lainnya, konsultasi ke dokter via Live Chat.

(OVI/JKT)

Referensi:

Verywell Mind. Diakses 2022. What to Know About Synthetic Marijuana (Fake Weed) Use.

Drug Policy Alliance. Diakses 2022. What’s the difference between synthetic cannabinoids and marijuana?

Live Science. Diakses 2022. Here's Why Synthetic Marijuana Isn't Safe.

BNN Trenggalek. Diakses 2022. Apa Synthetic Cannabinoids? Mengapa Anda Harus Peduli.

BNN Sukabumi. Diakses 2022. Fakta Tentang Tembakau Gorila

NCBI. Diakses 2022. Cannabinoid Receptors and the Endocannabinoid System: Signaling and Function in the Central Nervous System

Antara. Diakses 2022. Ini bentuk tembakau gorila, bagaimana efeknya menurut pemakai?

ganjaNarkoba

Konsultasi Dokter Terkait