Kesehatan Mental

Viral DDD Challenge, Kenapa Orang Tertarik Melakukannya?

Aditya Prasanda, 02 Des 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

DDD challenge viral di TikTok. Mengapa banyak orang tertarik mengikuti tantangan masturbasi sebulan penuh tersebut? Berikut penjelasan para ahli.

Viral DDD Challenge, Kenapa Orang Tertarik Melakukannya?

DDD challenge atau Destroy Your Dick December tengah viral di TikTok. Tren media sosial ini menantang pria untuk melakukan masturbasi selama satu bulan penuh di bulan Desember.

Masturbasi merupakan aktivitas memberikan rangsangan seksual pada diri sendiri dengan cara meraba dan memijat alat kelamin. Dalam DDD challenge, warganet ditantang melakukan masturbasi secara bertahap. Frekuensinya meningkat seiring waktu.

Masturbasi dilakukan satu kali pada tanggal 1 Desember, dua kali pada 2 Desember, dan begitu seterusnya. Padahal, masturbasi setiap hari justru dapat berdampak buruk secara psikis maupun fisik.

Lantas, mengapa banyak warganet tetap nekat berpartisipasi mengikuti tantangan masturbasi sebulan penuh? Ketahui jawabannya lewat ulasan berikut.

Kenapa Orang Tertarik dengan Tantangan Nirfaedah Macam DDD Challenge?

Bahaya masturbasi terlalu sering dapat menyebabkan timbulnya pikiran untuk melakukan aktivitas tersebut secara terus menerus.

Hal ini dapat menyebabkan orang yang melakukannya mengalami perubahan pola tidur, stres, cemas, panik, depresi, kurang konsentrasi hingga lemas.

Dampak psikologis tersebut bahkan dapat menyebabkan disfungsi ereksi, impotensi, serta meningkatkan risiko luka dan infeksi alat kelamin.

Artikel Lainnya: Hubungan antara Masturbasi dan Depresi

Terdapat beberapa faktor yang mendorong seseorang berpartisipasi dalam tantangan nirfaedah yang tengah viral seperti DDD challenge. Sederet faktor tersebut di antaranya:

1. Ingin Populer

Keinginan untuk populer secara instan merupakan salah satu alasan seseorang tertarik mengikuti tantangan media sosial yang viral seperti DDD challenge.

Pada dasarnya, tantangan viral memberikan kesempatan bagi seseorang untuk menjadi bagian dari komunitas yang lebih besar. Hal ini disampaikan oleh psikolog klinis Jennifer Hettema, PhD.

“Media sosial memproyeksikan kebutuhan seseorang untuk terus terhubung dan berkomunitas dengan orang lain. Tidak heran, tantangan viral dapat dengan cepat memotivasi seseorang untuk berpartisipasi, tidak peduli seberapa berbahaya tantangan tersebut,” papar  perempuan yang juga menjabat sebagai profesor di University of New Mexico itu.

Berdasarkan National Safety Council, Amerika Serikat, tantangan viral merupakan ajang bagi anak dan remaja untuk meningkatkan jumlah pengikut di media sosial.

2. Merasa Dihargai

Pada gilirannya, popularitas daring yang diperoleh dengan mengikuti tantangan viral macam DDD challenge membuat seseorang merasa dihargai oleh lingkungan sosial.

Hal ini disampaikan Brittany Morris, MSW, LCSW, anggota lembaga konseling Thriveworks.

“Internet dan media sosial merupakan tempat berlindung bagi banyak orang yang berusaha menemukan ruang mereka secara sosial. Popularitas daring memenuhi ego mereka dalam banyak hal, termasuk membuat mereka merasa dihargai,” jelas Brittany.

Artikel Lainnya: Para Pria Harus Waspada, Masturbasi Pakai Sabun Ternyata Berisiko

Brittany menambahkan, anak-anak dan remaja merupakan kelompok yang paling rentan terjebak dalam situasi tersebut. Sehingga kelompok usia ini paling banyak berpartisipasi dalam tantangan viral.

“Salah satunya karena kelompok usia ini memiliki kebutuhan besar untuk divalidasi orang lain, terutama teman-teman mereka. Sehingga bisa berpartisipasi dalam tantangan viral seakan membuat mereka merasa dihargai dan dihormati,” papar Brittany.

3. Meniru Orang Lain

Dijelaskan Ikhsan Bella Persada, M.Psi., Psikolog, alasan lain seseorang mengikuti tren viral macam DDD challenge karena ingin mengadopsi atau meniru perilaku, gaya maupun sikap orang lain yang menurutnya menarik untuk diikuti.

Kondisi ini, kata Ikhsan dinamakan sebagai bandwagon effect. Fenomena bandwagon effect membuat seseorang keliru dalam mengambil keputusan dan mengabaikan keyakinan mereka, demi mengikuti apa yang dilakukan orang lain.

Salah satu contoh bandwagon effect di kehidupan sehari-hari, misalnya mengikuti diet ekstrem tertentu, karena banyak orang berhasil menurunkan berat badan menggunakan cara tersebut.

Artikel Lainnya: Masturbasi Saat Haid, Aman atau Tidak?

4. Impulsif

Impulsif merupakan sikap ketika seseorang bertindak tanpa memikirkan akibat dari apa yang dilakukannya. Sikap ini, menurut Psikolog Ikhsan, merupakan salah satu penyebab kenapa banyak warganet mengikuti DDD challenge.

“Nah, karena tidak memperhitungkan risiko challenge yang diikuti, bisa jadi individu tersebut kurang kritis dalam memilah challenge yang berdampak negatif terhadap diri sendiri maupun orang di sekitar mereka,” Ikhsan menambahkan.

Hal ini dapat dipicu pula oleh rasa ingin tahu yang sangat besar, namun lagi-lagi, tidak diimbangi dengan kemampuan mempertimbangkan keputusan dengan tepat.

Terlebih, otak anak-anak dan remaja belum matang sepenuhnya. Mereka belum dapat memahami risiko dari tantangan viral seperti DDD challenge.

Hal ini dijelaskan oleh dr. Joshua Liao, ilmuwan dari University of Washington School of Medicine. “Korteks prefrontal merupakan bagian otak yang bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan. Bagian ini masih berkembang hingga pertengahan usia 20-an,” katanya.

“Karena itu, kemampuan anak-anak dan remaja dalam mengambil keputusan dan mempertimbangkan risiko di balik tren viral yang mereka ikuti menjadi terbatas,” dr. Liao menambahkan.

Itu dia penyebab banyak orang mengikuti tantangan viral seperti DDD challenge. Pada dasarnya, tren ini berdampak buruk pada kesehatan mental dan fisik. Oleh karena itu, hindari melakukannya dan lakukanlah kegiatan yang lebih positif.

Jika ingin tanya lebih lanjut seputar info kesehatan mental lainnya, konsultasi ke psikolog via Live Chat.

(OVI/JKT)

Referensi:

National Library of Medicine. Diakses 2021. Adolescent Mental Health and the Choking Game.

Verywell Mind. Diakses 2021. Why Are People Falling Off Milk Crates? The Psychology of Risky Viral Trends.

Masturbasi

Konsultasi Dokter Terkait