Menu
KlikDokter
Icon Search
Icon LocationTambah Lokasi KamuIcon Arrow
HomeInfo SehatKulitKomunitas Skincare, Kiprah Pejuang Kulit Sehat di Medsos
Kulit

Komunitas Skincare, Kiprah Pejuang Kulit Sehat di Medsos

Endah Murniaseh, 30 Nov 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Komunitas Skincare Indonesia meramaikan jagat edukasi kesehatan kulit setahun belakangan. Bagaimana kiprah mereka? Simak di sini.

Komunitas Skincare, Kiprah Pejuang Kulit Sehat di Medsos

Komunitas Skincare Indonesia menyeruak di tengah belantara media sosial setahun belakangan ini. Mereka mendorong edukasi seputar kesehatan kulit melalui Instagram.

Baru berdiri 15 Juli 2020, komunitas ini telah berhasil mendapat perhatian luas. Buktinya, pengikut mereka di media sosial kini sudah berjumlah 292 ribuan orang.

Angkanya tergolong besar untuk komunitas yang dibangun di tengah situasi pandemi. Hingga kini Komunitas Skincare Indonesia menggandeng dokter spesialis kulit dan pemengaruh (influencer).  

Tidak hanya memberikan tips perawatan wajah, komunitas itu juga meluruskan banyak hoaks yang beredar seputar perawatan kulit. Ingin tahu lebih jauh seputar komunitas ini?

Pekan lalu, KlikDokter berbincang dengan pendiri Komunitas Skincare Indonesia, Adi Agus Pramana.

Ia menceritakan mengenai latar belakang komunitas yang ia bentuk, dan alasan memilih jerawat sebagai isu utama dalam perawatan kulit. Simak selengkapnya di bawah ini.

Bisa dijelaskan mengenai Komunitas Skincare ini?

Komunitas skincare itu adalah suatu komunitas yang dibentuk untuk tempat sharing, berbagi tips, dan juga edukasi seputar perawatan kulit.

Serta permasalahan kulit bagi pejuang jerawat, dan juga pejuang kulit sehat. Kita mulai up-nya di 15 Juli 2020.

Artikel Lainnya: Kesalahan Pakai Skincare yang Bikin Kulit Jadi Jerawatan

Kenapa jerawat yang jadi isu utama?

Saya sendiri adalah seorang acne fighter. Saya waktu SMP punya jerawat, tapi saya bangga banget. Aku merasa udah mulai puber, aku udah mulai dewasa. Satu dua (jumlah jerawat).

Saat SMA, jerawatnya makin banyak yang ada di muka saya. Tapi itu menurut saya wajar, karena beberapa teman mengalami hal yang sama. Saya merasa ada partner, jadi nggak terlalu banyak yang nge-bully

Saya memaklumi kondisi ini (berjerawat), mungkin ini faktor hormonal karena puber. Tapi pas kuliah, saya ngeliat temen saya mukanya pada bersih, good looking, jadi enak dilihat.

Akhirnya jadi insecure karena temen-temen mukanya pada mulus. Aku coba cari artikel sampai ketemu (artikel tentang jerawat), sampai ketemu sama bahasan tentang manajemen stres, yang ternyata  juga penting.

Jadi apakah awalnya justru dari pengalaman pribadi?

Iya. Dari situ, nyari-nyari tips, nanya ke temen, tentang gimana jerawat itu. Ada satu artikel yang menjelaskan untuk menggunakan facial wash yang gentle. Dari situ aku sadar, dulu aku mau yang simpel aja, jadi cuma mandi.

Mulailah dari situ kepikiran (pentingnya merawat wajah). Dan saat ini media sosial makin booming, makin banyak DIY (solusi rumahan untuk mengatasi jerawat) buat pakai bawang putih, putih telur, dll.

Itu aku pernah coba dan malah makin membuat jerawatku parah. Dari situ aku sadar, mungkin bukan aku aja yang merasakan.

Jadi, aku sadar kalau itu kayaknya hoaks. Dari situ aku pingin punya platform yang bisa mengedukasi, bahwa ada yang salah di internet, nggak semuanya benar.

Nah, di situlah kita mulai bangun komunitas skincare, karena aku juga seorang acne fighter.

Artikel Lainnya: Ladies, Ini Cara Penggunaan Skincare yang Benar

Apa kendala membentuk komunitas ini, apalagi basisnya di dunia maya?

Kalau kendala, saat itu aku yang gaptek. Namun aku mau belajar, jadi dari situ akhirnya aku yang manage Instagram.

Waktu itu juga platform kita belum besar, kita ada program live Instagram bareng dokter, mereka itu masih nggak mau show up di depan kamera.

Sebenarnya beberapa platform (komunitas) agak susah buat ngajak dokter buat live, apalagi dokter SPKK. Jadi kita ngeberaniin diri buat ngajak live dokter, acne fighter, dan influencer.

Alhamdulillah-nya sampai sekarang respon mereka juga masih bagus. Bahkan mereka pada mau buat live lagi. Ada yang request juga, ngajakin live bareng.

Bagaimana cara membujuk dokter-dokter itu untuk terlibat?

Meyakinkan kalau cerita mereka menginspirasi buat banyak orang. Makanya kita juga support dokter, influencer, dan acne fighter untuk mulai show up di media sosial, dan kita bantu juga marketingnya. Jadi saling membantu.

Kita inisiatif buat bikinin script sebelum live. Kita juga janjian dulu nentuin hari dan jam live-nya. Kita ngejelasin juga pertanyaan buat live dan alur live-nya nanti gimana.

Tapi sekarang banyak dokter, acne fighter, dan influencer yang mulai muncul (mau berbagi cerita) karena aku dorong biar mau sharing.

Bagaimana respons publik terhadap komunitas ini saat awal muncul?

Alhamdulillah, responnya sangat baik. Apalagi  platform kita mengadakan live sama dokter. Jadi masyarakat bisa tahu, ternyata ada juga platform yang mengadakan live sama dokter.

Promosi awal kita gaet influencer yang punya masalah kulit yang sama (berjerawat). Kita gaet IniVindy (nama influencer), dari dia banyak sekali followers yang acne fighter. Dia kaya membuka jalan (meningkatkan jumlah followers) dari komunitas skincare.

Artikel Lainnya: Mengenal Perbedaan Jerawat Purging dan Breakout

Pada tahap apa, Komunitas Skincare ini mulai banyak dikenal?

Kalau dari saya penggunaan influencer ini sangat ngebantu. Influencer ataupun dokter artis sangat ngebantu.

Dokter biasanya juga bantu kita buat share tentang apa yang ada di medsos kita, di akun medsos pribadi mereka. Dari dokter dan influencer ini membantu buat banyak dikenal.

Bagaimana melihat kesadaran masyarakat tentang kesehatan kulit saat ini?

Tingkat kesadaran masyarakat saya rasa semakin meningkat. Apalagi, semakin booming-nya media sosial yang bahas tentang kesehatan kulit.

Saat ini juga banyak sekali dokter dan influencer yang membuat konten tentang kesehatan kulit di TikTok.

Jadi memudahkan masyarakat untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan kulit dengan pilihan produk skincare-nya. Masyarakat bisa mengetahui kira-kira produk yang cocok untuk permasalahan kulit mereka apa ya, seperti itu. 

Masyarakat bisa melihat permasalahan kulit serta produk yang tepat untuk mengatasi permasalahannya.  Menurut aku, tingkat kesadaran masyarakat semakin meningkat di era ini.

Bagaimana Komunitas Skincare melihat fenomena ini review produk oleh influencer yang tidak jujur?

Kalau menurut saya jika ada influencer yang mungkin tidak jujur, akan menguntungkan Komunitas Skincare. Karena akan membuat masyarakat tahu, bisa memilih mana akun yang baik dan buruk.

Jadi, masyarakat juga harus cerdas dalam memilih influencer yang dapat dijadikan panutan. Karena saya yakin tidak semua influencer tidak jujur. Tapi juga banyak yang tidak jujur.

Bagaimana melihat pertumbuhan produk skincare lokal saat ini?

Kalau dari saya, jujur senang. Jadi dengan banyaknya jenis skincare memudahkan pengguna untuk memilih produk berdasarkan kebutuhan kulit. Tidak asal menggunakan produk skincare.

Banyaknya varian skincare juga menandakan bahwa kesadaran masyarakat tentang kesehatan kulit dan jenis skincare juga meningkat.

Artikel Lainnya: Punya Fungal Acne? Hindari Kandungan Skincare Ini

Saat ini banyak ramuan DIY (do it yourself, baca: rumahan) di medsos. Bagaimana melihat fenomena ini?

DIY sendiri kan sebenarnya dibuat untuk mempermudah dalam melakukan sesuatu. Tapi kita sebagai user harus pintar dan selektif. Karena nggak semua DIY skincare itu benar, banyak sekali hoaks.

Misal nih, gunakan es batu untuk menghilangkan (menyemarakkan) pori-pori. Kita sebagai pengguna pakai cara itu, tapi itu hasilnya nggak permanen.

Ya, tanpa es batu pun harusnya treatment untuk menyamarkan pori-pori. Jadi nggak semua  DIY benar, tapi ada juga yang benar. Jadi harus selektif.

Apa saja kendala yang dihadapi Komunitas Skincare dalam mengkampanyekan perawatan wajah?

Dalam pembuatan konten, ada batasan dalam komunitas ini. Karena kita bukan dokter SPKK (spesialis kulit dan kelamin), jadi agak susah buat cari sumber untuk bahan konten. Tapi kita mengacu  pada dokter SPKK yang telah membuat edukasi.

Jadi misalkan dokter SPKK bikin konten, tapi bentuknya dalam slide. Padahal karakter masyarakat saat ini menyukai konten dalam bentuk dance, musik.

Jadi kita remake konten dari konten medsos dokter SPKK. Sumbernya jadi dari konten dokter.

Bahan konten medsos, dirujuk dulu ke dokter atau bagaimana?

Kalau bahan kita ambil dari konten dokter SPKK. Kita ijin buat remake, re-upload, re-design, dengan persetujuan kita bikin konten dan unggah di medsos.

Pemilihan topik  berdasarkan keinginan followers, ya?

Iya, sebelum live kita bikin  question box di Instagram Story buat nanyain, “Mau live sama siapa lagi?” Kita atur jadwal dan ngehubungin dia. Akhirnya banyak yang request gitu.

Sekarang kan skincare bukan cuma monopoli perempuan lagi, banyak laki-laki juga pakai skincare. Gimana tanggapannya?

Kalau saya sendiri baru sadar kalo penggunaan skincare itu penting. Jadi dengan pembentukan komunitas ini, membuat saya belajar tentang pentingnya skincare. Kalau jerawat saya mulai sembuh dengan beberapa skincare.

Lalu setelah ada komunitas skincare ini,  jadi saya juga bisa ngerasain treatment di klinik. Jadi menurut saya kalau cowok pakai skincare itu nggak masalah. Skincare kan kebutuhan kulit, sama kaya makan.

Kalau makan aja kita skip, kan jadi nggak sehat. Kalau ada yang yang nggak setuju dengan penggunaan skincare pada cowok, mungkin dia belum sadar aja.

Dapatkan informasi menarik lainnya seputar kulit dan kecantikan dengan melalui artikel-artikel di aplikasi Klikdokter.

(JKT/AYU)

Bincang SehatSkincareJerawat

Konsultasi Dokter Terkait