Darah

Ketika Cinta Terhalang Thalassemia

Endah Murniaseh, 12 Nov 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Sepasang kekasih mengakhiri kisah cintanya karena thalasemia. Mereka membagikan kisahknya di media sosial untuk membangun kesadaran soal kelainan genetik itu.

Ketika Cinta Terhalang Thalassemia

Percakapan dua sejoli Szasza Gusmantara (21) dan Reynatha Gunawan (22) melalui sambungan telepon 23 Agustus 2021 lalu mendadak hening. Suasana canggung itu bertahan hingga beberapa saat.

Kebisuan baru pecah ketika Szasza menanyakan hasil pemeriksaan tes kesehatan kekasihnya. Rey pun menyampaikan kabar getir itu: ia positif thalasemia alpha trait (pembawa sifat). 

"Kita berdua cuma bisa senyum sekaligus terdiam. Seperti ingin pura-pura tidak peduli saja," kata Szasza kepada Klikdokter, pekan lalu.

Bagi mereka, kabar itu mungkin masuk daftar pertama hal yang paling tidak diinginkan. Setelah hasil tes Rey keluar, keduanya sudah tahu ke mana arah hubungan mereka selanjutnya.

Akhir dari Hubungan

"Kita memutuskan untuk mengakhiri hubungan pada tanggal 28 Agustus 2021 tepat di hari kakaknya (Rey) menikah," ujar Szasza.

Mengakhiri hubungan adalah hal yang terpaksa mereka ambil. Menurut Szasza, keputusan itu lebih baik ketimbang harus memaksakan diri dengan risiko kesehatan yang harus ditanggung ke depan.

Seperti Rey, Szasza juga memiliki kondisi thalasemia. Talesemia adalah kelainan genetik yang menyebabkan gangguan pada pembentukan darah.

Dua orang dengan kelainan darah ini berisiko menurunkan gen serupa kepada anaknya, bahkan dengan kondisi yang bisa jadi lebih berat. 

Kisah Szasza dan Rey yang mengorbankan perasaan demi alasan kesehatan viral beberapa waktu lalu. Szasza mengunggah video perjalanan cinta mereka di platform TikTok.

Ia tidak menyangka video tersebut bakal mendapat perhatian masyarakat. Bahkan, kata Szasza, jumlah penontonnya tembus 3,6 juta. 

Artikel Lainnya: Kenali Makanan yang Cocok untuk Penderita Thalassemia

Thalasemia Diwariskan ke Keturunan

Berdasarkan situs Kementerian Kesehatan RI, orangtua yang masing-masing memiliki pembawa sifat talesemia dapat mewarisi kelainan tersebut pada anak-anaknya.

Bahkan, kemungkinan anak lahir dengan kondisi tersebut sangat besar, dengan kemungkinan 50 persen anaknya mengalami thalasemia minor, 25 persen sehat, dan 25 persen sisanya dengan thalasemia mayor (gejala berat).

"Jadi, menurut aku lebih baik pahit sekarang daripada pahit dimasa depan," imbuh Szasza.

Ia sudah lama tahu dirinya menjadi pembawa talesemia. Di penghujung bangku SMP, Szasza pernah jatuh sakit.

Keluhannya sebenarnya seperti sakit biasa. Orangtuanya sempat mengira sakit itu gejala demam berdarah.

Tapi hasil tes darah menunjukkan hasil lain. Dokter menyatakan Szasza mengidap thalasemia.

Ia menjelaskan, thalasemia yang dideritanya tergolong minor. Artinya, gejala yang dirasakan sangat ringan. Szasza bahkan bisa menjalani hidup seperti orang tanpa talesemia. 

"Enggak ada sakit, enggak ada apa sama sekali, bahkan aku olahraga basket intens," ia menuturkan.

Usut punya usut, kakak perempuan Szasza rupanya juga punya thalasemia. Sejak saat itu, orang tua Szasza lebih perhatian terhadap kelainan genetik ini.

Apalagi, dokter pernah mewanti-wanti agar Szasza dan kakaknya tidak menikah dengan orang pembawa thalasemia. Orangtua Szasza bahkan meminta calon pasangan anak-anaknya tes darah untuk mendeteksi kemungkinan thalasemia.

Rey sebetulnya pernah mencoba menelusuri riwayat thalasemia di keluarganya. "Ketika ditanya ke pihak orangtua Rey, mereka menjawab, 'sepertinya ada, tapi tidak begitu ingat karena ngecek sudah lama'," kata Szasza.

Artikel Lainnya: Hati-Hati, Ini Gejala Thalasemia yang Perlu Anda Kenali

Pengorbanan Demi Kesehatan

Mendapat informasi itu, ia mendorong Rey segera melakukan cek kesehatan. Karena satu dan lain hal, Rey waktu itu hanya melakukan tes hematologi lengkap.

Dari situ, hasil laboratorium mendeteksi tanda-tanda thalasemia. Szasza mengatakan, mereka berdua sempat khawatir dengan kemungkinan terburuk harus putus.

Szasza mengenal Rey selepas lulus sekolah menengah atas. Mereka mulai berpacaran pada 2018.

Hubungan mereka bisa dibilang serius. Kedua pihak sudah saling mengenal keluarga masing masing.

Karena tak ingin larut dalam ketidakpastian, Szasza meminta Rey untuk cek khusus thalasemia. "Karena tiap hari jadi enggak tenang mikirin talesemia terus," ucapnya.

Ternyata benar, hasil tes memang menunjukkan Rey punya gen pembawa penyakit genetik tersebut. Sebelum mengakhiri kisah cintanya, Szasza dan Rey sepakat membagikan kisah mereka. 

"Memang sudah kesepakatan untuk membuat konten demi membangun awareness," ungkap Szasza perihal videonya yang viral di TikTok.

"Kita berdua seneng karena ternyata awareness yang kami harapkan berhasil tercapai dan banyak sekali pengguna TikTok membantu kami untuk menjelaskan perihal thalasemia di kolom komentar," ia menambahkan.

Meski demikian, menurut Szasza, ia juga merasa kurang nyaman karena sisi pribadi kehidupannya terekspos.

"Namun balik lagi karena tujuan awal kami untuk awareness. Kami berusaha menahan perasaan tidak nyaman itu demi kepentingan masyarakat. Dan saya berharap itu akan membantu masyarakat agar lebih mengerti," ia berujar.

Untuk informasi lebih lanjut seputar thalasemia, Anda bisa membaca ulasannya di aplikasi atau berkonsultasi langsung dengan dokter yang berkompeten di LiveChat Klikdokter.

(JKT/AYU)

RelationshipMinificerThalasemia