Pernapasan

Jenis Vaksin untuk Mencegah Infeksi pada Paru-Paru

Zahra Aminati, 18 Nov 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Salah satu cara mencegah infeksi paru ialah vaksinasi. Apa saja vaksin untuk mencegah infeksi paru? Ketahui di sini.

Jenis Vaksin untuk Mencegah Infeksi pada Paru-Paru

Beberapa jenis infeksi yang menyerang paru-paru dapat dicegah dengan vaksinasi. Jenis vaksin infeksi paru yang tersedia pun beragam. 

Dokter Theresia Rina Yunita menjelaskan, “Terdapat beberapa vaksin yang dapat mencegah infeksi paru-paru ataupun penyakit yang dapat menimbulkan komplikasi berupa infeksi paru-paru. Misalnya, vaksin pneumonia, tuberkulosis, pertusis, influenza, campak, serta varicella.”

Berikut jenis-jenis vaksin untuk mencegah infeksi paru-paru:

1. Vaksin Pneumonia

Vaksin pneumonia dapat menurunkan risiko terkena penyakit tersebut. Seseorang yang sudah divaksinasi tetapi tetap terkena pneumonia, mungkin kondisinya lebih mudah untuk sembuh. 

Melansir WebMD, orang-orang yang diwajibkan menerima vaksin pneumonia adalah mereka yang berusia di atas 65 tahun, memiliki sistem imun rendah, merokok, dan rutin minum minuman beralkohol.

2. Vaksin BCG (Bacillus Calmette–Guérin)

Vaksin BCG perlu dilakukan untuk melindungi paru-paru dari tuberkulosis (TB). Penyakit ini merupakan infeksi serius yang dapat memengaruhi paru dan terkadang bagian tubuh lain, seperti otak, tulang, sendi, dan ginjal. 

Menurut National Health Service, Inggris, vaksin BCG tidak diberikan kepada semua orang. Jenis vaksin ini diberikan kepada anak atau orang dewasa yang dianggap berisiko tertular TB. 

Vaksin BCG hanya boleh diberikan sekali seumur hidup. 

3. Vaksin Pertusis

Vaksin pertusis dapat menjadi pilihan untuk mencegah batuk rejan (batuk keras terus-menerus). Menurut Center for Disease Control (CDC), AS, batuk rejan merupakan penyakit pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis.

Vaksin pertusis umumnya juga melindungi tubuh dari penyakit lainnya. Jenis vaksin yang tersedia yaitu vaksin Diphtheria, tetanus, and pertussis (DTaP) dan Tetanus, diphtheria, and pertussis (TDaP).

Bayi dan anak berusia di bawah 7 tahun bisa mendapatkan vaksin DTaP. Sementara, usia 7 tahun ke atas mendapatkan vaksin TDaP. 

CDC merekomendasikan vaksinasi batuk rejan atau pertusis untuk semua bayi dan anak-anak, praremaja dan remaja, serta ibu hamil. 

Artikel lainnya: Penderita Asma Berisiko Mengalami Pneumonia?

4. Vaksin Campak

Campak dapat menyebabkan komplikasi yang menyerang paru, misalnya bronkitis dan pneumonia. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus dan mudah menular. 

Campak dapat menular melalui udara ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin. 

Umumnya gejala campak diawali dengan batuk, pilek, mata memerah, dan demam. Kemudian, muncul bintik-bintik merah kecil, mulai dari kepala hingga seluruh tubuh. 

Campak bisa dicegah dengan vaksin MMR (Measles Mumps Rubella). CDC merekomendasikan anak-anak mendapatkan 2 dosis vaksin MMR. Dosis pertama pada usia 12-15 bulan, dan dosis kedua pada usia 4-6 tahun. 

5. Vaksin Influenza

Vaksin influenza atau flu shot melindungi tubuh dari empat virus influenza. Namun, tidak semua jenis vaksin influenza bisa diterima setiap orang.

Menurut CDC, faktor-faktor yang menentukan boleh atau tidaknya menerima vaksin influenza tertentu yaitu usia, kondisi kesehatan (dahulu dan saat ini), dan riwayat alergi terhadap vaksin flu ataupun kandungannya.

Artikel lainnya: Potensi Manfaat Bisfosfonat untuk Mengobati Pneumonia

6. Vaksin Varicella

Vaksin varicella dapat melindungi dari penyakit cacar air. Komplikasi yang dapat diakibatkan oleh cacar air ialah pneumonia. 

Penyakit ini sangat umum terjadi dan mudah menular. Vaksin varicella juga dapat melindungi dari cacar ular. 

Menurut The Nemours Foundation, AS, vaksin varicella bisa diberikan kepada anak berusia 12-15 bulan. Lalu, booster bisa diberikan pada usia 4-6 tahun. 

Anak berusia di atas 6 tahun namun di bawah 13 tahun yang belum pernah terkena cacar air ataupun belum mendapatkan vaksinnya, harus terima vaksin varicella 2 dosis dengan selang waktu 3 bulan. 

Sementara, anak usia 13 tahun ke atas harus mendapatkan 2 dosis dengan jarak 1-2 bulan. 

Dokter Theresia mengingatkan, “Dampak tidak melakukan imunisasi wajib ini, tentu tidak terbentuknya kekebalan tubuh terhadap penyakit tersebut. Apabila terjadi infeksi paru-paru, akan lebih parah dibandingkan dengan mereka yang vaksin.”

Vaksin untuk mencegah  infeksi paru sangat penting demi menjaga kesehatan organ tersebut dari ancaman virus. Jangan ragu berkonsultasi ke dokter untuk memastikan kondisi tubuh siap divaksinasi.

Gunakan Live Chat dokter spesialis paru untuk bertanya lebih lanjut seputar infeksi paru dan pencegahannya.

(FR/JKT)

sistem kekebalan tubuhpenyakit paruvaksin

Konsultasi Dokter Terkait