Covid-19

Pandemi: Kematian Penderita Gangguan Psikologis Naik Drastis

Aditya Prasanda, 13 Okt 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Angka kematian orang dengan gangguan mental selama pandemi melonjak drastis dibanding populasi umum. Ini penyebabnya menurut psikolog.

Pandemi: Kematian Penderita Gangguan Psikologis Naik Drastis

Sebelum wabah pandemi COVID-19 merebak, angka kematian orang dengan masalah kesehatan mental yang parah, dua kali lipat lebih tinggi dari populasi masyarakat umum.

Ketika gelombang pertama virus corona melanda pada Maret-Juni 2020, rasio angka kematian orang dengan gangguan kesehatan mental makin meningkat jauh dibanding kematian populasi umum.

Statistik terbaru ini disampaikan para peneliti dari King’s College London, Inggris. Studi itu dipublikasikan pada Minggu (10/10) melalui jurnal Lancet Regional Health – Europe, dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Mental Dunia.

Apa penyebab meningkatnya angka kematian orang dengan gangguan mental saat pandemi? Ketahui jawabannya lewat ulasan berikut.

Angka Kematian Penderita Gangguan Kesehatan Mental Naik Selama Pandemi

Penelitian dilakukan dengan menggunakan sistem Clinical Record Interactive Search (CRIS). Sistem ini menganalisis data kematian pada tahun 2019 dan 2020, berdasarkan riwayat klinis 167.122 pasien anonim di London Selatan.

Artikel lainnya: Skenario Keluar dari Jerat Pandemi

Hasil riset menemukan, peningkatan angka kematian melampaui populasi umum. Angka ini tidak hanya terjadi pada orang dengan masalah kesehatan mental yang parah, tapi juga orang dengan kebutuhan kognitif khusus.

Para peneliti kemudian memetakan peserta berdasarkan masalah kesehatan mental dan kebutuhan kognitif khusus yang diidap, berikut daftarnya.

  • gangguan spektrum skizofrenia,
  • gangguan somatoform/neurotik,
  • gangguan kepribadian,
  • gangguan kognitif atau kesulitan belajar,
  • gangguan makan,
  • gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif,
  • gangguan perkembangan pervasif, dan
  • demensia.

Selain delapan kondisi tersebut, peneliti juga mengkaji angka kematian berdasarkan etnis peserta.

Studi juga mempertimbangkan usia, jenis kelamin, dan kematian rata-rata mingguan dari kurun 2015-2019 di Inggris dan Wales.

Hasil penelitian menemukan angka kematian akibat COVID-19 yang dialami peserta selama periode lockdown gelombang pertama, jauh melampaui populasi umum. 

Berikut statistiknya dibandingkan dengan masyarakat umum:

  • Pengidap gangguan kognitif atau kesulitan belajar, angka kematiannya 9 kali lipat lebih tinggi.
  • Pengidap gangguan kepribadian, angka kematiannya 6 kali lipat lebih tinggi.
  • Pengidap gangguan perkembangan pervasif, angka kematiannya 5 kali lipat lebih tinggi.
  • Pengidap gangguan makan, angka kematiannya nyaris 5 kali lipat lebih tinggi.
  • Pengidap gangguan demensia, angka kematiannya 4 kali lipat lebih tinggi.
  • Pengidap gangguan spektrum skizofrenia, angka kematiannya 3 kali lipat lebih tinggi.
  • Pengidap gangguan somatoform serta gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif, angka kematiannya 2 kali lipat lebih tinggi.

Selain infeksi virus corona, tingkat kematian pada orang dengan masalah kesehatan mental dan kebutuhan kognitif khusus akibat penyebab lainnya juga dua kali lipat lebih tinggi daripada masyarakat umum.

Artikel lainnya: Pengaruh Buruk Kesepian Saat Pandemi COVID-19 bagi Fisik dan Mental

Bahkan ketika kasus coronavirus menurun dan kebijakan lockdown dilonggarkan pada Juli-September 2020, angka kematian kelompok tersebut tetap lebih tinggi dibandingkan populasi umum.

“Hasil studi ini memberikan gambaran jelas bahwa mereka yang punya masalah kesehatan mental yang parah dan kebutuhan kognitif khusus harus dianggap sebagai kelompok rentan,” kata peneliti dr. Jayati Das-Munshi, dari King's College London.

“Selama pandemi, mereka berisiko lebih tinggi mengalami kematian akibat COVID-19 maupun penyebab lainnya,” dia menambahkan.

“Oleh karena itu kami menyarankan agar kelompok tersebut diprioritaskan dalam memperoleh vaksinasi, perawatan kesehatan fisik, maupun perawatan untuk mengurangi risiko bunuh diri sebelum, selama, dan sesudah pandemi,” dr. Jayati menambahkan.

Penyebab Tingginya Angka Kematian

Dijelaskan psikolog Gracia Ivonika, M. Psi., pandemi dapat berdampak pada kondisi psikologis seseorang, baik orang dengan masalah kesehatan mental maupun orang yang sebelumnya stabil secara psikologis.

Hal ini bisa disebabkan oleh adanya pembatasan sosial seperti kebijakan PPKM, keterpurukan finansial dan pekerjaan, keterbatasan untuk bertemu keluarga serta teman, maupun hambatan keadaan lainnya.

Artikel lainnya: Salah Kaprah seputar Pandemi Virus Corona

“Kondisi ini menimbulkan tekanan lebih tinggi untuk psikologis bagi pengidap gangguan mental tersebut,” kata Gracia.

“Terlebih selama pandemi banyak hal yang tidak bisa diprediksi. Hal ini menambah lagi tekanan buat si individu dengan gangguan mental,” kata dia.

“Terkait dengan kematian, karena psikologisnya terus terganggu, otomatis imun tubuhnya jadi terus menurun, memengaruhi fisik dan lain-lain,” dia menambahkan.

Misalnya, Gracia mencontohkan, mereka yang punya masalah kesehatan mental karena faktor keluarga. 

“Ketika pandemi, mereka harus berada di rumah terus-menerus. Sebelumnya, mereka bisa take a break sejenak dari keluarganya yang jadi sumber masalah mentalnya. Hal ini banyak saya temukan pada sebagian besar pasien selama pandemi,” terang Gracia.

Itulah penyebab tingginya angka kematian orang dengan masalah kesehatan mental sebelum dan selama pandemi COVID-19.

Studi ini penting agar kelompok tersebut bisa mendapatkan prioritas dalam hal vaksinasi serta perawatan fisik dan mental, terlebih selama pandemi.

Dapatkan informasi lain seputar masalah kesehatan mental lainnya dengan mengunduh aplikasi Klikdokter.

[HNS/JKT]

virus coronakesehatan mental

Konsultasi Dokter Terkait