Mengenal Terapi Enzim untuk Pengobatan Kanker Pankreas

Enzim pencernaan, seperti amilase, lipase, dan tripsin, diproduksi oleh kelenjar pankreas. 

Bila terjadi masalah pada organ tersebut, produksi enzim-enzim di atas pun terhambat sehingga mengganggu proses mencerna makanan.

Untuk mengatasi masalah ini, terapi penggantian enzim pankreas atau PERT bisa dilakukan. Terapi enzim pankreas sangat penting bagi orang yang memiliki masalah pada pankreasnya, terutama pasien kanker pankreas. 

Bagaimana manfaat, prosedur, dan efek samping salah satu terapi kanker pankreas ini? Berikut penjelasannya.

Penderita kanker pankreas lebih mungkin melakukan terapi enzim pankreas karena beberapa alasan. Alasan utamanya, sel kanker dapat merusak pankreas dan menghalangi aliran enzim pankreas ke dalam usus, tempat makanan dicerna. 

Operasi pengangkatan pankreas dan bagian usus untuk mengobati kanker juga dapat menyebabkan kekurangan enzim pankreas.

Selain itu, tumor tertentu dapat menghasilkan asam lambung tingkat tinggi. Kondisi ini dapat membuat enzim pankreas tidak bekerja secara efektif.

Artikel Lainnya: Makanan Sehat untuk Penderita Kanker Pankreas

Dokter Reza Fahlevi mengatakan, “Seseorang bisa mengalami kekurangan enzim tertentu yang dihasilkan oleh pankreas. Nah, terapi enzim untuk menggantikan kekurangan enzim yang harusnya diproduksi oleh pankreas bisa menjadi alternatif.”

Dokter biasanya akan meresepkan enzim pencernaan, termasuk enzim pankreas, kepada pasien dengan kondisi penyerapan makanan yang buruk. 

Gejalanya antara lain diare, konstipasi parah, kram di perut setelah makan, dan turun berat badan secara drastis.

Tanda-tanda di atas merupakan tanda malabsorpsi, yang berarti tubuh Anda tidak dapat membuat enzim pankreas yang cukup untuk mencerna makanan.

Bila mengalami gejala di atas, segera diskusikan kepada dokter. Bila masalahnya memang gangguan enzim pencernaan di pankreas, dokter dapat meresepkan pil enzim pankreas. Pil tersebut dapat membantu tubuh Anda dalam mencerna makanan.

Dijelaskan dr. Reza, “Terapi ini bukan untuk menyembuhkan kanker, tetapi untuk menggantikan kebutuhan enzim tersebut di dalam tubuh. Harusnya kan (enzim pencernaan) diproduksi oleh pankreas. Tapi karena ada kanker, jadinya (pankreas) tidak memproduksi enzim tersebut.”

Terapi enzim pankreas melibatkan pemberian obat melalui mulut (kapsul atau tablet). Obat-obatan ini perlu dikonsumsi bersamaan dengan makanan dan minuman yang dikonsumsi. 

Obat harus ditelan (tidak dihancurkan atau dikunyah) dengan makanan bersuhu kamar atau suhu seperti minuman dingin. 

Hindari mengonsumsinya bersama makanan atau minuman bersuhu panas karena dapat merusak enzim di dalam obat. 

Jika kesulitan menelan kapsul, Anda bisa membuka kapsul, lalu menaburkan butiran obat di atas makanan. Atau, Anda bisa mengonsumsinya dengan cepat diikuti dengan minuman.

Anda mungkin diresepkan lebih dari satu tablet dalam sekali makan. Jika demikian, Anda bisa menelan satu tablet di awal makan, lalu sisanya di pertengahan makan. Hal ini untuk memastikan bahwa enzim tercampur dengan baik pada makanan.

Mengenai dosisnya, Anda bisa mengonsultasikan lebih lanjut kepada dokter. 

Artikel Lainnya: Pantangan Makanan bagi Penderita Kanker Pankreas

Efek samping yang paling umum dari terapi enzim pankreas adalah sembelit. Enzim juga dapat menyebabkan mual, kram perut, atau diare. 

Hentikan penggunaan enzim pankreas jika tanda-tanda hipersensitivitas atau reaksi alergi muncul.

Di samping itu, karena memiliki kandungan babi, orang dengan alergi atau agama tertentu harus berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter, ahli gizi, atau apoteker saat mempersiapkan terapi enzim ini. 

Terapi enzim pankreas juga dapat menurunkan penyerapan beberapa zat besi. Beri tahu dokter atau ahli gizi mengenai semua obat atau kondisi medis Anda saat akan menggunakan enzim pankreas. 

Jika dikonsumsi dengan benar, terapi enzim dapat membantu mencegah penurunan berat badan dan mengatasi masalah akibat kekurangan enzim pencernaan. 

Yuk, kita cek masalah kesehatan tubuh lainnya dengan chat dokter melalui aplikasi Klikdokter.

(HNS/AYU)