Diabetes

Benarkah Terapi Testosteron Cegah Diabetes pada Pria?

Aditya Prasanda, 10 Sep 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Sebuah penelitian mengkaji efek terapi testosteron untuk mencegah diabetes. Bagaimana manfaat terapi testosteron pada gula darah? Ketahui di sini.

Benarkah Terapi Testosteron Cegah Diabetes pada Pria?

Testosteron merupakan hormon alami yang diproduksi di dalam tubuh. Pria obesitas cenderung memiliki kadar testosteron rendah. Minimnya kadar testosteron disebut-sebut dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2.

Berangkat dari dugaan tersebut, para peneliti dari South Australian Health and Medical Research Institute mengkaji manfaat terapi testosteron dalam mengatasi penyakit diabetes.

Studi ini menggunakan serum testosteron, yaitu spesimen hormon yang dipakai untuk mengatasi rendahnya kadar hormon testosteron di dalam tubuh. Bagaimana hasil temuan dan efeknya pada penyakit diabetes?

Manfaat Terapi Testosteron dalam Mencegah Diabetes

Riset yang dipublikasikan dalam jurnal The Lancet ini dilakukan pada 2013-2017. Penelitiannya melibatkan 1.007 peserta pria obesitas berusia 50-74 tahun.

Artikel Lainnya: Manfaat Terapi Sulih Hormon untuk Meminimalkan Gejala Menopause

Para relawan memiliki lingkar pinggang melebihi 95 cm. Mereka juga punya konsentrasi testosteron sebesar 14,0 nmol/L atau lebih rendah. 

Meski begitu, peserta tidak mengidap hipogonadisme, yaitu kondisi ketika kelenjar seksual tidak menghasilkan hormon yang cukup.

Peneliti ingin mengetahui apakah terapi injeksi serum testosteron dapat mengurangi risiko diabetes pada pria obesitas.

Peserta dibagi menjadi dua kelompok. Regu pertama menerima suntikan serum testosteron. Sementara, kelompok kedua menerima plasebo (obat palsu tanpa efek samping). 

Kedua kelompok tersebut menerima suntik testosteron dan plasebo selama 6 pekan. Selanjutnya, diberikan secara berkala per 3 bulan, dalam kurun 2 tahun. 

Hasil penelitian mengungkapkan, kelompok peserta yang diberikan serum testosteron secara berkala cenderung memiliki kadar gula darah lebih rendah. Hal ini dibandingkan dengan peserta yang diberikan plasebo.

Meski begitu, anggota penelitian, dr. Gary Wittert, mengatakan terapi testosteron kemungkinan tidak berdampak langsung pada penurunan gula darah, melainkan pada komposisi tubuh peserta.

Menurutnya, kemungkinan besar efek terapi testosteron lebih berdampak pada penurunan massa lemak, serta peningkatan massa dan fungsi otot.

Artikel Lainnya: Ini Cara Meningkatkan Testosteron Secara Alami

Efek Samping Terapi Testosteron

Catatan penelitian lainnya adalah terapi testosteron diduga dapat menyebabkan sejumlah efek samping. 

Pasalnya, sebanyak 106 peserta yang menerima injeksi testosteron memiliki hematokrit lebih dari 54 persen. Hematokrit merupakan kadar sel darah merah di dalam darah. 

Jika memiliki hematokrit terlalu rendah atau terlalu tinggi, hal ini mengindikasikan adanya penyakit tertentu, misalnya anemia atau dehidrasi

Peneliti juga menemukan 109 peserta yang menerima terapi testosteron mengalami lonjakan prostat spesifik antigen (PSA).

Prostat spesifik antigen merupakan protein yang dihasilkan oleh sel prostat. Fungsinya mengatur kekentalan cairan semen (sperma).

Tingginya kadar PSA dapat mengindikasikan adanya gangguan pada kelenjar prostat, salah satunya kanker prostat. Meski begitu, kadar PSA tinggi juga dapat dipicu oleh kondisi medis lainnya.

Menilik efek samping tersebut, dr. Gary Wittert tidak menampik perlunya penelitian lanjutan guna memperoleh bukti lebih kuat soal manfaat terapi testosteron dalam mencegah diabetes.

Menurut dr. Valda Garcia, cara mencegah diabetes dan obesitas yang paling efektif adalah menjaga pola hidup sehat.

“Dengan menjaga pola makan dan rutin olahraga, bisa bantu menjaga berat badan ideal dan menurunkan risiko diabetes,” papar dr. Valda.

Jika ingin bertanya lebih lanjut seputar diabetes dan terapinya, konsultasikan lewat Tanya Dokter.

(FR/JKT)

Kesehatan PriaTestosteronDiabetes

Konsultasi Dokter Terkait