Covid-19

Medfact: Benarkah Vaksin COVID-19 Justru Sebabkan Badai Sitokin?

Aditya Prasanda, 25 Agt 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Beredar rumor soal vaksin COVID-19 jadi penyebab badai sitokin dan Antibody Dependent Enhancement (ADE). Apa tanggapan ahli dan dokter soal ini?

Medfact: Benarkah Vaksin COVID-19 Justru Sebabkan Badai Sitokin?

Belum lama ini, beredar informasi yang menyebut bahwa vaksin COVID-19 menyebabkan badai sitokin dan Antibody Dependent Enhancement (ADE). 

Kedua kondisi ini disebut-sebut terjadi pada pasien yang mengalami infeksi ulang virus corona. Dampaknya dapat memicu aktivitas virus yang semakin mematikan hingga menyebabkan pasien yang divaksinasi meninggal dunia.

Bagaimana dokter dan ahli menanggapi isu tersebut? Simak penjelasannya berikut.

Menyingkap Fakta Efek Samping Vaksin COVID

Melalui akun Twitter-nya, Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban tegas membantah isu hoaks soal efek samping vaksin COVID-19.

Artikel lainnya: Dosis Vaksin COVID-19 Keempat, Perlukah?

Dia mengatakan, vaksin coronavirus sama sekali tidak menyebabkan badai sitokin maupun ADE, apalagi menyebabkan kematian pada pasien yang divaksinasi.

Dokter Adeline Jaclyn menambahkan, “Belum ada bukti yang menunjukkan bahwa vaksin virus corona menyebabkan badai sitokin maupun ADE.”

Apa Itu Badai Sitokin?

Badai sitokin merupakan salah satu penyebab kematian pasien COVID-19 dengan gejala berat dan kritis. Respons berlebihan imun tubuh ketika menghadapi infeksi ini menyebabkan peradangan hebat yang justru merugikan tubuh.

Infeksi virus corona, mengutip Frontiersin, bisa memicu dihasilkannya sitokin proinflamasi. 

Pada dasarnya, sitokin adalah protein yang berperan di dalam sistem imunitas tubuh. Pada keadaan normal, protein tersebut bekerja membantu sistem imunitas melawan serangan bakteri dan virus. 

Artikel lainnya: Banyaknya Varian Virus COVID-19, Bagaimana Cara Jaga Imun Tubuh?

Akan tetapi, pada pasien yang terinfeksi virus corona gejala berat, protein sitokin malah diproduksi secara berlebihan. Hal tersebutlah yang menyebabkan cytokine storm alias badai sitokin. 

Dapat disimpulkan, infeksi coronavirus adalah yang memicu rangkaian respons imun berlebih penyebab badai sitokin.

Sementara itu, sebagaimana disampaikan dr. Adeline, hingga saat ini belum ada bukti yang menunjukkan bahwa vaksin COVID-19 memicu badai sitokin.

Apa Itu Antibody Dependent Enhancement?

Ilustrasi Terapi Antibodi Bisa Obati Pasien COVID-19

Antibody Dependent Enhancement merupakan fenomena langka yang terjadi karena reaksi berlebihan sistem kekebalan tubuh saat menghadapi penyakit. 

Berdasarkan Health Desk, ADE terjadi setelah tubuh mengembangkan antibodi dari vaksin maupun infeksi sebelumnya.

Artikel lainnya: Syarat Terima Vaksin Moderna untuk Umum dan Pengidap Autoimun

Namun, dalam kasus ADE, antibodi tidak membantu respons kekebalan tubuh. Justru antibodi mengembangkan gejala penyakit parah dan memperburuk kondisi kesehatan pasien yang terinfeksi.

Antibodi penyebab ADE membiarkan virus masuk ke dalam sel. Akibatnya, tubuh meningkatkan respons sistem kekebalan, bahkan terlalu berlebihan hingga menyebabkan peradangan.

Sejauh ini, kasus ADE terjadi pada:

  • vaksin demam berdarah di Filipina tahun 2016,
  • uji coba vaksin respiratory syncytial virus (RSV) pada anak-anak di Amerika Serikat tahun 1967, dan
  • vaksin campak di AS pada 1960.

Berdasarkan Health Desk maupun penelitian yang diterbitkan jurnal Nature, hingga saat ini belum ada laporan terverifikasi yang menyebutkan ADE disebabkan vaksin coronavirus.

Vaksin virus corona belum terbukti menyebabkan badai sitokin maupun ADE. Pun hal yang sama berlaku bagi vaksin COVID-19 yang sudah memperoleh izin BPOM, seperti Pfizer, Moderna, AstraZeneca, Sinopharm, CoronaVac (Sinovac), dan vaksin COVID-19 Bio Farma.

Berdasarkan hasil uji klinis, keenam vaksin tersebut aman digunakan untuk mencegah penularan coronavirus. Oleh karena itu, Anda tidak perlu khawatir untuk divaksinasi.

Jika Anda ingin bertanya lebih lanjut seputar vaksin COVID-19, konsultasikan kepada dokter via Live Chat.

[HNS/JKT]

virus coronaMedFact

Konsultasi Dokter Terkait