Kulit

Panu Adalah Penyakit Keturunan, Mitos atau Fakta?

Zahra Aminati, 20 Jun 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Panu menyebabkan rasa gatal yang mengganggu kenyamanan. Banyak yang menganggap kalau panu penyakit keturunan. Ini mitos atau fakta?

Panu Adalah Penyakit Keturunan, Mitos atau Fakta?

Kemunculan panu atau dalam medis disebut tinea versikolor ditandai dengan gatal dan bercak putih hingga cokelat bersisik halus. Biasanya, penyakit ini sering ditemukan di daerah tropis serta subtropis yang memiliki suhu hangat dan lembap.

Menjadi salah satu penyakit kulit yang sering dijumpai di Indonesia, masih ada saja mitos-mitos seputar panu. Salah satunya adalah anggapan bahwa panu merupakan penyakit keturunan. Benarkah demikian?

 

Panu Penyakit Keturunan?

Berangkat dari pertanyaan ini, dr. Reza Fahlevi menjelaskan bahwa tidak ada hubungan panu dengan genetik seseorang.

“Panu itu bukan penyakit yang diturunkan sebenarnya. Penularan penyakit ini karena kontak langsung dengan penderita, baik melalui kontak fisik langsung atau kontak dengan benda-benda yang digunakan,” kata dr. Reza.

Kontak langsung yang dimaksud misalnya ketika menggunakan handuk atau baju yang sama dengan penderita panu.

Artikel lainnya: Pilihan Obat Panu Alami yang Bisa Anda Temukan di Dapur

Obat Panu Terkait: Kalpanax

Risiko penularan juga bisa terjadi pada kontak fisik langsung, misalnya sentuhan ibu dan bayinya.

“Misalnya, ibunya memiliki panu di tangan lalu menggendong bayinya. Nah, itu bisa menularkan panu ke bayi,” kata dr. Reza.

Bila area kewanitaan ibu saat persalinan juga sedang terinfeksi panu, bayi yang baru lahir dapat juga ikut tertular.

“Hal ini karena bayi yang baru dilahirkan memiliki kulit yang tipis dan daya tahan tubuhnya rendah. Jika terjadi kontak sedikit dengan orang yang menderita panu, dapat membuat bayi terkena infeksi jamur penyebab panu,” jelas dr. Reza.

Keringat Berlebihan Memicu Panu

Penyebab panu bukan keturunan, tapi jamur Malassezia furfur. Jamur tersebut sebenarnya bisa dijumpai di kulit yang sehat. Namun, bila mereka tumbuh secara berlebihan, barulah panu terjadi.

Artikel lainnya: 2 Cara Ampuh Mengobati Panu yang Perlu Anda Tahu

Sayangnya, ada beberapa faktor yang dapat memicu perkembangan jamur ini di tubuh. Salah satunya adalah keringat. Itu sebabnya, orang dengan gangguan keringat berlebih atau hiperhidrosis lebih berisiko mengalami panu.

Diduga, kondisi hiperhidrosis ini dapat diturunkan melalui riwayat keluarga. Selain keringat berlebih, hal lain yang juga dapat memicu pertumbuhan jamur Malassezia furfur antara lain berusia remaja, tinggal di cuaca lembap, serta penurunan daya tahan tubuh.

Bila Anda memiliki faktor-faktor pemicu di atas, jaga kebersihan tubuh sebaik mungkin. Hindari area lembap di tubuh untuk mencegah pertumbuhan jamur.

Bila panu sudah telanjur datang, ada beberapa perawatan dan pengobatan yang bisa dilakukan. Anda bisa menggunakan krim, losion, atau sampo mengandung obat antijamur topikal yang langsung dioleskan pada area kulit yang terkena panu.

Jika panu tidak kunjung hilang, biasanya dokter merekomendasikan salep berbahan khusus (seperti selenium sulfida atau ketoconazole) yang bisa digunakan 2-4 minggu.

Dokter juga dapat merekomendasikan obat tablet yang dapat diminum setiap hari selama sebulan untuk mencegah panu datang kembali.

Konsultasikan masalah kulit Anda langsung kepada dokter melalui fitur Live Chat 24 Jam dari aplikasi Klikdokter.

[HNS/JKT]

kulitPanu

Konsultasi Dokter Terkait