Tips Parenting

Sejak Kecil Ikut Klub Olahraga Bisa Berdampak Buruk pada Anak

Ayu Maharani, 25 Mar 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Aktif sejak kecil memang baik. Namun, orangtua juga perlu memperhatikan beberapa dampak negatif yang bisa terjadi pada anak jika ikut klub olahraga.

Sejak Kecil Ikut Klub Olahraga Bisa Berdampak Buruk pada Anak

Anak aktif dalam sebuah klub olahraga tertentu bisa jadi kebanggaan tersendiri bagi orangtua. Apalagi bila si kecil sampai bisa mencetak prestasi sejak usia dini. 

Akan tetapi, ortu sebaiknya memperhatikan dulu beberapa hal saat akan mengikutkan anak dalam klub olahraga.

Gracia Ivonika, M.Psi., Psikolog mengingatkan Anda untuk mengutamakan minat anak. Jika dia memang berminat masuk ke klub olahraga, barulah Anda mendaftarkannya. Jika tidak, nantinya anak tidak akan enjoy menjalani rutinitas kegiatan di klub.

“Lalu, tentukan target atau tujuan anak ikut klub olahraga. Apakah untuk diteruskan sebagai karier, untuk menyalurkan hobi semata, atau karena hal lain? Pastikan bahwa target tersebut berasal dari anak, bukan dari orangtua,” katanya. 

Psikolog Gracia menambahkan, “Lingkungan klub, termasuk anggota dan pelatihnya, penerapan kegiatan, dan time frame juga perlu diperhatikan. Misalnya, anak melakukannya seminggu sekali atau tiga bulan dulu untuk dievaluasi.”

Jika memang enjoy dan sesuai dengan kebutuhan, barulah anak dan Anda bisa memutuskan untuk lanjut lagi atau tidak.

Jika hal tersebut tidak dipertimbangkan, bisa muncul sejumlah dampak negatif. Dampak ketika anak ikut ke klub olahraga sejak kecil itu antara lain:

1. Harga Dirinya sangat Bergantung dengan Kinerja Olahraga

Kepribadian anak seharusnya tidak boleh terikat terlalu erat dengan kemampuan olahraganya.

Jika telanjur demikian, dia tidak siap untuk merasakan pengalaman gagal dan memiliki harga diri yang rendah. Sebagian besar atlet muda merasa hebat saat menang. 

Namun, karakter jangka panjang mereka ditentukan oleh bagaimana cara mereka menangani kekalahan.

2. Di-bully oleh Pelatih

Tidak semua pelatih mampu memperhatikan kepentingan psikologis anggota klub, termasuk anak. 

Terlalu sering membentak tanpa solusi atau strategi yang bagus justru akan menghancurkan mentalitas atlet muda. 

Waspadai juga perilaku yang mempermalukan anak Anda. Pelatih terbaik akan menginspirasi muridnya melalui penguatan positif dan teladan, bukan pelecehan serta penindasan.

Artikel Lainnya: Perlukah Memasukkan Anak ke Klub Olahraga?

3. Delusi Olahraga (selalu) Berikan Beasiswa Kuliah

Banyak orangtua yang percaya bahwa anak mereka ditakdirkan untuk menerima beasiswa kuliah lewat prestasi olahraga. 

Padahal, hal tersebut belum pasti. Anda pun tidak boleh bergantung pada hal itu. Harapan seperti itu akan berbahaya bagi kesejahteraan emosional anak. 

Ia akan merasa tertekan dan terbebani. Pastikan Anda memiliki rencana cadangan agar anak tidak terpuruk dan bisa tetap melanjutkan pendidikan.

4. Hubungan Ortu dan Anak Jadi Renggang 

Tak sedikit orangtua yang terlalu banyak berinvestasi dalam kegiatan olahraga anak-anak mereka. Anda acap kali tidak sadar bahwa hal tersebut malah merugikan si atlet muda. 

Ayah berteriak dan memarahi anak karena gagal mencetak gol atau tidak memenangi perlombaan. 

Cinta dan kasih sayang orangtua seharusnya tidak dikaitkan dengan performa atau prestasi anak. 

Artikel Lainnya: 6 Manfaat Olahraga untuk Tumbuh Kembang Anak

5. Merasa Tidak Dipahami

Hal yang perlu diingat ketika anak ikut klub olahraga adalah mereka belum menjadi atlet profesional. Ada kalanya mereka melakukan kecerobohan-kecerobohan.

Jangan langsung meremehkan kemampuannya, apalagi mengolok. Dia akan merasa tidak dipahami dan malah kehilangan semangat. 

6. Punya Perasaan Superioritas dan Kompetitif yang Kurang Pantas

Obsesi masyarakat terhadap olahraga memang dapat meningkatkan kepercayaan diri atlet-atlet muda, khususnya bagi yang sudah berprestasi. Sekolah dan kota mungkin juga akan memberikan hak istimewa dan kelonggaran.

Nah, karena berada di atas angin, orangtua perlu mewaspadai tanda-tanda kurangnya perasaan rendah hati dan empati. 

Jika rasa superioritas dan kompetitif terlalu besar, dikhawatirkan anak justru menjadi seorang perundung. 

Artikel Lainnya: Kapan Anak Boleh Ikut Olahraga Bela Diri?

7. Performa atau Nilai Pelajaran Menurun

Psikolog Gracia mengatakan, “Kalau anak sangat in to sports dan punya ambisi yang tinggi di sana, ada risiko fokus pendidikan formalnya jadi terhambat. Namun, balik lagi ke target dan ekspektasi yang ingin dituju.”

“Misalnya, jika sejak awal anak ingin benar-benar berkarier di olahraga, ortu juga perlu memahami fokusnya lebih ke sana dibanding sekolah. Anak juga perlu diajak diskusi sejak awal untuk membangun kesepakatan, khususnya dalam membagi waktu target performa sekolah,” katanya. 

Kini Anda sudah mengetahui risiko yang mungkin terjadi jika sang buah hati masuk ke klub olahraga untuk anak. 

Bila masih ada pertanyaan lain seputar pola asuh dan kesehatan mental, konsultasikan pada psikolog kami lewat fitur LiveChat di aplikasi Klikdokter

(HNS/AYU)

OlahragaAnakpsikologi.

Konsultasi Dokter Terkait