Menu
KlikDokter
Icon Search
Icon LocationTambah Lokasi KamuIcon Arrow
HomeInfo SehatKesehatan UmumSisi Lain Pekerjaan Psikolog yang Jarang Terlihat
Kesehatan Umum

Sisi Lain Pekerjaan Psikolog yang Jarang Terlihat

Krisna Octavianus Dwiputra, 20 Mar 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Pekerjaan seorang psikolog ternyata tidak mudah. Ada sisi lain yang jarang diketahui publik.

Sisi Lain Pekerjaan Psikolog yang Jarang Terlihat

Bagi Gracia Ivonika bekerja menjadi psikolog tidak semudah yang dibayangkan sebagian orang. Suatu ketika, misalnya, ia pernah menangis di teras rumah sepulang dari kantor.

Gracia menangani beberapa kasus klien dengan depresi sepanjang hari itu. Emosinya pun ikut hanyut bersama curhat para klien di sesi konseling.

"Kalau sudah gitu, ya, sudah nangis aja. Saya nangis sebenarnya bukan karena diri sendiri tapi karena cerita klien," tuturnya.

Dalam sesi konseling, kata dia, ada mekanisme countertransference dan transference. Sederhananya, ada emosi masuk ke dalam psikolog atau psikolog yang memindahkan ke klien.

Mau tidak mau cerita kehidupan klien juga berpengaruh pada kondisi psikolog. Meluapkan emosi, salah satunya dengan cara menangis tadi, menjadi salah satu cara melepas emosi Gracia.

Tetapi dia biasanya punya batasan waktu 15 menit. Bila dibiarkan berlarut-larut, Gracia khawatir dampaknya akan lebih dalam lagi.

"Saya juga tidak mau terlalu lama dan akhirnya terlalu deep emosinya. Jadi cukup, sudah lega, masuk lagi ke rumah," ia berujar.

Gracia bilang, pengalaman paling berat adalah ketika mulai berpraktik sebagai psikolog pada 2019. Ia mencontohkan saat mendapat klien yang mengalami depresi.

Ia bisa sangat merasakan mood klien. Apalagi bila sang klien meluapkan emosi dengan marah-marah. Gracia merasa energinya juga ikut cepat habis.

"Jadi capek lihat dia marah. Pulang sudah tidak ada tenaga, capek banget," imbuhnya.

Ekspektasi klien juga menambah bebannya. Kebanyakan orang yang datang ke psikolog berharap masalahnya bisa tuntas.

Artikel lainnya: Cek Dulu, Ini Tanda Anda Butuh Konsultasi ke Psikolog

Pandangan semacam itu membuat Gracia merasa dituntut harus menyelesaikan semua masalah orang datang konseling. Alhasil, tuntutan semacam itu membuatnya terganggu.

"Jadinya kebawa sampai mau tidur, merasa kurang dalam sesi konseling tadi," kenang Gracia.

Padahal, menurut Gracia, terapi psikologi tidak seperti itu. Masalah klien acap kali sangat kompleks.

Dalam beberapa kasus justru tidak terkait dengan diri si orang tersebut. Misalnya, setelah ditelusuri lewat metode tertentu masalahnya justru di lingkungan klien.

Karena problemnya tidak terletak di klien, psikolog akan kesulitan langsung mengatasi sumber masalah. Untungnya, bertambahnya pengalaman membuat Gracia paham pentingnya menjaga jarak dengan masalah klien. 

Pengalaman lain diutarakan Ikhsan Bella Persada. Pernah suatu kali ia menangani klien yang mengalami trauma kasus perkosaan di masa kecil.

Artikel Lainnya: Untung Rugi Melakukan Konsultasi dengan Psikolog Online

Pelakunya adalah keluarga dekat si klien. Tapi, korban malah diposisikan sebagai orang yang bersalah oleh lingkungan sekitarnya.

"Jelas cerita-cerita seperti ini membawa emosi. Saya sampai kesal banget," kata Ikhsan.

Lain waktu, ia mendapat klien seorang kakek yang ingin bercerai dengan istrinya. Sepanjang sesi sang kakek marah-marah.

Buat Ikhsan, kondisi semacam itu menjadi tantangan. Psikolog harus memposisikan diri sebagai pendengar yang baik. Ibarat tempat menampung keluhan klien.

"Cuma bisa menahan diri saja, tapi setelah selesai langsung relaksasi, tarik dan buang napas dan minum yang banyak. Butuh kontrol banget," Ikhsan mengenang hari itu.

Dalam sehari, Ikhsan biasa menangani enam klien. Rutinitas mendengarkan masalah orang lain bisa membuat emosinya ikut labil.

Untuk mengatasinya, Ikhsan biasa menceritakan kondisinya ke orang lain. Kalau situasinya tidak memungkinkan, ia malah memilih untuk tidak menangani klien untuk jangka waktu tertentu.

"Saya juga menyalurkan ke hal lain, nonton film atau main game," ia menambahkan.

Adakalanya seorang psikolog harus mengorbankan waktu pribadinya untuk membantu klien. Gracia Ivonika menceritakan pengalamannya soal itu.

Beberapa klien khusus menyimpan nomor telepon Gracia. Ada saja klien yang menghubungi malam-malam untuk berkonsultasi.

Gracia biasanya waswas bila ada klien seperti itu. Sebab, ia banyak menangani kasus depresi.

Orang dengan kondisi semacam itu bukan tidak mungkin punya kecenderungan bunuh diri.

"Kalau dia menghubungi dan tidak direspons segera, takutnya amit-amit akan "bye" gitu aja, ya. Itu pengorbanan. Akhirnya kita tidur nggak tenang," ucapnya. 

Tertarik untuk mengetahui lebih lanjut seputar dunia psikologi? Atau Anda punya persoalan psikologis yang perlu dikonsultasikan dengan ahlinya? Manfaatkan fitur Tanya Dokter dengan psikolog di KlikDokter.

(JKT/ARM)

Psikolog

Konsultasi Dokter Terkait