Relationship

Hati-Hati, Ghostlighting juga Bisa Terjadi pada Hubungan Anda!

Ayu Maharani, 15 Mar 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Ghostlighting pada sebuah hubungan disinyalir lebih bisa merusak kesehatan mental sang korban. Benarkah begitu? Simak faktanya menurut psikolog!

Hati-Hati, Ghostlighting juga Bisa Terjadi pada Hubungan Anda!

Istilah ghosting akhir-akhir ini sering dibahas di media sosial. Istilah itu dipakai ketika seseorang mendadak “hilang” dan memutus komunikasi secara mendadak.

Ghosting menandakan pemutusan hubungan sepihak, yang membuat korbannya merasa bingung, ditolak, dan tak diinginkan.

Lalu, bagaimana dengan istilah ghostlighting, pernahkah Anda mendengarnya? Pada kenyataannya, kondisi ghostlighting juga dialami sebagian orang, lho.

Mungkin Anda juga pernah mengalaminya, tetapi tidak disadari karena belum menemukan istilah tepat.

Mengenal Ghostlighting Lebih Dekat

Ghostlighting merupakan kombinasi antara dua fenomena dating yang sudah cukup populer, yaitu ghosting dan gaslighting.

Untuk definisi ghosting, hal itu sudah sempat disinggung di atas. Sedangkan untuk gaslighting, itu adalah bentuk pelecehan emosional yang sangat nyata terhadap orang lain.

Kombinasi tersebut menjadi serangkaian taktik manipulasi dengan tujuan membuat orang merasa “gila” dan tidak bisa mempercayai diri sendiri.

Pelaku ghostlighting akan secara sadar dan mendadak menjaga jarak dengan Anda, lalu memutus komunikasi. Ketika Anda menanyakan kejelasan kondisi yang ada, pelaku justru membuat Anda meragukan realitas diri.

Sebagai contoh, A dan B berpacaran. Di suatu waktu, B mendadak “menghilang” dan menggantung kejelasan hubungan. A yang merasa bingung dengan sikap B lalu menanyakan alasan perubahan tersebut.

Artikel Lainnya: Penyebab Ghosting dari Kacamata Psikolog

Bukannya menjelaskan alasannya secara jujur, B justru mengaku biasa saja dan tidak berubah sama sekali.

B juga pura-pura heran dengan pertanyaan tersebut dan malah mengatakan bahwa A “berhalusinasi” dan baperan.

Pelaku ghostlighting pandai memanipulasi pikiran korbanya. Ia mampu menciptakan rasa bersalah pada orang lain, meski sebenarnya dia sendiri yang melakukan kesalahan.

Jika targetnya sudah merasa bingung dan bersalah, pelaku akan dengan mudahnya membebaskan diri dari tanggung jawab apa pun.

Ada dua faktor utama yang membuat seseorang menjadi pelaku ghostlighting. Pertama, keinginan memegang kendali terhadap orang lain. Kedua, pengalaman buruk yang sama, khususnya dari orangtua mereka.

Dampak yang dihasilkan oleh ghosting gaslighting, menurut Gracia Ivonika, M. Psi., Psikolog adalah korbannya bisa merasa mudah insecure dan sering menyalahkan diri sendiri.

Jika terjadi berlarut-larut atau terus menerus, dampak psikologis ini bisa berkembang semakin mengganggu.

Kesejahteraan psikis yang terganggu tentunya akan berdampak buruk terhadap interaksi sosialnya di kemudian hari, meski sudah berganti pasangan.

Artikel Lainnya: Perhatikan, Ini 8 Ciri-ciri Hubungan Cinta Akan Kandas!

Benarkah Ghostlighting Lebih Parah daripada Ghosting?

Ghostlighting terkesan lebih menyeramkan ketimbang ghosting. Namun, Gracia berpendapat, dampak buruk Ghostlighting belum tentu lebih berat daripada menghilang tanpa penjelasan alias ghosting.

“Keduanya sama-sama bentuk perilaku memanipulasi dan membuat insecure korbannya. Belum tentu dampak ghostlighting ini lebih berat daripada ghosting,” kata Gracia.

“Pasalnya, setelah menghilang, pelaku ghostlighting seperti memberitahu (meski tidak langsung) bahwa dia memang tidak tertarik lagi dengan Anda sehingga membuat Anda mungkin bertanya-tanya akan kesalahan apa yang Anda lakukan,” jelasnya

Bila peka terhadap perkataan dan manipulasinya, Anda bisa segera sadar bahwa orang tersebut memang tidak baik. Move on pun bisa dengan mudah dilakukan.

Di awal-awal hubungan, ciri-ciri pelaku ghostlighting sebenarnya bisa terlihat, seperti cerita-ceritanya tentang playing victim atau menghindari masalah.

Orang tersebut juga suka memberi perhatian berlebih di suatu momen, lalu cuek setelahnya. Sayangnya, korban sering tidak menyadari.

Sedangkan pada ghosting, pelakunya benar-benar tidak memberikan penjelasan sehingga korban akan terus memiliki pertanyaan di dalam hidupnya alias penasaran.

Rasa penasaran menjadi penghambat seseorang untuk menjalin hubungan baru yang lebih bahagia.

Artikel Lainnya: Dampak Negatif Curhat Tentang Hubungan Asmara pada Orang Lain

Hal yang Harus Dilakukan saat Menjadi Korban Ghostlighting

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan ketika Anda menjadi korban manipulasi pelaku ghostlighting, yaitu:

  • Percaya pada naluri dan logika Anda. Perubahan sikap pasangan benar adanya dan tak perlu mencari alasan-alasan untuk menutupi hal tersebut.
  • Pada dasarnya, hubungan yang tulus dan baik itu sederhana. Jika dia memberikan banyak alasan rumit, maka he’s not the one.
  • Kenali batasan diri untuk menyerah. Menyerah di dalam hubungan yang tidak jelas adalah cara untuk mencintai dan menghargai diri Anda sendiri.
  • Cobalah untuk terus lanjutkan hidup alias move on. Tidak perlu terburu-buru, lakukanlah secara bertahap.
  • Pulihkan rasa kepercayaan diri setelah dipermainkan dan lakukan beragam aktivitas positif yang Anda sukai.

Kini, Anda sudah mengetahui tentang ghostlighting. Bila masih ada pertanyaan seputar hubungan asmara dan kesehatan mental, Anda dapat berkonsultasi kepada psikolog lewat fitur LiveChat 24 jam atau di aplikasi Klikdokter.

(NB/AYU)

Asmara

Konsultasi Dokter Terkait