Tips Parenting

Kenali Perbedaan Perilaku Bullying dan Nakal pada Anak

Ayu Maharani, 10 Mar 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Perilaku bullying dan nakal pada anak sering kali tumpang tindih. Untuk tahu perbedaan di antara keduanya, cek penjelasan berikut ini!

Kenali Perbedaan Perilaku Bullying dan Nakal pada Anak

Kepekaan masyarakat terhadap bullying memang sedang meningkat. Hal tersebut sebenarnya baik karena bisa menekan jumlah korban sekaligus membuat pelakunya jera. 

Sayangnya, karena orang sekarang cenderung sensitif terhadap bullying, perilaku nakal biasa pun kerap disamaratakan dengan penindasan. 

Beda Bullying dan Nakal

Meski perilaku bullying dan nakal mungkin terkesan sama, Gracia Ivonika, M.Psi., Psikolog berpendapat bahwa kedua hal tersebut berbeda. 

“Selain karena maknanya yang juga beda, ciri-ciri bullying itu dilakukan secara sengaja dan sadar dengan tujuan menyakiti atau merugikan orang lain. Ini biasanya terjadi karena ketidakseimbangan power antara pelaku dan korban,” jelasnya.

Psikolog Gracia menambahkan, “Sering kali perilaku kasar atau nakal dari anak cepat dinilai sebagai bully tanpa dicari tahu dulu bagaimana pola perilakunya. Orang dewasa jarang mencari tahu bagaimana pemaknaan si anak ini terhadap sikap dan perilakunya sendiri. Bahkan, pola interaksinya dengan orang lain juga tidak dicari terlebih dahulu.”

Bisa saja sebenarnya anak belum memahami bahwa perilakunya itu menyakiti orang lain. Hal itu bisa disebabkan oleh seringnya anak melihat pola perilaku yang sama di lingkungannya atau karena faktor lain. 

Artikel Lainnya: Orang Tua Wajib Tahu, Ini 5 Penyebab Anak Menjadi Nakal

Tidak setiap hal negatif yang dilakukan anak merupakan penindasan. Anak kecil masih belajar bagaimana bergaul dengan orang lain. 

Mereka membutuhkan orang tua, guru, dan orang dewasa sebagai teladan, resolusi konflik, dan pelatih tanggung jawab.

Anak-anak terkadang melakukan atau mengatakan sesuatu yang menyakitkan. Kendati demikian, Anda sebaiknya tak langsung mencap mereka sebagai penindas. 

Suatu kondisi dapat dianggap sebagai penindasan apabila memiliki tiga elemen, yaitu: 

  • Ketidakseimbangan kekuatan.
  • Pengulangan perilaku yang menyakitkan.
  • Ada niat untuk melukai.

Anak-anak yang melakukan penindasan biasanya lebih besar, lebih tua, atau memiliki kekuatan sosial yang lebih besar daripada target mereka. 

Artikel Lainnya: Orang Tua Sering Mengkritik, Anak Bisa Terkena Gangguan Mental

Mereka akan mengejek, memberi sebutan, dan menghina target secara konsisten. Pada akhirnya, tujuan dari penindas adalah untuk menyakiti targetnya. Hal ini membuat mereka memiliki kendali dan kekuasaan yang lebih besar.

Ketika orang tua selalu melabeli setiap hal negatif sebagai penindasan, bullying akan kehilangan maknanya.

Bercanda dan menggoda berubah menjadi bullying ketika pelakunya menyakiti orang lain secara sadar. 

Menjahili teman tanpa membuatnya sakit atau tersisih tidak bisa dikatakan sebagai bullying

Tidak mengundang teman ke acara ulang tahun sebenarnya juga bukan tindakan bullying. Ada kalanya mereka hanya ingin mengundang yang benar-benar dekat saja.

Kecuali, foto atau video pesta ulang tahun itu ditunjukkan. Lalu, kemeriahan pesta ulang tahun itu dibicarakan di depan anak yang tak diundang sambil menghinanya, itu baru bullying

“Sebelum memberikan label penilaian, dipahami dan konfirmasi dulu hal-hal di atas. Setelah memahami pemaknaan dan latar belakang perilaku anak, baru kita bisa menentukan langkah apa yang perlu dilakukan untuk mengarahkan perilakunya,” saran Psikolog Gracia.

Artikel Lainnya: 7 Hal Ini Perlu Dilakukan Orang Tua Bila Anak Lakukan Bullying

Bagaimana Cara Mengatasi Kedua Perilaku Itu?

Ada beberapa hal yang bisa orang tua lakukan untuk mengubah perilaku anak menjadi lebih baik, yaitu:

  • Cari tahu penyebab anak melakukan tindakan tersebut. Apakah karena ikut-ikutan tanpa benar-benar paham? 
  • Perbaiki persepsi anak tentang perilakunya. Jelaskan bahwa perilaku tersebut tidak dapat diterima oleh orang lain. Jelaskan pula dampaknya agar anak mengerti. 
  • Jika perilaku kasarnya disebabkan kemarahan terpendam, bisa saja si anak sebelumnya pernah menjadi korban. Kalau sudah begini, solusinya tak langsung terapi pelaku. 

Anak harus dibantu dulu memproses emosi negatif anak dan berdamai dengan masa lalunya. 

“Intervensi yang dilakukan harus berdasarkan latar belakang anak. Jika si anak ini ternyata mencontoh, ini akan lebih menantang karena lingkungannya selama ini memberi contoh demikian. Orangtua juga perlu berusaha mengubah perilakunya dengan perilaku yang tepat itu seperti apa,” Psikolog Gracia mengingatkan. 

Itu dia penjelasan ciri-ciri bullying yang membedakannya dengan perilaku nakal. Bila masih ada pertanyaan seputar pola asuh anak, tanya langsung pada psikolog kami lewat fitur LiveChat di aplikasi Klikdokter

(OVI/AYU)

BullyingKesehatan Anakkesehatan mental

Konsultasi Dokter Terkait