Covid-19

Medfact: Vaksin COVID-19 Bisa Membuat Wanita Mandul?

Tri Yuniwati Lestari, 05 Mar 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Ramai beredar kabar bahwa vaksin COVID-19 memiliki efek samping membuat wanita mandul. Benarkah kabar tersebut? Cek fakta medisnya!

Medfact: Vaksin COVID-19 Bisa Membuat Wanita Mandul?

Masyarakat sempat digemparkan oleh informasi yang beredar di media sosial terkait efek samping vaksin COVID-19, Pfizer.

Menurut kabar yang beredar, jenis vaksin asal Amerika Serikat tersebut dapat membuat wanita mandul.

Apakah kabar tersebut sesuai dengan fakta medis yang sebenarnya, atau hanya bualan belaka? Yuk, cari tahu!

Artikel Lainnya: Ciri-Ciri Pria Mandul

 

Awal Mula Vaksin COVID-19 Dianggap Bikin Wanita Mandul

Anggapan bahwa vaksin COVID-19 bikin wanita mandul berawal dari akun @The_Mocasin_.

Akun tersebut membagikan laman website berisi blog mengenai pengakuan dari tim peneliti vaksin Pfizer yang bersaksi bahwa vaksin COVID-19 dapat menjadi penyebab kemandulan pada wanita.

Blog Health and Money News yang dibagikan oleh @The_Mocasin_ menyertakan sebuah nama, yaitu Michael Yeadon. Nama tersebut, menurutnya, adalah Kepala Tim Peneliti Pfizer.

Michael Yeadon dan satu orang dokter bernama Wolfgang Wodarg yang berasal dari Jerman pernah mengirimkan surat kepada tim peneliti vaksin European Medicines Agency (MEA) untuk menghentikan uji klinis vaksin Pfizer.

Masih dari blog yang sama, vaksin Pfizer disebut dapat membuat wanita mandul karena bekerja dengan memblokir protein yang membantu pembentukan plasenta pada ibu hamil.

Artikel Lainnya: Efek Samping Vaksin COVID-19 Pfizer, Sakit Kepala hingga Mabuk

Fakta: Efek Samping Vaksin COVID-19 Tidak Menyebabkan Mandul

Dikutip dalam Healthline, Jennifer Conti, MD, MS, MSc, menjelaskan bahwa tidak ada bukti nyata bahwa vaksin COVID-19 dapat mengganggu kesuburan.

Menurutnya, kabar mengenai vaksin COVID-19 dapat menyebabkan wanita mandul adalah sebuah kesalahan informasi yang bila diteliti sama sekali tidak masuk di akal.

“Rumor tersebut didasarkan pada ketakutan bahwa vaksin dengan mRNA dapat menyerang protein dalam plasenta, syncytin-1, yang dihubungkan dengan struktur serupa dengan protein lonjakan virus corona,” kata Jennifer

Jennifer menegaskan, protein vaksin corona dan yang ada di plasenta merupakan struktur yang sama sekali berbeda. Oleh karena itu, keduanya tidak berhubungan.

Senada dengan itu, media lembaga pencari fakta asal Amerika Serikat, Snopes, menyatakan bahwa informasi yang dibagikan oleh akun @The_Mocasin_ merupakan hal yang benar-benar keliru.

Snopes menjelaskan, tidak ada Kepala Tim Peneliti Pfizer yang bernama Michael Yeadon.

Orang tersebut memang pernah bekerja dengan Pfizer sebagai wakil presiden dan kepala ilmuwan untuk alergi dan pernapasan. Namun, telah diberhentikan sejak tahun 2011.

Artikel Lainnya: MedFact: Vaksin Sinovac Bisa Memperbesar Penis?

Snopes juga sudah memastikan bahwa tautan yang disebarkan oleh akun @The_Mocasin_ di Twitter sudah tidak bisa diakses.

Sependapat dengan temuan-temuan, dr. Devia Irine Putri mengatakan bahwa informasi mengenai vaksin COVID-19 dapat menyebabkan wanita mandul merupakan hoaks yang tak perlu dipercaya.

“Kabar tersebut tidak benar. Tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa vaksin COVID-19  dapat menyebabkan kemandulan,” tegas dr. Devia.

Kesimpulannya, vaksin COVID-19 tidak terbukti dapat menyebabkan kemandulan pada wanita.

Jika pun muncul efek samping dari vaksin tersebut, keluhan yang bisa terjadi hanya sebatas demam, panas dingin, kelelahan, sakit kepala, dan bengkak di tempat suntikan.

Sementara itu, terkait wanita mandul, hal-hal yang telah terbukti dapat menyebabkan kondisi tersebut adalah penyakit endometriosis, Polycystic Ovary Syndrome (PCOS), sumbatan sel telur, faktor usia, dan lainnya.

Jangan lagi terkecoh dengan informasi yang tidak akurat, baik mengenai vaksin COVID-19 ataupun hal-hal seputar kesehatan lainnya.

Selalu baca dan cari informasi dari sumber resmi dan bertanya kepada yang lebih ahli dengan memanfaatkan layanan LiveChat 24 jam atau di aplikasi Klikdokter.

(NB/AYU)

virus coronavaksinmitos atau fakta

Konsultasi Dokter Terkait