Menu
KlikDokter
Icon Search
Icon LocationTambah Lokasi KamuIcon Arrow
HomeIbu Dan anakKesehatan AnakAnak Remaja Terlalu Patuh, Orangtua Perlu Bersyukur atau Curiga?
Kesehatan Anak

Anak Remaja Terlalu Patuh, Orangtua Perlu Bersyukur atau Curiga?

Ayu Maharani, 27 Feb 2021

Ditinjau oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Heran. Saat remaja lain jarang mendengar orangtua, anak Anda justru penurut sekali. Lantas, apakah punya anak remaja terlalu patuh patut untuk dibanggakan?

Anak Remaja Terlalu Patuh, Orangtua Perlu Bersyukur atau Curiga?

Banyak hal yang ingin dicoba oleh remaja, sehingga aturan dan anjuran orang dewasa, termasuk orangtuanya sendiri, jarang diperhatikan. 

Karena stereotip tersebut, remaja patuh dan penurut akhirnya dianggap sebagai hal yang mengherankan. 

Kondisi semacam itu akhirnya terjadi pada Anda. Ketika rekan sesama orangtua mengeluhkan anak yang mulai bandel dan keras kepala, kondisi tersebut tidak terjadi pada Anda. 

Karena merasa sendirian dalam kondisi tersebut, Anda pun bingung menentukan sikap dan muncul banyak pertanyaan di kepala. 

Apakah remaja terlalu patuh merupakan hal baik yang patut disyukuri dan dibanggakan? 

Jangan-jangan, kondisi tersebut harus dicurigai, karena bisa jadi ada yang tidak beres pada perkembangannya?

Remaja Terlalu Patuh, Pertanda Baik atau Buruk?

Gracia Ivonika, M.Psi., Psikolog mengatakan, sebelum memutuskan baik atau buruk remaja patuh dan penurut, orangtua perlu memperhatikan konteksnya. 

“Kita tidak bisa langsung menggeneralisasinya. Sikap penurutnya itu dalam konteks dan situasi apa? Kita harus cari tahu dulu,” ucap Gracia.

“Misalnya, kesehariannya anak tersebut memang penurut. Tapi, dalam situasi tertentu, ia masih mengutarakan pendapat yang bertentangan dan ingin bertanya. Hal ini tidak bisa dikatakan buruk,” tegasnya. 

Psikolog Gracia menambahkan, jika kondisinya seperti itu, berarti dia sedang berusaha menjadi independen sekaligus memahami kondisi yang ada. 

Apabila orangtua memerintahkan sesuatu yang sebenarnya merugikan anak, tetapi ia menurut saja, barulah hal ini patut dipertanyakan. Pertanyaan bukan cuma dilontarkan ke anak, melainkan kepada orangtua. 

Apa yang membuat remaja patuh sampai tak berani mengungkapkan pikirannya? Hal apa yang telah orangtua perbuat sebelumnya? Apa alasan anak? 

Artikel Lainnya: Cara Mudah Mengajari Anak untuk Bersikap Jujur

Secara garis besar, berikut ini adalah beberapa hal yang bisa menjadi faktor penyebab anak remaja terlalu patuh:

  • Pola Asuh 

Pola asuh yang otoriter bisa membuat remaja patuh, sekaligus merasa tidak punya kepercayaan diri dan kendali. 

Anak-anak yang dididik dengan pola asuh ini memegang prinsip “diiyakan” saja daripada dimarahi. 

“Jika pola asuhnya otoritatif dan anak patuh, berarti ia percaya kepada orangtuanya. Pengarahan yang dilakukan selama ini sudah sesuai dengan kemauan dan karakter anak, maka dari itu ia satu suara dengan orangtuanya,” ucap Gracia.

“Di kondisi ini, anak biasanya juga dapat menyuarakan pendapatnya dan merasa didengar oleh orangtua,” sambungnya.

  • Karakter Anak yang Pasif

Anak yang sedari awal pendiam, tertutup, dan sangat pasif tentu memiliki respons berbeda dengan mereka yang bersikap terbuka dan lebih percaya diri. 

Anak yang pendiam dan tertutup jarang berani mengambil keputusan, apalagi yang dampaknya berimbas kepada orang lain.  

Daripada nanti gagal dan menyalahkan diri sendiri, lebih baik ia menuruti keputusan orang lain. 

Artikel Lainnya: Cara Sukses Menerapkan Aturan Baru untuk Anak

Apa yang Harus Dilakukan saat Remaja Terlalu Patuh?

Jika selama ini anak jarang sekali mengutarakan pendapat meski orangtua sering membuka “forum diskusi”, hal ini perlu dikhawatirkan. 

“Di fase remaja, mereka seharusnya sudah mulai belajar independen dan menilai sesuatu dengan pertimbangan meski belum sepenuhnya matang dan masih memerlukan pendampingan,” tutur Gracia.

Ketika hal itu belum terjadi, langkah yang perlu dilakukan orangtua adalah sebagai berikut:

  • Terus Buka Diskusi

Jangan bosan untuk terus mengajak anak berdiskusi. Sikap pasif dan malu dapat mulai berkurang dengan banyak melakukan diskusi bersama. 

Topiknya bisa macam-macam, asalkan tidak terlalu berat. Akan lebih baik bila topiknya berkaitan dengan dunia remaja.

  • Selalu Minta Pendapat Anak

Sedang tak berdiskusi topik remaja bukan berarti Anda tak bisa menstimulasinya. Tanyakan pendapat anak saat Anda sedang kesulitan untuk memutuskan sesuatu. 

  • Berikan Tanggung Jawab di Rumah

Bagi-bagi tugas di rumah juga penting buat anak. Mereka bisa belajar tanggung jawab dan menerima konsekuensi. 

Anak yang diberi tanggung jawab biasanya akan cenderung aktif bertanya atau meminta pertolongan jika ada kesulitan. 

  • Perbanyak Relasi sesuai Minat

Anak punya hobi yang spesifik? Berarti, kini saatnya Anda membiarkan ia tergabung dalam sebuah komunitas atau kursus. 

Bergabung dengan komunitas yang satu selera biasanya akan meningkatkan intensitas komunikasi dan kemampuan.  

Artikel Lainnya: Sindrom Good Girl, Penyebab Wanita Sulit Bahagia 

  • Pancing dengan Arahan yang Tidak Terlalu Lengkap 

Hindari terlalu mendikte dan memberikan arahan terlampau lengkap. Instruksi seperti itu bisa bikin remaja terlalu patuh, tak kreatif, dan tak mandiri. 

Dengan adanya arahan terbuka, itu bisa menstimulasi anak untuk bertanya dan berpendapat. Di sini, orangtua bertugas untuk menginspirasi; bukan menggurui.

  • Jangan Langsung Dibantah

Saat anak berusaha menjelaskan, sebaiknya jangan langsung dibantah dan dihakimi. 

Sebagai orang dewasa, mungkin Anda sudah tahu bahwa anak memikirkan hal yang keliru. 

Namun, akan lebih baik jika Anda membiarkan anak melakukan apa yang ia mau. Jika terjadi kesalahan, ia bisa belajar dari pengalaman dan tak mengulanginya lagi. 

Bersyukur atau khawatir saat memiliki anak remaja penurut dikembalikan lagi sepenuhnya kepada keluarga. 

Hal yang penting, latih ia dalam menyuarakan pendapatnya di situasi tertentu tanpa harus menjadi pembangkang. 

Negosiasi dan kompromi adalah hal yang diperlukan dalam dunia remaja, agar mereka memahami mana yang terbaik saat dewasa nanti. 

Masih ada pertanyaan seputar pola asuh, keluarga, dan perkembangan anak? Konsultasikan kepada psikolog dan dokter menggunakan layanan LiveChat 24 jam atau di aplikasi Klikdokter.

(NB/AYU)

Remajapola asuh

Konsultasi Dokter Terkait

Tanya Dokter