HomeInfo SehatSarafKenali Neurosifilis, Komplikasi Sifilis yang Serang Otak dan Kepribadian
Saraf

Kenali Neurosifilis, Komplikasi Sifilis yang Serang Otak dan Kepribadian

Ayu Maharani, 29 Jan 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Tak berhenti di alat kelamin, sifilis bisa menyerang sumsum tulang belakang, otak, dan kepribadian penderita (neurosifilis). Simak di sini.

Kenali Neurosifilis, Komplikasi Sifilis yang Serang Otak dan Kepribadian

Sifilis merupakan infeksi menular seksual berupa luka yang awalnya terjadi di alat kelamin. Seiring berjalannya waktu, penyakit yang kerap disebut raja singa itu ternyata bisa menyerang organ lain, termasuk otak dan sumsum tulang belakang.

Kondisi itu dinamakan neurosifilis. Lantas, apakah semua penderita sifilis akan berujung pada neurosifilis?

 

Penyebab dan Gejala Neurosifilis

Treponema pallidum adalah bakteri penyebab sifilis dan bisa berkembang menjadi neurosifilis. Neurosifilis cenderung terjadi sekitar 10-20 tahun setelah infeksi awal bakteri.

Orang yang sedari awal sudah terinfeksi HIV juga merupakan faktor risiko utama neurosifilis.

Kabar baiknya, dr. Arina Heidyana mengungkapkan bahwa tidak semua penderita sifilis akan mengalami masalah neurosifilis. 

“Tidak semua penderita sifilis berakhir ke neurosifilis, apalagi jika sejak dini sudah diobati. Biasanya, orang-orang yang mengalami masalah ini tidak mengobati sifilisnya dengan baik dengan telanjur terjadi komplikasi,” jelasnya. 

Dokter Arina menambahkan, “Selain karena tidak mengobati dengan baik sejak awal, tidak ada faktor risiko tertentu yang menyebabkan neurosifilis. Pasalnya, sifilis memang penyakit yang bisa menyebar ke bagian mana saja di tubuh, seperti mata, otot, dan lain-lain.” 

Artikel Lainnya: Jadi Silent Disease, Ini yang Perlu Kamu Tahu soal Sifilis!

Neurosifilis termasuk penyakit yang mengancam keselamatan penderitanya. Ada lima jenis neurosifilis, yaitu:

  • Neurosifilis Asimtomatik

Jenis yang satu ini paling umum. Dalam tahap neurosifilis asimtomatik, penderitanya tidak akan merasa sakit atau mengalami tanda-tanda penyakit neurologis.

  • Neurosifilis Meningeal

Gejala neurosifilis yang satu ini, antara lain mual muntah, leher kaku, sering sakit kepala, serta pendengaran dan penglihatan yang terganggu. 

  • Neurosifilis  Meningovaskular 

Kondisi ini bentuk neurosifilis meningeal yang lebih serius. Penderitanya akan mengalami setidaknya serangan stroke.

Sekitar 10-12 persen penderita neurosifilis akan terserang stroke setelah beberapa bulan atau tahun setelah terinfeksi. 

Artikel Lainnya: Mengenal Sifilis Okuler, Sifilis yang Terjadi pada Mata

  • Paresis Umum

Paresis umum bisa terjadi berpuluh-puluh tahun usai pasien terinfeksi sifilis. Penderita paresis umum akan mengalami beberapa gejala, seperti:

  • Paranoia (rasa curiga dan takut berlebih).
  • perubahan suasana hati yang cepat (mood swing).
  • Perubahan kepribadian.
  • Otot yang melemah.
  • Kemampuan berbahasa terganggu.
  • Dapat berujung pada demensia.
  • Tabes Dorsalis

Meski jarang terjadi, jenis neurosifilis yang satu ini memengaruhi sumsum tulang dengan tanda-tanda, seperti:

  • Kehilangan keseimbangan dan koordinasi tubuh
  • Inkontinensia (sulit menahan kencing)
  • Gaya berjalan yang berubah
  • Masalah penglihatan
  • Hingga sering timbul nyeri di perut, lengan, dan kaki

Artikel Lainnya: Kena Sifilis di Mulut, Kenali Penyebabnya dan Cara Mengatasinya!

Bagaimana Cara Mendiagnosis Neurosifilis?

Ada beberapa pemeriksaan untuk mendiagnosis sifilis yang menyerang otak dan sumsum tulang belakang ini, yaitu:

  • Tes fisik

Untuk mengetahui apakah Anda menderita neurosifilis, dokter akan mengecek refleks otot normal.

Pengecekkan ini untuk menentukan apakah ada otot berhenti berkembang atau kehilangan jaringannya atau tidak.

  • Tes darah

Tes darah dapat mendeteksi neurosifilis stadium menengah. Ada berbagai tes darah yang bisa menunjukkan apakah Anda terinfeksi sifilis atau pernah mengalami infeksi di masa lalu.

  • Spinal Tab

Untuk mendeteksi neurosifilis stadium akhir, dokter juga akan melakukan pungsi lumbal, yaitu pengambilan cairan tulang belakang dan otak.

Sampel tersebut digunakan untuk menentukan tingkat infeksi dan merencanakan perawatan Anda.

  • Tes Pencitraan

Pasien juga akan mendapatkan pemindaian CT scan dan MRI. Lewat pemindaian, dokter akan melihat sumsum tulang belakang, otak, dan batang otak untuk mengetahui bukti penyakit neurosifilis.

Artikel Lainnya: Waspada, Anak dan Bayi juga Dapat Terkena Sifilis

Bagaimana Cara Mengobati Neurosifilis? 

Karena penyakit ini berawal dari infeksi bakteri, pengobatan utamanya adalah menggunakan antibiotik. 

Antibiotik penisilin dapat dimasukkan ke tubuh lewat suntikan atau secara oral (dikonsumsi) selama 10-14 hari ke depan.

Selain itu, antibiotik probenecid dan ceftriaxone juga sering digunakan bersama dengan penisilin untuk mendukung penyembuhan. 

Selama proses perawatan dan pemulihan, tes darah akan dilakukan di bulan ke-3 dan ke-6. Setelah itu, penderitanya harus menjalani tes darah setiap tahun selama tiga tahun ke depan. 

Dokter juga akan terus memantau kadar cairan serebrospinal (cairan bening yang di bawah tulang tengkorak) setiap enam bulan sekali. 

Jika neurosifilis sudah sampai menunjukkan gejala psikis, dr. Arina mengatakan pengobatannya bisa berbarengan dengan perawatan dari psikiatri. 

Sayangnya, jika penderita sifilis otak ini sudah terjangkit HIV lebih dulu, pengobatan akan lebih sulit dilakukan karena kombinasi bakteri Treponema pallidum dan virus HIV cukup kuat.

Dosis penisilin yang diberikan akan lebih tinggi dan kesempatan untuk sembuh total menjadi kecil. 

Apabila Anda masih ada pertanyaan seputar penyakit menular dan komplikasinya, konsultasi bersama dokter kami di sini

(HNS/AYU)

Strokesifilismual

Konsultasi Dokter Terkait