Kesehatan Anak

Waspada, Anak dan Bayi juga Dapat Terkena Sifilis

Krisna Octavianus Dwiputra, 06 Nov 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Sifilis ternyata bisa juga dialami anak-anak. Bagaimana cara mengatasi masalah kesehatan itu?

Waspada, Anak dan Bayi juga Dapat Terkena Sifilis

Ketika berbicara tentang sifilis, sebagian dari kita langsung fokus dengan kondisi penyakit menular yang terjadi akibat hubungan seksual orang dewasa yang tidak aman. Namun nyatanya, anak-anak dan bayi juga dapat terkena sifilis. 

Bagaimana anak dan bayi dapat terkena penyakit menular seksual (PMS) ini? Adakah komplikasi kesehatan yang terjadi ketika anak mengidap sifilis?

Mengenal Sifilis yang Terjadi Kepada Anak dan Bayi

Menanggapi pertanyaan dari mana bayi dan anak bisa terkena sifilis, berikut jawaban dari dr. Sara Elise Wijono, MRes.

"Sifilis adalah infeksi menular seksual. Kalau terjadi kepada bayi mungkin pertimbangannya tertular saat kehamilan (sifilis kongenital) atau bisa juga pada anak karena adanya sexual abuse," ujarnya. 

Perlu diketahui, ketika ibu hamil mengidap sifilis, penyakit yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum ini bisa menular ke janinnya. Penularan didapat melalui plasenta atau berkontak saat proses bersalin. 

Sementara itu, seorang anak dapat terkena penyakit ini karena pernah berhubungan seksual atau mengalami pelecehan seksual dengan orang yang mengidap sifilis

Anak yang terinfeksi sifilis melalui kontak seksual mungkin tidak menunjukkan gejala apapun selama sekitar tiga minggu setelah terinfeksi. 

Sifilis dapat diobati sampai sembuh jika langsung segera ditangani oleh dokter. Namun, sifilis bawaan yang terjadi sejak di dalam kandungan atau yang ditularkan saat proses melahirkan, kondisinya bisa berubah menjadi berat. Bayi dengan sifilis mungkin dapat mengalami kondisi yang mengancam jiwa.

"Kalau gejala sifilis sebenarnya kurang khas, ya. Ada yang tidak bergejala sama sekali, ada juga yang gejalanya ruam, masalah dalam pertumbuhan, pembesaran kelenjar getah bening, masalah mata yang bisa sampai buta dan tuli," ungkap dr. Sara.

"Dalam beberapa kasus, gejala sifilis bisa sangat berbahaya. Misalnya, timbul radang selaput otak atau meningitis dan radang otak," sambung dr. Sara.

Artikel Lainnya: Bahaya Infeksi Menular Seksual pada Ibu Hamil

Tahapan Penyakit Sifilis

Sifilis yang menyerang anak biasanya terjadi pada empat tahap utama. Tahap-tahap yang dimaksud adalah berikut ini.

  • Tahap Utama

Selama tahap pertama ini, satu atau beberapa luka akan muncul di lokasi infeksi dan biasanya berlangsung sekitar tiga hingga enam minggu.

  • Tahap Sekunder

Selama tahap kedua ini, ruam dan gejala lainnya akan muncul. Tahap ini bisa berlangsung satu hingga enam bulan.

  • Tahap Laten atau tersier

Selama tahap ini, infeksi tidak aktif dan tidak ada gejala yang terlihat. Tahap ini biasanya berlangsung kurang dari dua tahun.

Selama tahap ketiga ini infeksinya aktif, sifilis dapat memengaruhi organ, termasuk otak, sistem saraf, jantung, dan pembuluh darah. 

Tahap ini sangat berbahaya dan dapat terjadi 10 hingga 30 tahun kemudian setelah mengalami infeksi awal.

  • Neurosifilis dan Sifilis Okular 

Ini adalah tahap terakhir dan dapat berdampak di otak, sistem saraf, atau mata (okuler). 

Tahap ini dapat terjadi kapan saja setelah tahap tersier, biasanya 10 tahun atau lebih setelah infeksi awal.

Artikel Lainnya: Lakukan 7 Hal ini untuk Cegah Infeksi Menular Seksual

Penanganan Sifilis

Penanganan sifilis hanya bisa dilakukan oleh dokter spesialis anak atau spesialis penyakit kulit dan kelamin. 

Awalnya, dokter akan mengevaluasi tanda dan gejala sembari melakukan tes darah untuk mengidentifikasi sifilis. 

Sekresi dari luka dapat diperiksa di bawah mikroskop untuk mengetahui ada atau tidaknya bakteri sifilis. 

Dokter Sara menjelaskan, sifilis merupakan infeksi bakteri bisa diobati dengan antibiotik. 

Selain itu, menurut beberapa sumber, pengobatan sifilis juga bisa dengan diberikan suntikan penisilin. 

Pengobatan infeksi ini harus dilakukan sampai tuntas agar penyakitnya tidak kambuh lagi pada kemudian hari.

Untuk wanita hamil, sebaiknya menjalani tes darah untuk memeriksa adanya berbagai penyakit, termasuk sifilis, di awal masa kehamilan.

Ibu hamil yang melakukan perawatan untuk mengobati sifilisnya bisa menurunkan risiko penularan PMS ini kepada bayi saat bersalin nanti. 

Melakukan hubungan seksual yang aman dan hanya dengan satu pasangan juga dianjurkan agar tidak tertular sifilis.  

Itu dia penjelasan soal sifilis yang menyerang anak dan bayi. Untuk tahu informasi lebih lanjut tentang penyakit atau tips kesehatan lainya, baca terus artikel di aplikasi Klikdokter.

(OVI/AYU)

sifilis

Konsultasi Dokter Terkait