Kesehatan Mental

Benarkah Popularitas Tinggi Bisa Tingkatkan Risiko Bunuh Diri?

Ayu Maharani, 09 Sep 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Banyak berita bunuh diri datang dari industri hiburan. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apa benar ketenaran bisa meningkatan risiko bunuh diri? Ini kata psikolog.

Benarkah Popularitas Tinggi Bisa Tingkatkan Risiko Bunuh Diri?

Kehidupan public figure identik dengan kenyamanan dan kemewahan. Oleh karena itu, menjadi suatu hal yang sulit diterima akal seandainya mereka mengalami depresi hingga akhirnya memutuskan untuk bunuh diri.

Bagaimana mungkin sosok yang selalu tampil ramah, ceria, penuh senyuman dan canda tawa di layar kaca tiba-tiba memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri?

Bukankah mereka telah memiliki ‘segala hal’ yang seharusnya bisa mencegah terjadinya depresi yang berujung bunuh diri?

Namun, anggapan hanyalah anggapan. Kita sering kali hanya menilai kehidupan orang lain hanya dari yang dilihat mata. Padahal kenyataannya, tak sedikit public figure yang menggunakan ‘topeng’ guna menutupi beban mental yang dialaminya saat tampil di depan para penggemar setianya.

Mereka yang Akhirnya Mengakhiri Hidup

Mulai dari Marilyn Monroe, Avicii, Heath Ledger, Robin Williams, Chester Bennington, Kurt Cobain, Kim Jong Hyun, Sulli, Goo Hara, hingga desainer terkenal Kate Spade, mereka justru memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.

Tak bisa dianggap remeh, bunuh diri merupakan penyebab dari 1,4 persen kematian di seluruh dunia. Pada tahun 2016 silam, Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, setidaknya ada 793.00 kematian akibat bunuh diri di seluruh dunia atau 10,6 kematian per 100.000 penduduk.

Bisa juga dikatakan, ada 1 orang yang meninggal karena bunuh diri setiap 40 detik. Ironisnya lagi, rata-rata angka bunuh diri di dunia paling tinggi berada di rentang usia 20 hingga 30 tahun.

Begitu pula di Indonesia, 75 persen dari mereka yang bunuh diri adalah orang usia produktif, yaitu 15 hingga 64 tahun.

Tekanan dan Ekspektasi Bisa Tingkatkan Risiko Bunuh Diri

Banyak faktor yang pada akhirnya membuat orang-orang tersebut memutuskan untuk mengakhiri hidup dengan bunuh diri, termasuk pada selebritis muda.

Lalu, apakah benar faktor ketenaran itu sendiri yang akhirnya membawa mereka mengambil keputusan bunuh diri? Benarkah popularitas seseorang meningkatkan risikonya untuk mengakhiri hidupnya sendiri?

Menanggapi pertanyaan tersebut, Ikhsan Bella Persada, M.Psi., Psikolog angkat bicara. Menurutnya, ketenaran yang didapat dan dialami oleh beberapa selebritis atau public figure sering kali datang secara tiba-tiba.

Oleh karena itu, beberapa dari mereka mungkin belum bisa menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut sehingga membuatnya merasa sangat tertekan.

“Selain itu, orang yang tenar ini harus menunjukkan diri mereka di depan kamera atau media sosial sebagai sosok yang ideal. Padahal, sosok yang ideal ini belum tentu sesuai dengan kemampuan yang mereka punya,” kata Ikhsan.

“Pada akhirnya, ketika ada tuntutan menjadi figur ideal, inilah yang membuat mereka menjadi stres luar biasa. Stres berat yang terus-menerus akhirnya memicu depresi dan bunuh diri,” sambungnya.

Memang, para public figure mempunyai uang untuk menyenangkan diri sendiri, waktu, dan kesempatan untuk meminta bantuan kepada orang lain.

Akan tetapi, perasaan negatif yang terlanjur terbentuk di dalam diri mereka ternyata tak bisa dihilangkan begitu saja dengan hal-hal semacam itu.

Lagi pula. tak semua orang bisa bersikap terbuka dan mudah untuk menerangkan apa yang terjadi pada dirinya. Hal-hal seperti inilah yang membuat beban dalam diri semakin menjadi-jadi.

Pada akhirnya, mereka memilih untuk memendam perasaan sendiri agar bisa terus tampil sempurna di mata masyarakat.

Tanpa sadar, hal tersebut sebenarnya hanya menjadi proses pembuatan bom waktu, mencetuskan rasa sakit yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata, dan penyebab bunuh diri.

Artikel Lainnya: 6 Cara Mencegah Keinginan Bunuh Diri pada Remaja

Tanda-Tanda Orang Ingin Bunuh Diri

Ada beberapa tanda yang bisa Anda kenali ketika seseorang sudah sangat lelah dengan tekanan atau ekspektasi dan ingin bunuh diri, misalnya:

  • Mulai menarik diri dari kehidupan sosial tanpa menceritakan apa alasannya, sekalipun kepada orang terdekat.
  • Mulai bertindak ceroboh, melakukan tindakan berbahaya atau hal lain yang dulunya tak pernah dilakukan.
  • Sering membicarakan soal kematian, memberikan barang-barang berharga kepada orang lain, dan sering mengucapkan salam perpisahan seperti ingin mempersiapkan kematian.
  • Menunjukkan keputusasaan dan pesan-pesan tertentu, bisa secara langsung ataupun di media sosial pribadinya.
  • Mulai sering mabuk dan mengonsumsi obat-obatan terlarang.
  • Perubahan suasana hati, dan waktu tidur yang cenderung berantakan.

Artikel Lainnya: Ini yang Harus Dilakukan Setelah Melakukan Percobaan Bunuh Diri

Cara Menolong Mereka yang Tertekan karena Tuntutan dan Ekspektasi

Punya seorang kerabat yang populer dan tertekan atau depresi akibat banyaknya tuntutan dan ekspektasi?

Beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk menjauhkan dirinya dari pemikiran serta tindakan bunuh diri, yaitu:

  • Berikan Rangkulan

Perbanyak frekuensi bertemu dan berkontak. Meski tidak terlihat dan tidak mengakui, percayalah mereka yang tertekan sebenarnya membutuhkan orang lain untuk bersandar.

Selalu sediakan waktu Anda buat dia. Membiarkan dia punya waktu banyak untuk sendirian sama saja dengan memberikannya kesempatan lebih besar untuk bunuh diri. 

  • Lakukan Kegiatan Menyenangkan Bersama

Lakukan kegiatan yang menyenangkan dan buat memori bersama. Di waktu-waktu yang santai dan menyenangkan itu, Anda bisa mengajaknya bicara baik-baik dengan bahasan yang mendalam.

Ingatkan bahwa tak ada manusia yang sempurna, jadi jangan berusaha untuk sempurna. Anda bisa mengatakan, “Bila warganet punya hak untuk menilai kamu, maka kamu juga punya hak untuk tidak mendengarkan atau melihat penilaian tersebut.”

Tetap ingatkan untuk bertindak baik. Bila dia merasa sudah melakukannya tetapi tetap dikritik macam-macam oleh orang lain, berarti masalahnya bukan ada di dirinya, melainkan di mereka.

Tak perlu terlalu takut untuk kehilangan pekerjaan atau popularitas, karena pada dasarnya itu memang hanya sementara. Dukung dan berikan motivasi untuk melakukan hal lain, dan percaya bahwa rezeki bisa datang dari mana saja.

  • Puasa Media Sosial

Nonaktifkan media sosial dan tak perlu mengakses internet atau televisi untuk sementara waktu. Dekatkan diri dengan keluarga dan teman-teman saja.

Ada sebagian artis yang tidak memiliki media sosial, dan pekerjaan mereka baik-baik saja. Jadi, tak perlu khawatir, ya! Lebih baik ubah waktu mengakses media sosial dengan konseling bersama psikolog.

Tuntutan, ekspektasi, rasa kesepian, dan rasa penat yang terus-menerus memang bisa membuat public figure memutuskan untuk bunuh diri.

Jika Anda butuh informasi lain atau punya pertanyaan mengenai penyebab bunuh diri, jangan sungkan untuk berkonsultasi secara langsung dengan psikolog atau dokter melalui LiveChat 24 jam di aplikasi Klikdokter. Anda juga bisa hubungi RSJ Dr. Soeharto Heerdjan via telepon  (021) 568-2841.

(NB/AYU)

kesehatan mentalHari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia

Konsultasi Dokter Terkait