Kesehatan Mental

Duck Syndrome, Pura-Pura Tenang Walau Menanggung Banyak Beban

Novita Asavasthi, 28 Agt 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Walau diterpa banyak masalah, ada saja, lho, orang yang berusaha tetap tenang agar dianggap sedang baik-baik saja. Hati-hati, bisa saja sedang mengalami duck syndrome!

Duck Syndrome, Pura-Pura Tenang Walau Menanggung Banyak Beban

Di lingkungan sekitar Anda, pasti ada saja ditemukan sosok orang yang terlihat punya kehidupan sukses dan adem ayem tanpa masalah.

Misalnya saja, ia terlihat sukses membangun usaha, berhasil bekerja di perusahaan keren, atau bahkan selalu upload foto dirinya sedang bahagia menikmati hidup!

Eits, tidak semua yang terlihat demikian benar adanya, ya. Siapa sangka dengan ‘casing’ tenang dan bahagia yang ditampilkan, ternyata orang tersebut malah sedang menanggung banyak beban?

Jika demikian, orang tersebut bisa saja mengalami duck syndrome. Sindrom apakah itu?

Apa, Sih, yang Dimaksud dengan Duck Syndrome?

Duck syndrome adalah istilah yang digunakan di Stanford University, Amerika Serikat, seperti dilansir Psych Central.

Sindrom ini berasal dari analogi bebek yang berenang di air. Jika diamati, bagian atas tubuh bebek tampak tenang, namun jika melihat ke bawah, kita bisa menemukan kaki bebek sedang bergerak cepat dan berusaha agar bisa terus mengambang di permukaan air.

Kondisi bagian atas bebek di atas air bisa dikaitkan dengan keadaan seseorang yang tampak terlihat tenang dan kalem.

Sedangkan kondisi kaki bebek yang bergerak tanpa henti, membawa arti seseorang sedang berjuang membawa beban dan rasa kecemasan yang besar.

Menanggapi sindrom kekinian tersebut, begini penjelasan Ikhsan Bella Persada, M.Psi., Psikolog, dari Alohalo Counseling.

“Diagnosis duck syndrome belum ada di kamus DSM, tapi bisa masuk ke mekanisme pertahanan diri. Individu berusaha tampil seperti orang yang tenang untuk menutupi stres atau kecemasan yang dialami. Ia juga ingin mempertahankan image atau citra dirinya sebagai orang berhasil atau tegar. Ini supaya orang lain melihat dia sosok yang berhasil saja,” kata Ikhsan. 

Artikel Lainnya: Dampak Sering Kesepian dan Galau bagi Kesehatan

Apa yang Memicu Kondisi Duck Syndrome?

Sindrom bebek ini mulanya identik terjadi pada anak kuliahan. Saat masih SMA, mereka yang sering menjadi juara akan belajar sampai rela begadang, mengerjakan banyak PR, atau bahkan ikut berbagai macam les agar tetap jadi nomor satu.

Sayangnya, semua ini dapat menyebabkan gangguan kecemasan, depresi, dan kebiasaan tidak sehat.

Nah, ketika masuk kuliah, dia harus bersaing dengan lebih banyak orang. Ini dapat membuat mereka merasa kesulitan. Mereka tidak mau gambaran orang pintar, keren, atau sukses pada dirinya pudar, atau mudahnya, mereka tidak mau dikatakan gagal.

Alhasil, penderita duck syndrome ini berusaha menutupi struggle, kecemasan, kesulitan, serta kewalahannya dalam menghadapi kehidupan.

Untuk itu, ia berupaya tetap tenang sembari berusaha mati-matian hingga sukses yang diimpikan dapat diraih!

Tak hanya pada pelajar, sindrom ini kerap terjadi pula pada orang dewasa yang sedang merintis karier.

Artikel Lainnya: Sering Galau? Lakukan Ini Untuk Mengatasinya

Ibarat kata, sudah capek belajar belasan tahun dari SD sampai kuliah, sudah usaha ini itu, sudah berhasil kerja di perusahaan top, masa hidupnya masih kelihatan susah begitu-begitu saja? Nggak bisa, dong!

Belum lagi dengan adanya media sosial yang kini seakan berlomba menampilkan kesan sukses yang mentereng dari setiap orang.

Bagi orang yang sedang berjuang keras dan melihat hal tersebut, tak dimungkiri dapat membuat mereka berpura-pura bahwa hidupnya juga seakan sedang baik-baik saja.

Soal ini, Ikhsan sebagai psikolog juga belum tahu pasti apa penyebab atau pemicunya. Namun, bisa saja terjadi lantaran ada beban yang harus diperjuangkan.

“Nggak ada penyebab pastinya. Tapi stres, sih, pastinya bisa menimbulkan duck syndrome. Kemudian, bisa karena adanya tuntutan dari orangtua atau dari sosok idealnya sendiri yang berpikir seseorang itu harus kuat dalam menghadapi kondisi apa pun. Makanya, yang ditampilkan di depan umum sosok yang baik baik saja,” jelas Ikhsan.

Artikel Lainnya: Sering Galau Bisa Picu Penyakit Jantung

Bagaimana Cara Mengatasi Sindrom Ini?

Untuk mengatasi sindrom bebek ini, Ikhsan menyarankan agar penderita mau pun diri sendiri untuk berpikir realistis,

“Caranya, coba pahami bahwa sebelum mengharapkan diri sebagai sosok yang ideal, sesuaikan dulu sama kemampuan yang kita punya, jangan sampai ada gap besar.”

“Terus, belajar untuk menyalurkan emosi cemas yang dirasakan baik ke teman, atau ke media seperti menulis jurnal juga bisa. Yang paling penting, disarankan juga untuk coba mulai self-love dengan menerima diri apa adanya,” lanjut Ikhsan.

Hidup bukan melulu tentang jadi orang berhasil. Sebab sejatinya, kesuksesan itu butuh waktu. Terkadang gagal perlu terjadi agar kita bisa merasakan arti hidup yang sebenarnya sebagai manusia.

Tidak perlu juga berlomba kesuksesan pada orang lain. Risikonya, perasaan cemas melanda, hidup pun jadi tak tenang

Untuk mengatasi kondisi ini lebih lanjut, Anda dianjurkan berkonsultasi ke psikolog atau psikiater. Nantinya, mereka akan mencari cara untuk mengatasi cemas, depresi, stres, atau rasa takut gagal yang Anda rasakan.

Psikiater juga dapat menggabungkan terapi dengan obat-obatan yang digunakan untuk untuk meredakan rasa gelisah yang dialami.

Apabila masih ada yang ingin ditanyakan lebih lanjut tentang duck syndrome, Anda juga bisa ajukan pertanyaan secara online lewat fitur LiveChat 24 jam di aplikasi Klikdokter!

(AYU/ARM)

kesehatan mental

Konsultasi Dokter Terkait