Kesehatan Mental

Berpikir Tubuh Dipenuhi Serangga? Awas Sindrom Ekbom!

Ayu Maharani, 29 Agt 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Buat yang selalu merasa banyak serangga berjalan di tubuh bahkan masuk ke dalam kulit, kemungkinan Anda mengalami sindrom ekbom. Sindrom apa ini?

Berpikir Tubuh Dipenuhi Serangga? Awas Sindrom Ekbom!

Geli, jijik, dan ngeri. Mungkin itulah yang terpikir oleh sebagian orang ketika kaki, tangan, dan bagian tubuh lainnya dipenuhi serangga. Namun, bagaimana bila ada orang yang selalu merasa seperti itu padahal sebenarnya tidak ada apa-apa?

Kondisi tersebut ternyata bukan bualan semata, melainkan sebuah sindrom yang disebut sindrom ekbom.

Apa Itu Sindrom Ekbom?

Menurut Ikhsan Bella Persada, M.Psi., Psikolog, sindrom ekbom termasuk ke dalam kategori gangguan delusi (parasitosis delusi).

“Jadi, individu ini punya keyakinan bahwa dia terinfeksi serangga atau parasit. Karena itulah dia lebih banyak datang ke dokter untuk disembuhkan. Orang itu sebenarnya tidak sadar bahwa yang dia alami itu tidak nyata,” jelas Ikhsan.

Dilansir dari National Geographic, ada seorang pria yang selalu merasa di dalam tubuhnya, khususnya di hidung, menjadi tempat tinggal serangga.

Pria itu menceritakan kepada keluarganya sendiri tentang apa yang ia rasakan terkait serangga-serangga di tubuhnya. Keluarganya sudah mengetahui bahwa hal tersebut sebenarnya tidak ada.

Untuk meyakinkan keluarganya bahwa ia kemasukan serangga, pria itu sampai “menggali” hidungnya dengan pinset hingga terluka!

Saat dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa, dokter sampai menyerah untuk meyakinkan pria itu bahwa tidak ada serangga yang hidup di hidungnya. Ya, mengatasi parasitosis delusi ini memang perlu penanganan khusus.

Apa Penyebab Sindrom Ekbom?

Hingga saat ini, penyebab sindrom ekbom masih belum diketahui secara pasti. Psikolog Ikhsan mengatakan, “Ada beberapa penelitian yang melaporkan, sindrom ekbom berisiko dialami orang-orang yang kerap mengonsumsi narkoba. Narkoba seperti metamfetamin, heroin, dan kokain memang bisa membuat seseorang berhalusinasi.”

“Beberapa penelitian lain juga mengatakan, parasitosis delusi diakibatkan peran dopamin. Ketika kita stres berat, otak akan memproduksi dopamin secara berlebihan. Dopamin yang terlalu banyak di otak justru akan meningkatkan risiko gangguan, seperti skizofrenia dan sindrom ekbom,” tambahnya.

Meski bisa dibilang hidup penderita sindrom ekbom ini tidak tenang, ia resisten terhadap bukti-bukti medis yang sudah ditunjukkan dokter. Ia pun enggan melakukan evaluasi ke psikiatri.

Artikel Lainnya: Mitos Tentang Skizofrenia yang Anda Perlu Tahu

Apakah Sindrom Ekbom Termasuk Masalah Langka?

National Geographic melaporkan, sekitar 27 dari 100 ribu orang di Amerika Serikat ternyata mengalami delusi ini per tahun.

Tidak diketahui ada berapa jumlah penderita sindrom ekbom di seluruh dunia (yang diketahui baru di Amerika Serikat). Jika penderitanya ternyata memang kurang dari 200 ribu orang, maka bisa dikatakan sebagai penyakit langka.

National Institutes of Health, AS, telah mengidentifikasi lebih dari 6.000 penyakit langka. Sayangnya, karena kelangkaan ini upaya terapi atau penyembuhannya masih banyak yang belum diketahui.

Cara Mengatasi Sindrom Ekbom

Langsung memaksakan pendapat dan kenyataan kepada penderita parasitosis delusi tentu akan percuma. Ia membutuhkan penanganan khusus.

Psikolog Ikhsan mengatakan, untuk mengatasi delusi kemasukan serangga ini, pengidap harus mendapatkan treatment farmakoterapi dari dokter spesialis kejiwaan.

“Dengan mengonsumsi obat olanzapin, delusinya bisa ditekan. Setelah mendapatkan perawatan dari obat-obatan, barulah pengidap bisa ikut terapi ke psikolog. Nanti psikolog bisa memulai treatment terapi CBT,” sarannya.

Terapi tersebut bisa melatih cara berpikir dan bertindak pada penderita sindrom ekbom.

Gangguan delusi memang banyak jenisnya dan memang cukup sulit diterima akal sehat orang kebanyakan. Bila Anda ingin tanya seputar gangguan psikologis, langsung saja konsultasi pada ahlinya lewat fitur Chat Premium di aplikasi Klikdokter.

(FR/AYU)

Halusinasi

Konsultasi Dokter Terkait