Kulit

Waspada SAHA Syndrome, Pemicu Pertumbuhan Kumis pada Wanita

Ayu Maharani, 19 Agt 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Punya banyak keluhan sekaligus mulai dari masalah rambut di wajah hingga kerontokan rambut? Waspada sindrom SAHA, simak ulasannya di sini!

Waspada SAHA Syndrome, Pemicu Pertumbuhan Kumis pada Wanita

Kumis tak terbantahkan adalah ciri khas pada pria. Tapi bagaimana jika ada wanita yang memilikinya, tentunya akan sangat aneh. Jika mengalami demikian, jangan-jangan seseorang menderita sindrom SAHA.

SAHA merupakan singkatan dari seborrhoea, acne, hirsutism, dan alopecia. Berikut selengkapnya tentang sindrom SAHA. Tidak hanya bisa memicu pertumbuhan kumis dan bulu, SAHA juga menyebabkan penyakit kulit hingga kerontokan rambut.

Penyebab Sindrom SAHA

Bukan karena tidak menjaga kebersihan kulit, semua keluhan kulit di wajah, tubuh, hingga kepala berasal dari hormon yang tidak seimbang. Penderitanya kebanyakan wanita di usia produktif.

Penyebab SAHA syndrome adalah kelebihan hormon androgen, yaitu hormon seks penting pada pria. Kok, bisa wanita kelebihan hormon pria?

Menurut dr. Nabila Viera Yovita, kondisi tersebut memang bisa terjadi. Dalam dunia medis, kondisi wanita kelebihan hormon androgen disebut hiperandrogenisme dan menimbulkan beberapa dampak pada tubuh wanita.

Ini yang kemudian menyebabkan wanita jadi memiliki bulu yang lebat di sekujur tubuhnya atau punya kumis tipis.

“Tidak cuma soal bulu, kulit wanita yang kelebihan hormon androgen akan lebih berminyak sehingga rentan jerawatan. Ia juga rentan mengalami kebotakan, haid tidak teratur, penampilan lebih maskulin, suara lebih dalam, dan bisa sampai menyebabkan ketidaksuburan,” jelasnya.

Dokter Nabila menambahkan, “Kondisi kelebihan hormon androgen disebabkan oleh adanya polycystic ovary syndrome (PCOS), tumor di indung telur, penyakit di kelenjar adrenal, obesitas dan sindrom metabolik, serta bisa juga obat-obatan tertentu.”

Gejala Sindrom SAHA

Karena terdiri dari seborrhoea, acne, hirsutism, dan alopecia sesuai kepanjangannya, maka tentu gejala sindrom ini adalah empat keluhan tersebut.

Penderita sindrom SAHA akan mengalami empat masalah kulit sekaligus. Untuk lebih detailnya, simak di bawah ini.

  • Kulit Bersisik dan Kemerahan

Seborrhoea disebut juga dermatitis seboroik, yaitu penyakit kulit kronis yang tidak menular berupa kulit bersisik dan kemerahan.

Kondisi ini dapat terjadi di sekujur tubuh. Namuni, paling sering timbul di area yang punya banyak kelenjar minyak, misalnya punggung, dada, wajah, bahkan kepala.

  • Kulit Berjerawat

Tak sekadar beruntusan, penderita sindrom SAHA akan mengalami jerawatan yang hebat.

Kelebihan hormon androgen membuat kondisi kulitnya sangat berminyak, sehingga pori-pori rentan tersumbat. Tak cuma di wajah, jerawat juga bisa muncul di dada dan punggung.

  • Tubuh Dipenuhi Bulu Lebat

Gejala sindrom SAHA yang selanjutnya adalah tubuh dipenuhi bulu lebat alias hirsutisme. Bulu-bulu bisa ada di tangan, kaki, wajah, dada, punggung, paha, hingga perut. Salah satunya adalah tumbuhnya kumis tipis pada wanita.

Jika orang tua punya bulu yang lebat juga, maka risiko mengalami hirsutisme juga semakin tinggi (faktor genetik).

  • Kerontokan Rambut dan Kebotakan

Meski bagian wajah dan tubuhnya ditumbuhi bulu, tetapi hal tersebut tidak berlaku di bagian kepala. Rambut penderita sindrom SAHA justru mengalami kerontokan dalam jumlah banyak sampai ada bagian yang botak (alopecia).

Kombinasi antara keempat gejala di atas sangat bisa menurunkan kepercayaan diri seseorang.

Artikel Lainnya: Terapi Hormon Pada Wanita Transgender Rentan Picu Stroke

Bagaimana Cara Mengatasi Sindrom SAHA?

Karena semua keluhan kulit disebabkan oleh kelebihan hormon androgen, tentu mengandalkan pengobatan dari luar saja tidak akan memberi hasil yang optimal.

Setelah berkonsultasi dengan dokter dan Anda didiagnosis SAHA syndrome, maka ada dua pengobatan yang diberikan, yaitu pil kontrasepsi kombinasi atau obat antiandrogen.

  • Pil Kontrasepsi Kombinasi

Obat ini diberikan oleh wanita yang tidak punya rencana hamil. Pil ini bisa menurunkan kadar hormon androgen.

Mengapa diberikan pil kontrasepsi kombinasi? Ini karena dalam obat tersebut terdapat kandungan Etinil Estradiol dan Siproteron Asetat (CPA) mampu mengatasi gejala, terutama yang berkaitan dengan jerawat dan pertumbuhan bulu-bulu di tubuh.

  • Obat Antiandrogen

Sama seperti pil kontrasepsi kombinasi, obat antiandrogen mampu mengatasi masalah kelebihan hormon androgen.

Adapun beberapa obat antiandrogen yang umum digunakan yaitu siproteron asetat, flutamide, dan spironolactone.

  • Obat untuk Mengatasi Gejala

Selain obat untuk menurunkan hormon pria dalam tubuh wanita, pasien biasanya juga diberi obat jerawat, krim kortikosteroid untuk mengurangi peradangan kulit, dan suplemen zat besi.

Untuk perawatan rambut, juga tak boleh sembarangan. Sampo yang digunakan sebaiknya terdapat tar, selenium sulfide, ketoconazole, pyrithione zinc,  atau salicylic acid di dalamnya. Kandungan ini untuk mengatasi kerontokan dan kebotakan.

Itu dia penjelasan seputar sindrom SAHA. Bila Anda ingin tanya seputar masalah kulit atau hormon, langsung konsultasikan kepada dokter lewat fitur LiveChat 24 Jam di aplikasi Klikdokter.

(FR/AYU)

Gangguan hormon

Konsultasi Dokter Terkait