Menu
KlikDokter
Icon Search
Icon LocationTambah Lokasi KamuIcon Arrow
HomePsikologiKesehatan MentalSehari-hari Bersifat Humoris, Sudah Pasti Bahagia?
Kesehatan Mental

Sehari-hari Bersifat Humoris, Sudah Pasti Bahagia?

Krisna Octavianus Dwiputra, 10 Agt 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Punya teman yang suka melucu dan melawak? Orang seperti itu kerap membawa suasana ceria. Tapi, apakah orang humoris sudah pasti bahagia?

Sehari-hari Bersifat Humoris, Sudah Pasti Bahagia?

Banyak yang beranggapan kalau orang humoris pasti hidupnya bahagia. Paling tidak, dia orang yang easy going, tidak ambil pusing dengan keadaan yang kadang menekan. Hidupnya pun dikelilingi dengan gelak tawa orang di sekitarnya. Rasanya menyenangkan, ya?

Namun, apakah apakah orang yang suka humor benar-benar bahagia seperti kelihatannya? Atau jangan-jangan dia memiliki derita yang terpendam?

Orang Humoris Selalu Bahagia?

Melihat orang suka ngebanyol, pasti Anda akan senang, bukan? Anda akan merasakan euforia ceria dan positif yang mereka bawa. Itu sangat menghibur, apalagi kalau suasana hati Anda sedang kusut saat itu.

Tak heran, Anda jadi berpikir kalau orang yang suka humoris itu hidupnya baik-baik saja. 

Padahal, anggapan itu 100 persen salah! psikolog Ikhsan Bella Persada, M. Psi menegaskan, tidak semua orang humoris itu hidupnya baik-baik saja alias tanpa beban. 

"Ya, (orang humoris) belum tentu bahagia. Banyak orang yang menampilkan sisi humoris itu sebagai mekanisme pertahanan diri dari suatu hal yang tidak ingin mereka tunjukkan," kata Ikhsan.

Namun begitu, Ikhsan tidak menampik kalau orang yang suka melucu pada umumnya punya kecerdasan emosional yang baik

"Dengan memiliki kecerdasan emosional baik, mereka dapat lebih mampu atau bisa dalam memahami situasi diri dan orang lain. Orang-orang seperti ini biasanya cenderung lebih tahan dalam menghadapi stres," lanjutnya.

Selain itu, orang humoris kadang butuh diakui secara sosial. Mereka menggunakan humor sebagai cara untuk bisa terhubung dengan orang lain dan merasa diterima, serta dicintai.

Terkadang orang humoris itu sedang menutupi sesuatu, entah kesedihan, rasa sakit, atau malah gejala depresi. Mereka menggunakan humor sebagai penegasan bahwa baik-baik saja, padahal tidak.

Artikel Lainnya: Benarkah Orang Humoris Lebih Panjang Umur?

Humoris Bisa Jadi Tanda Depresi?

Kita bisa berkaca dari kasus bunuh diri yang terjadi pada komedian dunia Robin Williams pada 2014 silam. 

Tak disangka, salah satu pelawak tercerdas Hollywood itu sudah lama memiliki gangguan depresi berat meski di depan kamera tampak lucu dan suka menebar senyuman.

Williams pernah berbicara secara terbuka tentang perjuangan seumur hidupnya melawan kecanduan alkohol dan depresi. 

Bintang Jumanji (1995) ini tentu bukan satu-satunya komedian yang pernah terjebak dalam depresi dan kecanduan.

Sebelumnya, beberapa bintang seperti Owen Wilson, Jim Carrey, hingga Ellen DeGeneres pernah bergulat dengan depresi hingga keinginan bunuh diri. Beruntung, mereka masih sempat diselamatkan.

Serani, penulis buku, Living With Depression asal Amerika Serikat, mengatakan bagi banyak komedian, humor adalah respons "kontra fobia" terhadap kegelapan dan kesedihan yang mereka rasakan. Kecerdasan mereka membantu para komedian ini memutarbalikkan keputusasaan.

“Mereka sering memakai apa yang kita sebut 'topeng depresi', yang membantu mereka memasang wajah yang lebih bisa diterima dunia," kata Serani.

“Namun, di balik topeng itu, ada perjuangan yang mengerikan sedang terjadi. Ada stigma tentang depresi dan sering kali tawa mengalihkan perhatian dari perasaan lemah,” dia menambahkan.

Artikel Lainnya: Orang Humoris Lebih Gampang Cari Pasangan?

Sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal DSM Library, juga menjelaskan hal yang serupa. Humor sering digunakan untuk menutupi sisi gelap hidup seseorang.

Namun demikian, menjadi sosok yang humoris tidak melulu merupakan tanda depresi. 

Kalau Anda langsung menjustifikasi bahwa orang yang suka ngebanyol sudah pasti orang yang depresi, Anda salah besar. Tidak semudah itu disimpulkan.

Itu hanya salah satu dari sekian banyak tanda yang biasanya muncul pada seseorang. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan Ikhsan, ia tidak setuju menjadi humoris selalu dihubungkan dengan cara menutupi depresi.

"Humoris bukan jadi gejala utama depresi, sih. Seperti dibilang tadi di atas, bisa jadi itu bentuk mekanisme pertahanan diri dari orang yang sebenarnya merasa down atau lagi stres. Dia tidak ingin orang lain mengetahui yang sebenarnya terjadi di dalam dirinya," jelas Ikhsan.

Dari sekian tanda depresi, orang yang humoris tidak lantas bisa disebut mengalami hal tersebut. 

Akan tetapi, orang yang suka melawak dan hidupnya tampak baik-baik saja, bisa jadi sedang menyembunyikan masalah tertentu dalam hidupnya.

Di lain sisi, bisa juga, humor sebagai cara seseorang untuk diterima di lingkungan sosial tertentu. Ini sah-sah saja untuk dilakukan dan lagipula menyenangkan punya teman yang lucu, bukan?

Yuk, dapatkan informasi seputar kesehatan mental dan gangguan kesehatan lainnya hanya di aplikasi KlikDokter.

(HNS/AYU)

kesehatan mental

Konsultasi Dokter Terkait