Kesehatan Mental

Hobi Makan Benda Tak Lazim, Bisa Jadi Mengidap Pica Eating Disorder

Tamara Anastasia, 05 Agt 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Anda gemar mengunyah es batu atau benda asing lainnya, seperti rambut? Waspada, Anda mungkin mengidap pica eating disorder!

Hobi Makan Benda Tak Lazim, Bisa Jadi Mengidap Pica Eating Disorder

Setiap orang pasti punya makanan favorit. Ada yang suka makan makanan Indonesia, Jepang, Italia, dan sebagainya. Namun, bagaimana jika seseorang gemar makan sabun atau rambut? Dalam medis, kebiasaan makan benda-benda tak lazim itu disebut pica eating disorder.

Apakah perilaku tersebut dapat digolongkan ke dalam gangguan kesehatan mental?

Apa Itu Pica Eating Disorder?

Seperti dilansir dari National Eating Disorder, pica eating disorder adalah suatu bentuk gangguan pola makan. Kondisi ini membuat penderitanya kerap kali mengonsumsi makanan-makanan tidak lazim atau aneh. 

Contohnya, rambut, es batu, sabun, cat, kotoran, dan sebagainya. Pada umumnya, makanan yang dikonsumsi pengidap pica eating disorder tidak mengandung nutrisi, nilai gizi, dan cenderung berbahaya.

Pola makan yang buruk ini berlangsung dalam waktu lama, bahkan bisa satu bulan lebih lamanya. 

Mirisnya, jika segera tidak diatasi, kebiasaan ini akan terus berlanjut hingga orang itu beranjak dewasa.

Psikolog, Ikhsan Bella Persada, M.Psi. mengatakan sampai saat ini, belum ada penyebab pasti seseorang bisa mengidap pica eating disorder.

“Belum ada jurnal atau penelitian pasti yang melaporkan penyebab pica eating disorder. Namun, bentuk pertahanan hidup karena alami trauma bisa jadi salah satu penyebabnya,” ujar Ikhsan. 

Dia menambahkan, orang-orang yang memiliki gangguan skizofrenia atau OCD juga mungkin mengalami pica eating disorder

Artikel Lainnya: Mengenal Binge Eating Disorder, Gangguan Makan Berlebihan

Apakah Pica Eating Disorder Termasuk Gangguan Mental

Melihat dari kebiasaannya yang aneh, apakah pica eating disorder bisa dikatakan sebagai bentuk gangguan mental?

“Iya. Pica Eating Disorder bisa disebut sebagai gangguan mental karena penderitanya sudah berperilaku tidak wajar dan memberikan dampak buruk bagi diri sendiri,” jawab Ikhsan. 

“Kelainan ini umumnya dialami oleh anak-anak dengan trauma ataupun kebiasaan buruk dari dalam keluarga. Namun, ini juga belum bisa dipastikan, karena memang tidak ada laporan pasti mengenai penyebab pica eating disorder.” 

Umumnya, gangguan makan pica bersifat sementara, tapi dalam jangka waktu cukup lama. Jika tidak diatasi, kebiasaan buruk ini bisa terbawa hingga dewasa.

Kondisi pica eating disorder juga dikaitkan dengan kekurangan nutrisi pada tubuh manusia. Risiko munculnya gangguan kesehatan fisik pun sangat mungkin terjadi. 

Dijelaskan Ikhsan, ada beberapa komplikasi kesehatan yang mungkin akan dialami penderita pica eating disorder, yaitu:

  • Penderita pica eating disorder akan lebih mungkin mengalami keracunan dan kerusakan otak. 

Pasalnya, makanan yang disantap oleh penderita tidak mengandung gizi baik, melainkan bahan kimia yang berbahaya untuk tubuh.

  • Penderita pica eating disorder juga lebih mungkin mengalami gangguan pencernaan. 

Alasannya, tidak semua makanan yang masuk dalam tubuh bisa dicerna dengan baik. Misalnya, batu, sabun, rambut, bahkan paku. 

  • Tekstur benda-benda aneh yang dimakan oleh penderita pica juga bisa menyebabkan kerusakan pada ginjal, hati, dan organ tubuh lainnya. 

Bakteri, zat kimia, dan parasit yang menempel juga bisa menyebabkan kerusakan pada organ tubuh. 

Artikel Lainnya: Anoreksia Nervosa Miliki Risiko Kematian yang Tinggi, Benarkah?

Terapi atau Pengobatan untuk Pica Eating Disorder

Meski sudah jadi kebiasaan, bukan berarti pica eating disorder tidak bisa disembuhkan. 

Mengutip laman Healthline, biasanya dokter akan memulai pengobatan dari komplikasi-komplikasi yang mungkin muncul pada tubuh penderita. 

Dokter juga akan memeriksa kekurangan nutrisi dan mineral di tubuh penderita. 

Sebagai contoh, jika Anda memiliki keracunan timbal yang parah akibat memakan cat, dokter Anda mungkin akan meresepkan terapi khelasi.

Dalam prosedur ini, obat yang diberikan akan mengumpulkan timbal yang ada pada tubuh, dan memungkinkan penderita untuk mengeluarkan timbal dari urine.

“Setelah mengobati komplikasi pada tubuh penderita, dokter juga akan memberi terapi psikoterapi CBT atau dengan terapi psikoanalisa untuk melihat ke alam bawah sadarnya. Hal ini guna mengetahui penyebab orang tersebut makan benda-benda tak lazim,” jelas Ikhsan. 

Umumnya, dalam sesi terapi, akan ada pengawasan yang sangat ketat dari tim kejiwaan. Terlebih kasus yang ditangani sudah sangat parah. Bahkan, penderita menolak konsumsi makanan manusia. 

“Jika ada kerabat Anda yang punya kebiasaan buruk ini, jangan ragu untuk menawarkan mereka bantuan. Semakin cepat Anda membantu penderita pica eating disorder, semakin rendah juga risiko komplikasi kesehatan yang mungkin dialami,” Ikhsan menandaskan. 

Anda ingin mencari tahu info seputar kesehatan mental lainnya? Yuk, download aplikasi KlikDokter.

(HNS/AYU)

kesehatan mental

Konsultasi Dokter Terkait