Kesehatan Mental

Bayi Tidur Terus selama 18 Bulan, Ini Fakta Sindrom Putri Tidur

Ayu Maharani, 22 Jul 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Bukan cerita dongeng, seorang bayi mengalami sindrom putri tidur hingga terlelap selama delapan belas bulan. Kenapa bisa begitu, ya?

Bayi Tidur Terus selama 18 Bulan, Ini Fakta Sindrom Putri Tidur

Ingat cerita Princess Aurora yang tidur bertahun-tahun di kastil? Ternyata, hal tersebut terjadi di dunia nyata dan menimpa seorang bayi di Pamekasan, Jawa Timur, lho!

Disebut-sebut terkena sleeping beauty syndrome alias sindrom putri tidur, apa, sih, itu sebenarnya? Mengapa bisa menimpa seorang bayi?

Rau, Anak yang Sudah 18 Bulan Tertidur

Bayi memang suka tidur, tapi bagaimana bila ia tidur terus dan tak bangun-bangun lebih dari satu tahun? Tak normal, bukan? Ya, penyakit langka sindrom putri tidur itu dialami bayi bernama Rau Suriya Dhanefs di Pamekasan, Jawa Timur. 

Sebelum terus-menerus terlelap, Rau mengalami demam tinggi di pertengahan 2019 silam. Tak disangka, bukannya membaik, kondisi Rau justru menurun dan ia tertidur dalam jangka waktu yang lama. 

Kondisi Rau pada awalnya tidak diketahui publik. Namun, berkat unggahan video dari akun TikTok, Shaka_17, kondisi Rau menjadi viral dan diketahui pemerintah desa. 

Rau sebenarnya juga sudah mendapatkan perawatan di salah satu rumah sakit swasta di Surabaya selama dua bulan. 

Pengobatan alternatif pun sudah dicoba. Sayangnya, semua pengobatan belum membuahkan hasil yang diinginkan. 

Apa Itu Sindrom Putri Tidur?

Dalam dunia medis, sindrom putri tidur disebut Kleine-Levin Syndrome (KLS). Menurut dr. Arina Heidyana, sindrom ini memang menyebabkan penderitanya mengalami kantuk berlebih secara berulang. 

“Jadi, pada orang normal, waktu tidurnya hanya 7-8 jam per hari. Sedangkan, penderita sindrom putri tidur bisa tidur sampai 20 jam,” katanya. 

Tak cuma itu, saat penderitanya terbangun, perilakunya cenderung berubah dan seperti orang bingung.

Meski kasus tersebut dialami bayi, dr. Arina mengatakan sindrom putri tidur dapat menyerang siapa saja. Namun, 70 persen orang yang menderita penyakit ini adalah pria. 

Sindrom putri tidur bersifat kambuhan dan tidak dapat diprediksi. Dalam suatu waktu, penderitanya hidup dalam kondisi normal, tetapi di lain waktu penyakit ini kambuh lagi dan akhirnya membuat kembali terlelap. 

Meski fisik penderitanya tumbuh normal, tetapi karena terlelap dalam waktu lama, ia sulit sekolah, bekerja, atau beraktivitas lain, sehingga kondisi sosialnya cenderung kurang baik.

Gejala dan Penyebab Sindrom Putri Tidur

Apa, sih, gejala dari KLS? Dari sekian banyak gejala, kantuk dan lelah yang ekstrem adalah dua hal yang paling menonjol. 

Selain itu, saat episode kantuk berat akan dimulai, beberapa gejala lain yang bisa muncul, antara lain:

  • Halusinasi. 
  • Bingung.
  • Mudah tersinggung dan marah.
  • Berperilaku kekanak-kanakan (rewel).
  • Nafsu makan meningkat drastis.
  • Libido meningkat tiba-tiba.

Semua gejala di atas dapat terjadi akibat berkurangnya aliran darah ke bagian otak selama suatu episode. 

Sampai sekarang, penyebab sindrom putri tidur belum diketahui secara pasti. Dokter Arina mengatakan, “Ini sebenarnya kerap dikaitkan dengan adanya kelainan neurologis, terutama pada bagian hipotalamus di otak.”

Di sisi lain, ada juga yang mengatakan ini bisa dipicu oleh cedera (terbentur atau terjatuh). Peneliti pun ada yang mengategorikan penyakit langka ini sebagai penyakit autoimun

Namun sekali lagi, penyebab sindrom putri tidur masih membutuhkan riset yang lebih dalam lagi. 

Artikel Lainnya: Kenali 10 Jenis Gangguan Tidur Paling Umum

Bagaimana Cara Mengetahui Sindrom Putri Tidur?

Apabila orang terdekat mengalami gejala-gejala seperti di atas, segera periksakan ke dokter. 

Ahli medis akan melakukan serangkaian tes untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Pasalnya, sindrom ini dapat meniru kondisi kesehatan lain. 

Tes darah, studi tidur, CT scan, atau MRI kepala juga akan dilakukan. Dokter menggunakan tes-tes tersebut untuk memeriksa dan mengesampingkan kondisi, seperti diabetes, hipotiroidisme, tumor, atau gangguan tidur lain.

Rasa kantuk yang berlebihan bisa juga jadi penanda adanya depresi. Namun, karena kasus di Pamekasan dialami bayi, maka faktor depresi bisa dihilangkan. 

Jika KLS dialami anak, remaja, atau orang dewasa, maka dokter mungkin menyarankan pasien untuk mendapatkan evaluasi kesehatan mental. 

Artikel Lainnya: 7 Kondisi Medis yang Membuat Anda Susah Tidur

Pengobatan Sindrom Putri Tidur

Kabar baiknya, penderita KLS tidak harus dirawat inap dan bisa mendapatkan perawatan di rumah. 

Dokter Arina mengatakan untuk mengurangi gejalanya, dokter umumnya akan memberikan obat-obat stimulan untuk meningkatkan kewaspadaannya. 

“Sayangnya obat stimulan ini sering disalahgunakan jadi narkoba. Ini diberikan agar waktu tidurnya tidak terlalu lama. Anggota keluarga dilarang memberikan kopi terus-menerus. Kafein yang berlebih juga tidak baik untuk tubuhnya,” saran dr. Arina. 

Belum diketahui berapa lama pengobatan ini dilakukan. Pasalnya, penyebab sindrom putri tidur dan sembuh atau tidaknya si pasien juga belum bisa dipastikan 100 persen.

Dunia medis masih perlu melakukan penelitian lebih lanjut lagi terhadap penanganan penyakit langka yang satu ini. 

Sedih memang bila ada orang terdekat, bahkan buah hati sendiri, yang mengalami penyakit tersebut. Sebab, Anda tidak bisa menghabiskan waktu dengan penderita dan ia sendiri pun seperti tidak menikmati pertumbuhan serta perkembangan hidupnya. 

Bila Anda ingin konsultasi seputar sindrom putri tidur atau gangguan tidur lainnya, segera hubungi dokter kami lewat fitur LiveChat di aplikasi KlikDokter

(FR/AYU)

Gangguan Tidur

Konsultasi Dokter Terkait