Menu
KlikDokter
Icon Search
Icon LocationTambah Lokasi KamuIcon Arrow
HomeInfo SehatCovid-19Tak Cuma Fisik, Pasien COVID-19 Juga Alami Gejala Neurologis
Covid-19

Tak Cuma Fisik, Pasien COVID-19 Juga Alami Gejala Neurologis

Krisna Octavianus Dwiputra, 06 Jun 2020

Ditinjau oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Para pasien COVID-19 tak hanya alami gejala fisik. Penemuan barunya, ternyata mereka juga bisa mengalami gejala neurologis. Seperti apa, ya?

Tak Cuma Fisik, Pasien COVID-19 Juga Alami Gejala Neurologis

aGejala umum virus corona pada umumnya bersifat fisik, seperti demam, batuk, dan sesak napas. Akan tetapi, dalam studi terbaru, gejala pasien COVID-19 dapat pula bersifat neurologis.

Gejala virus corona yang berhubungan dengan neurologis relatif baru ditemukan dan diketahui. Ini membuktikan betapa bahayanya virus yang pertama kali ditemukan di Kota Wuhan, Tiongkok tersebut.

Apa itu Gejala Neurologis?

Melansir Healthgrades, gejala neurologis adalah gejala yang disebabkan oleh dan/atau terjadi pada sistem saraf. Sistem saraf sendiri terdiri dari dua bagian anatomi.

Pertama, ada sistem saraf pusat yang meliputi otak dan sumsum tulang belakang. Sistem ini bertindak sebagai stasiun pemrosesan pusat.

Kedua, sistem saraf tepi yang mentransmisikan informasi sensorik antara otot, jaringan, dan saraf di seluruh tubuh ke otak. Ketika koneksi ini terganggu, gejala neurologis muncul.

Menurut dr. Devia Irine Putri, secara garis besar gejala neurologis berhubungan dengan otak dan saraf. Jadi, keluhannya bisa kelemahan anggota gerak, kesemutan, kebas, bicara pelo, kelopak mata jatuh, dan bibir miring ke salah satu sisi.

Gejala neurologis sering berasal dari sistem saraf perifer. Hal ini meliputi sensasi terbakar, mati rasa, rasa seperti tertusuk peniti, kelemahan otot atau kelumpuhan, dan sensitivitas.

Gejala-gejala ini dapat disebabkan oleh cedera lokal, atau ketika rasa sakit dapat langsung berhubungan dengan trauma, atau penyakit sistemik yang memengaruhi seluruh tubuh Kamu.

Gejala neurologis dapat timbul dari satu saraf atau banyak. Beberapa sindrom, seperti sindrom lorong karpal, terjadi ketika saraf dikompresi dan kehilangan aliran darah yang baik.

Nah, penyakit diabetes adalah penyebab umum neuropati perifer (gangguan saraf). Kerusakan saraf umumnya terjadi akibat gula darah tinggi.

Gejala neurologis dapat berasal dari penyakit autoimun (seperti lupus atau sindrom Guillain-Barré), atau virus seperti Human Immunodeficiency Virus (HIV), Epstein-Barr, dan varicella zoster.

Gejala neurologis karena kegagalan fungsi sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf perifer) dapat mengganggu tindakan yang tidak disengaja, seperti bernapas, menelan, mengontrol kandung kemih, atau mengeluarkan keringat.

Gejala-gejala tersebut mungkin disertai dengan gejala tekanan darah rendah, seperti pusing atau vertigo, atau kehilangan kesadaran.

Gejala neurologis yang mungkin menyertai gejala lain yang memengaruhi sistem saraf termasuk:

  • Suatu bau atau rasa yang berubah.
  • Perasaan terbakar.
  • Kebingungan atau perubahan kognitif.
  • Pingsan, lesu, atau berubah tingkat kesadaran.
  • Kontraksi otot involunter (distonia).
  • Kehilangan keseimbangan.
  • Kelemahan otot.
  • Mati rasa.
  • Rasa sakit dari sesuatu yang biasanya tidak menyebabkan rasa sakit, atau yang mengikuti jalannya saraf tertentu.
  • Kelumpuhan atau ketidakmampuan untuk memindahkan bagian tubuh.
  • Sensasi pins-and-needles (tusukan).
  • Sensitivitas.
  • Rasa geli.

Pasien di Italia Banyak Keluhkan Gejala Neurologis

Kini, gejala neurologis memang menjadi ancaman bagi pasien virus corona. Ini seperti yang terjadi di Italia.

Tak bisa dimungkiri, Italia juga menjadi pusat pandemi COVID-19. Negara ini sekarang memiliki lebih dari 33.000 kasus kematian.

Para peneliti akhirnya menganalisis catatan pasien yang dirawat di University of Brescia, University of Eastern Piedmont di Novara, dan University of Sassari.

Dari 725 pasien, 15% telah mengalami gejala atau penyakit neurologis. Dari 15% ini, 99% menjalani CT scan.

Gejala neurologis yang paling umum adalah "keadaan mental yang berubah" yang dialami 59% pasien, dan stroke iskemik yang dialami 31% pasien.

Status “mental yang berubah" ini mencakup berbagai kemungkinan tanda dan gejala, termasuk kebingungan, delirium, dan koma.

Gejala neurologis yang kurang umum adalah sakit kepala (12%), kejang (9%), dan pusing (4%). CT scan mengungkapkan kelainan akut pada 47% pasien.

Sementara itu, temuan yang paling umum adalah stroke iskemik. Pada 6% pasien, ada tanda-tanda perdarahan intrakranial

Artikel Lainnya: Waspada! WHO Peringatkan Adanya Peredaran Obat Virus Corona Palsu!

Bantu Diagnosis Lebih Cepat

“Pola-pola yang baru-baru ini ditemukan dapat membantu dokter lebih baik dan lebih cepat mengenali hubungan dengan COVID-19, dan mungkin bisa menyediakan intervensi lebih dini,” kata penulis studi utama dr. Abdelkader Mahammedi, asisten profesor radiologi di Universitas Cincinnati, Amerika Serikat.

Penelitian ini tidak dapat menjelaskan apakah COVID-19 secara langsung merusak sistem saraf pusat. Kemungkinan, gejala neurologis merupakan efek samping dari penyakit kritis.

Misalnya, kekurangan oksigen di otak bisa menyebabkan kebingungan atau kehilangan kesadaran.

Lalu, dari 108 pasien, 71% sudah memiliki satu atau lebih kondisi kronis yang sudah ada sebelumnya. Kondisi tersebut termasuk hipertensi, diabetes, penyakit arteri koroner, dan penyakit serebrovaskular.

Dalam makalah mereka, para peneliti mengutip sejumlah bukti yang menunjukkan bahwa beberapa orang dengan COVID-19 yang parah mengalami "badai sitokin", di mana tubuh menghasilkan kelebihan molekul proinflamasi yang disebut sitokin.

Akhirnya, hal tersebut dapat menyebabkan pembekuan darah, yang pada gilirannya dapat memicu stroke iskemik. “Topik ini jelas butuh lebih banyak penelitian,” kata dr. Abdelkader.

“Saat ini kami memiliki pemahaman yang belum kuat tentang gejala neurologis pada pasien COVID-19, apakah ini timbul dari penyakit kritis atau dari invasi sistem saraf pusat langsung dari virus corona. Kami berharap studi lebih lanjut tentang hal ini akan membantu dalam mengungkap petunjuk dan memberikan intervensi yang lebih baik untuk pasien," tegasnya.

Jadi, virus corona memang bisa memengaruhi banyak hal dalam tubuh Kamu. Salah satu yang baru ditemukan adalah gejala neurologis.

Bila Kamu ingin periksa gejala, KlikDokter menyediakan cek risiko virus corona online.

Lakukan konsultasi kesehatan dengan dokter #DiRumahAja lewat fitur Live Chat 24 jam di aplikasi KlikDokter. Stay safe and healthy!

(FR/AYU)

virus corona

Konsultasi Dokter Terkait

Tanya Dokter