Covid-19

WHO: Perlu Kewaspadaan Ekstrem Tiap Negara untuk Hadapi COVID-19

Tamara Anastasia, 13 Mei 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Beberapa negara mulai melonggarkan lockdown. Mengenai ini, WHO tegaskan setiap negara untuk tingkatkan kewaspadaan dalam menghadapi wabah COVID-19.

WHO: Perlu Kewaspadaan Ekstrem Tiap Negara untuk Hadapi COVID-19

Menurunnya jumlah angka korban positif COVID-19 di berbagai negara memang menuai pujian dari WHO. Tak sedikit negara yang mulai melonggarkan sistem lockdown dan kembali berkegiatan seperti biasa karena merasa sudah berhasil mengatasi virus corona.

Meski begitu, WHO tetap menegaskan bahwa setiap negara tetap harus waspada dalam menghadapi virus corona.

Longgarkan Lockdown? Tetap Harus Waspada

Beberapa negara bagian Eropa memang sudah mulai membuka kembali aktivitas perdagangan, bisnis, sekolah, restoran, dan sebagainya. Beragam kegiatan ini juga diikuti dengan kebijakan melonggarkan lockdown.

Para pejabat di Prancis dan Spanyol beralasan, tingkat penyebaran dan kematian akibat COVID-19 telah menurun.

Tidak hanya beberapa negara di Eropa, Korea Selatan juga rupanya ikut menurunkan sistem lockdown. Namun mirisnya, akibat kebijakan tersebut, angka korban positif virus corona – tepatnya di Itaewon – justru meningkat.

Ini diketahui setelah seorang pria diduga menjadi “inang” virus corona, dan menyebarkan ke banyak orang saat berada di kelab malam.

Dilansir dari berbagai sumber, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mendesak agar semua orang di berbagai belahan dunia tetap berhati-hati. Karena, banyak negara yang sedang berencana untuk melonggarkan lockdown.

Tedros meminta kepada negara yang ingin melonggarkan lockdown untuk mempersiapkan sistem pengujian, pelacakan, perawatan, dan isolasi yang memadai, sebelum benar-benar memutuskan untuk melonggarkan sistem lockdown.

Menanggapi hal ini, dr. Devia Irine Putri berkata, “Ya, kalau memang mau melonggarkan lockdown, harus dipikirkan dulu jangka panjangnya. Harus benar-benar dipersiapkan secara matang agar angka korban virus corona tidak semakin melambung tinggi setelah itu.”

“Seperti kasus di Korea, harusnya bisa dilacak. Pria itu kontak langsung dengan siapa saja, serta langsung dites dan isolasi. Kalau terlambat tracking, tentu orang yang sudah pernah berkontak fisik dengan pria tersebut bisa jadi carrier bagi orang lain. Akibatnya, makin banyak yang terinfeksi,” tutur dr. Devia.

3 Pertanyaan WHO untuk Negara yang Longgarkan Lockdown

Adapun beberapa pertanyaan yang dilontarkan oleh WHO untuk negara-negara yang memang ingin melonggarkan sistem lockdown, ialah:

  1. Apakah epidemi sudah benar-benar terkendali?
  2. Apakah sistem kesehatan sanggup menghadapi kembalinya lonjakan kasus?
  3. Apakah sistem pengawasan bisa mendeteksi dan melacak kasus-kasus beserta kontaknya?

Menurut Tedros, kebijakan melonggarkan lockdown memang seharusnya dipertimbangkan dengan baik, mengingat sudah lebih dari 4 juta kasus infeksi di seluruh dunia dan angkanya terus bertambah setiap hari.

Menurut dr. Devia, negara tidak bisa egois dan mementingkan keadaan ekonomi negara. Hal yang perlu diperhatikan adalah kesehatan masyarakatnya.

Apabila negara belum siap menghadapi kemungkinan terburuk setelah pelonggaran lockdown, hal ini justru akan memperburuk sistem ekonomi negara dan segala aspek lainnya.

Sekolah dan Kantor Dibuka Lagi, Pertimbangkan Ini!

Menurut World Economic Forum, pada 11 Mei lalu, WHO mengadakan briefing media untuk memperbarui publik tentang pandemi virus corona.

WHO telah merilis pedoman tambahan untuk membantu negara yang akan melonggarkan sistem lockdown, serta yang akan kembali membuka sekolah dan tempat kerja.

Direktur Eksekutif Program Kesehatan WHO, Michael J. Ryan mengatakan, pedoman ini harus benar-benar jadi prioritas. Itu karena, negara-negara yang mau melonggarkan sistem lockdown juga harus siap dengan “pertarungan” selanjutnya.

Untuk sekolah yang akan dibuka kembali, WHO mengatakan bahwa pejabat harus mempertimbangkan bagaimana virus COVID-19 bisa menyebar dengan cepat dan mengkaji tingkat keparahannya pada anak-anak.

Artikel Lainnya: Waspada! WHO Peringatkan Adanya Peredaran Obat Virus Corona Palsu!

Pengambilan keputusan ini juga harus mempertimbangkan apabila ada cara mengatur ruang kelas untuk menjaga anak-anak duduk secara terpisah, baik itu saat belajar, bermain, maupun saat jam istirahat.

Untuk tempat kerja, WHO mengatakan para pemimpin harus melakukan penilaian risiko untuk memahami potensi paparan pekerja terhadap coronavirus.

Selain itu, WHO juga merekomendasikan tempat kerja untuk membuat rencana aksi tanggap apabila ada kasus virus corona yang kembali muncul di area perkantoran.

Rencana tersebut harus dibuat dengan berkonsultasi bersama para pekerja dan perwakilan mereka. Langkah-langkah tepat harus diambil untuk memastikan bahwa semua tindakan dikomunikasikan secara luas dan jelas.

Dokter Devia mengatakan, bagi negara-negara yang memang sudah siap dan memiliki aksi tanggap bila ada gelombang kedua, pelonggaran lockdown boleh dilakukan secara bertahap. Tapi, tidak dengan di Indonesia.

Pemerintah sempat mengatakan bahwa mall di Jakarta akan kembali beroperasi secara bertahap mulai Juni mendatang. Namun, menurut dr. Devia, sebaiknya sistem pelonggaran physical distancing tidak dilakukan dulu, mengingat jumlah korban terinfeksi virus corona semakin meningkat.

“Kalau di Indonesia, seharusnya tetap tidak memberikan kelonggaran, mengingat kasusnya bertambah terus. Edukasi masyarakatnya juga masih kurang, masih banyak yang masa bodoh. Kalau misalnya diberi kelonggaran, bisa akan berdampak lebih parah,” kata dr. Devia.

Sebaiknya, Indonesia tetap memberlakukan aturan physical distancing dan karantina sampai jangka waktu yang masih belum ditentukan.

Sudahkah Kamu periksa kondisi pribadi? KlikDokter bekerja sama dengan Kemenkes RI dan BNPB merilis layanan cek risiko virus corona online yang bisa Kamu manfaatkan dengan mudah.

Konsultasikan gejala COVID-19 dan penyakit lainnya pada dokter lebih praktis lewat fitur Live Chat di aplikasi KlikDokter.

(FR/HNS)

virus corona

Konsultasi Dokter Terkait